Gara-gara sang lelaki yang sepatutnya menjadi suami kepada Faaeqa Farha lari pada hari akad nikah mereka. Cukup malu dan terasa di khianati menyelubungi diri. Tiba-tiba...
"Biar saya jadi pengganti"- Althaf Daffa
Faaeqa seakan tidak percaya dan tak...
Malam itu rumah agam mereka jadi kecoh tiba-tiba. Faaeqa yang sudah sarat lebih sembilan bulan tiba-tiba mengerang kecil sambil memegang perutnya. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahi.
"Abang... sa-sakit..."- suara Faaeqa tersekat-sekat, nafasnya pendek.
Althaf yang baru masuk ke dalam bilik hampir gugur jantung bila dengar rintihan isterinya. Tanpa sempat fikir panjang, dia terus keluar dan jerit dari tangga memanggil dua orang kepercayaannya.
"Daniel ! Irfan ! Standby kereta cepat !"
"Dato ? Kenapa ni ?"- soal puan Warda terkejut bila dengar suara nyaring Althaf bergema.
"Isteri saya nak bersalin, kak Warda ! Tolong jaga Aathif nanti mentua saya akan datang sini"- tanpa basa-basi, Althaf berlari masuk ke dalam.
"ALTHAF DAFFA !!! AKU SAKIT NI !!"- tempik Faaeqa yang baru duduk di birai katil sambil pegang perutnya.
"Ya ! Ya ! Abang tahu ! Kejap abang ambik barang love du..."
"SAKIT NI BANG !! BARANG TU PI LANTAK ! LAMBAT SANGAT ! AKU DRIVE SENDIRI LAH !"
Faaeqa laju bangkit sampai terlupa nak sarung tudung. Kainnya basah akibat air ketumban sudah pecah. Geram dengan suaminya kelam kabut dan terhegeh-hegeh.
"Astaghfirullah ! No love ! Jangan bangun !"- dalam panik dia terus mendekat, merangkul tubuh isterinya. Tanpa fikir panjang, dia dukung Faaeqa ala bridal style.
Kereta Porsche Panamera meluncur laju ke Andorra Hospital. Sepanjang perjalanan, tangan Althaf erat menggenggam tangan Faaeqa. Sesekali dia tunduk, mencium jemarinya yang basah dek peluh.
"Tahan sikit lagi, love. I'm here... I won't let you go through this alone"- bisiknya, suara parau menahan sebak.
Sampai di hospital, pasukan doktor dan jururawat sudah menunggu. Althaf menolak katil roda dengan langkah panjang, wajahnya tegang tapi dia enggan lepaskan tangan isterinya walau sesaat.
Bilik bersalin itu dipenuhi suara tangisan, arahan doktor dan doa tanpa henti daripada bibir Althaf. Dia berdiri di sisi, mengusap kepala Faaeqa yang bertarung nyawa. Hatinya hiba, bagai dihiris setiap kali melihat wajah isterinya yang pucat menahan sakit.
"Love... you are strong. Just a little bit more... for us... for our baby"- nada suara Althaf bergetar, matanya merah menahan air mata.
Faaeqa menggenggam kuat tangan Althaf, hampir meramas tulang jarinya, "Abang... sakit... Fae tak tahan !"
Althaf menunduk, mencium dahi isterinya yang basah peluh. Air matanya jatuh tanpa sedar, "Sabar ya, love . Abang ada sini. Nafas dalam... ikut abang. Abang tahu love kuat"
Beberapa jam yang terasa seperti seabad akhirnya berakhir dengan tangisan nyaring memenuhi ruang. Doktor mengangkat seorang bayi kecil, kulitnya merah, suara tangisannya kuat.
"Alhamdulillah... tahniah Dato, Datin. Baby girl"
Air mata Althaf gugur deras. Jantungnya berdebar hebat saat bayi itu diletakkan di atas dada Faaeqa.
"Thank you... thank you, love... for this beautiful gift"- Althaf menekup pipi Faaeqa lalu menunduk mencium ubun-ubun isterinya berkali-kali.
Usai bayi dibersihkan sepenuhnya, Althaf mengambil si kecil dalam dakapannya. Dengan tangan yang menggigil, dia mengazankan anaknya dengan suara yang penuh sebak, penuh syukur.
"Selamat datang ke dunia, little princess baba... Faihah Aldariya Saffa binti Althaf Daffa. Semoga nama indahmu seindah akhlakmu, semoga kamu membesar menjadi penyejuk mata baba dan mama"
Faaeqa yang terbaring keletihan, senyum dengan linangan air mata. Pandangannya jatuh pada suaminya, lelaki yang dahulu sukar dia percayai, kini menjadi teman hidup, teman jiwa dan bapa kepada anaknya.
Althaf kembali ke sisi isterinya, meletakkan bayi mereka di dada Faaeqa. Tangannya menyentuh lembut pipi isterinya, lalu dia tunduk memberi kucupan di dahi.
"I love you, till my last breath"- ucap Althaf dalam nada paling jujur, paling tulus.
Faaeqa mengangguk perlahan, senyum penuh cinta walau masih lemah, "And I... love you too"
Di bilik itu, bersama tangisan bayi kecil mereka, segalanya terasa lengkap. Allah telah memberi mereka ujian, kehilangan, luka dan kecewa tetapi akhirnya Dia hadiahkan sesuatu yang paling indah, sebuah keluarga yang sempurna.
Dan malam itu, Althaf tahu hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Ia sudah lengkap dengan Faaeqa di sisi, Aathif yang ceria dan Faihah yang baru lahir.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya"
Surah Al-Baqarah, ayat 286
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.