Happy reading~
.
.
.
"Mari menikmati hari pertama menjadi sepasang suami-istri."
Jogja. Donita menghirup dalam-dalam aroma khas yang tidak dia rasakan di tengah kehidupannya di tengah Ibu Kota. Dia menggeret koper begitu santai. Setiap langkahnya seakan meninggalkan bayangan bunga yang bermekaran.
Saat ini Donita akan menghabiskan hadiah liburan yang diberikan oleh Danuar untuk dirinya berbulan madu. Akan tetapi memang pada dasarnya wanita satu itu sering kali tidak dapat ditebak, kepergiannya justru meninggalkan Kalandra seorang diri. Ya, Donita sengaja. Kalandra dia biarkan untuk menyusul. Itu pun kalau Kalandra mau.
Ponselnya berdering, Donita tersenyum meremehkan nama yang muncul di balik layar gawai.
“Yes, Sir.” Balasnya tanpa basa basi. Lewat sambungan telepon, Donita dapat membayangkan bagaimana raut kesal pria di sana. Sahutan dari Kalandra bahkan terdengar penuh kekesalan. “Ya sudah, susulin saja ke sini. Gampang, kan. Alamatnya sudah aku kirim.”
Donita tertawa renyah. Sepertinya Kalandra sedang terburu-buru di bandara. “Aku tunggu, ya,” ucap Donita lantas menutup panggilan telepon dari Kalandra.
꧁꧂
Sementara Donita sedang tersenyum puas karena dapat berlibur ke tempat yang dia inginkan, di sisi lain Kalandra tengah terburu-buru mengejar jadwal penerbangan. Kalandra harus bergelut dengan seorang wanita berusia empat puluh tahunan.
Pria itu terus saja diikuti, sebentar-sebentar digoda, hingga diajak bercanda mengenai sesuatu yang vulgar.
Demi Tuhan, kelakuan Donita harus aku balas sampai dia nangis. Sialan.
“Sini dong, ganteng. Daripada sendirian, nanti kamu nyasar. Saya juga bisa, tau, temani kamu selama perjalanan. Mampir sebentar juga boleh, di hotel mana?”
“Aduh, maaf Tante. Saya sudah punya istri,' kata Kalandra sembari menggeret koper, langkahnya semakin terburu-buru demi menghindari wanita yang begitu bersemangat untuk mendekati dirinya.
“Istri kamu kan sedang nggak lihat, jajan dulu saja sebentar.”
Sial. Tante girang.
“Permisi Tante, saya mau ke toilet. Kan nggak mungkin mau sekalian ikut ke dalam toilet.” Bohong Kalandra.
“Kalau kamu ajakin, mau-mau saja sih, ganteng.”
Beginilah nasib memiliki wajah yang rupawan, serta bentuk tubuh yang atletis. Bahkan sekedar mengenakan kaos polos saja, Kalandra masih dikejar perempuan asing. Oh, atau mungkin saja karena faktor wangi kekayaan yang keluar dari dalam dompetnya.
Kalandra buru-buru memasuki toilet pria. Sesekali dia mengintip keluar untuk memastikan kalau tante girang itu sudah pergi. Kalandra kembali masuk, pria itu berdiri di depan cermin, bingung.
“Harus diapain supaya aku nggak diikutin lagi.” Sejenak Kalandra merenung. “Ah, diacak-acak supaya kelihatan seperti gembel.”
꧁꧂
Lupakanlah Kalandra Hanggono yang tengah bergelut dengan kepanikan bersama tante girangnya.
Donita justru tengah asik bermain-main bersama Saras. Kebetulan, Saras memang warga asli Jogja. Wanita itu tengah menghabiskan masa cuti untuk beristirahat, serta ingin menghabiskan malam tahun baru bersama sang ibu, yang beberapa hari lagi akan segera tiba.
Selama ini Donita kurang bergaul. Sebelum menjadi Donita yang seperti sekarang, dia termasuknya cukup pendiam. Donita bahkan enggan untuk menjalin hubungan asmara semasa kuliah, bahkan sekedar mencari teman pun urung dia lakukan.
YOU ARE READING
Partner Benefit (revisi)
Romance"Aku mau ajak kerjasama, pernikahan kontrak. Nggak perlu pakai tenggat waktu, yang penting tujuan dari kita sudah tercapai, kita bisa langsung cerai." Kata-kata keramat yang begitu entengnya keluar dari mulut seorang Donita Wang, menantang seorang K...
