Entah masa lalu apa yang dialami oleh SMA Swasta ini sehingga terdapat ekstrakurikuler aneh bernama "WL&DJ (We listen and we don't judge)" yang berisi siswa-siswi yang sudah dilatih untuk menjadi psikolog.
Penasaran dengan eskul aneh ini?
Ikuti te...
Air matanya berlinang, tangannya mencari-cari tisu yang telah diambil puluhan kali. Sementara, siswi yang bercerita padanya berhenti menangis dan kemudian tertawa kecil akibat tingkah laku Inayah.
"Kok Mba yang nangis?" tanya siswi tersebut sembari tertawa kecil dan membuat tangis Inayah semakin pecah dan akhirnya memeluk erat siswi tersebut. Tak lama kemudian, siswi tersebut ikut menangis dan membalas pelukan Inayah.
"A-aku takut! Mba, aku takut! Aku takut dibully!"
"Kamu tidak sendiri, ada Mba, jangan takut ya."
Kasus yang ingin sekali Inayah musnahkan salah satunya adalah perundungan. Namun, kasus perundungan teramat sulit dimusnahkan, karena banyak yang sudah terpapar sifat buruk ini dan bahkan anak dari kepala sekolah SMA ini juga melakukannya.
Pengurus sebelumnya kebingungan dalam melakukan tindakan dan keputusan. Hingga, waktu mereka di sekolah ini sudah habis dan menyerahkannya kepada Inayah serta teman-temannya sebagai regenerasi.
Hah, anak kepala sekolah itu menyusahkan saja! Kalau saja dia tidak licik pasti sudah kami habisi tepat 2 hari setelah pelantikan kepengurusan kami! batin Inayah.
Tak lama kemudian suara timer handphone Inayah berbunyi yang mengisyaratkan bahwa konsultasi telah habis.
"Hah, maaf ya waktu konsultasi sudah habis, bertahan ya, Mba dan guru BK akan segera menindaklanjuti ini. " Inayah melepaskan pelukannya dan menatap sendu pada siswi itu.
"Tidak apa-apa Mba, terima kasih sudah mendengarkan cerita saya, saya pamit, Assalamu'alaikum. "
"Waalaikumsalam." Siswi itu pergi dari ruang WL&DJ dengan gontai. Inayah merasa sangat bersalah karena sebagai ketua ekstrakurikuler ini, belum bisa memusnahkan kasus perundungan ini.
"Baiklah, ayo kita susun rencana untuk memusnahkan hama!"
Beberapa menit kemudian, pintu dibuka dengan kencang oleh seseorang dan menimbulkan suara keras hingga memekakkan telinga.
"Astaghfirullah! Rehan! Jia! Ketuk dulu terus salam!"
"Oh iya maaf lupa, maaf Bu ketua, " ucap Rehan sembari cengengesan dan membuat Inayah menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Fayyad mana?"
"Mungkin lagi ambil paket teh," jawab Jia.
Inayah berjalan ke arah pintu.
"Baiklah, ayo kita mulai saja rapat rahasia."
Ctak. Pintu ditutup perlahan, menelan sisa cahaya dari koridor.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.