[Prolog]

531 58 0
                                        

Hujan baru saja reda di tengah malam kota Seoul. Jalanan berkilau di bawah lampu-lampu yang memantulkan warna keemasan, seolah seluruh dunia baru saja dicuci bersih dari dosa.

Di balik dinding kaca ruangan dengan pintu bertuliskan Suite 1709, Na Jaemin, seorang direktur eksekutif yang hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri, terlalu lengket pada laptop dan kertas-kertasnya, kehidupan seksualnya nol besar, Jaemin menyadari semua itu akhir-akhir ini, ketika ia tidak memiliki siapapun untuk membantunya menuntaskan hasrat.

Pria itu duduk dengan tenang, kemejanya putih sempurna tanpa kerutan, jam di pergelangan tangan mahal tapi tidak berfungsi. Ia tampak seperti seseorang yang punya segalanya, kecuali ... sesuatu yang benar-benar berarti.

Telepon di mejanya bergetar pelan.
Sebuah nama muncul di layar, The Velvet Room – Executive Liaison Service.

Ia menjawab dengan suara yang terlalu datar. "Saya ingin memesan seseorang malam ini."

Suara di seberang terdengar sopan, lembut, tapi dingin, seperti resepsionis yang sudah terlalu sering mendengar permintaan semacam itu.

"Tentu, Tuan Na. Apakah Anda memiliki preferensi tertentu?"

Jaemin bersandar, menatap gelas anggurnya yang setengah penuh. Ia tidak tahu apa yang ia cari. Ia tidak butuh hiburan. Ia hanya ingin ... sesuatu yang bisa menimbulkan getaran, sekecil apa pun, dalam dirinya yang sudah terlalu sunyi.

"Kirimkan yang terbaik yang kalian punya," katanya akhirnya.

"Bukan yang paling menarik, tapi yang paling patuh. Yang tahu caranya kapan dia harus diam, yang memiliki suara tidak lebih tinggi dari suara saya," lanjut Jaemin.

Ada jeda di ujung sambungan, sebelum suara di seberang menjawab dengan nada terukur. "Kami mengerti. Ada satu orang yang mungkin cocok, saya akan kirimkan profil lengkapnya jika anda berkenan."

Jaemin mengulang nama itu dalam hati. Pendek, sederhana, tapi terasa seperti sesuatu yang akan mengubah banyak hal. Ia tidak tahu kenapa. Mungkin karena nadanya saat disebutkan bukan seperti nama, tapi seperti peringatan.

"Tidak perlu," katanya. "Kirim dia ke ruanganku sekarang."

Sambungan terputus.

Di luar, langit kembali berwarna kelabu.
Dan di ruangan lain, seseorang menerima panggilan, lalu bersiap mengenakan jas hitam, menatap cermin, lalu menarik napas panjang sebelum melangkah keluar untuk menemui seorang klien yang tidak tahu bahwa malam ini akan jadi awal dari sesuatu yang jauh lebih rumit dari sekadar sewa-menyewa.





——o0o——




TBC

PRICE OF A GLANCE || JAEMJENМесто, где живут истории. Откройте их для себя