Happy reading~
.
.
.
"Sulit diatur."
Semakin mendekati tanggal pernikahan, pikiran Donita semakin kusut. Gugup, bingung, stres, semuanya campur aduk seakan-akan tidak memberinya ruang untuk tenang.
Menyambagi kelab malam adalah jalan pendek yang terbesit disaat buntu. Donita beberapa kali menghubungi orang-orang yang dianggap dekat, hingga pada akhirnya sosok Saras lah yang kembali mengiyakan ajakan Donita.
Cecaran pertanyaan khawatir dari Danuar tidak diindahkan. Donita tetaplah Donita, sedikit keras kepala, atau mungkin memang sengaja tidak mendengarkan nasihat kakaknya sendiri.
Berdalih ingin menghabiskan masa ‘girls time’ sebelum dirinya mendapat gelar baru sebagai Nyonya Hanggono, puan itu tetap melenggang pergi meninggalkan rumah, lalu bersuka ria melepas beban pikiran di tengah lantai dansa sebuah kelab malam.
“Saras... aku ke toilet sebentar, ya. Jangan sampai cobain minuman yang nggak aku pesan, pokoknya jangan mau minum apa pun yang dikasih orang asing.” Donita berpesan sebelum dirinya pergi untuk menyelesaikan urusan pribadi di dalam toilet. Merasa semuanya aman sejak dirinya tiba bersama Saras, Donita lantas meninggalkan wanita lugu itu seorang diri.
Langkah Donita cukup santai, netranya melirik ke sana-kemari menikmati hiburan para penari bayaran yang tengah meliukkan badan di tengah sana. Jeritan antusias para pengunjung, serta dentuman musik yang cukup keras membuat suasana terasa semakin hidup dan bebas.
Menghabiskan beberapa menit di dalam toilet, Donita kembali menghampiri Saras tanpa perasaan khawatir. Netra puan itu seketika memicing, meja yang dia pesan terlihat dikerumuni oleh beberapa pria. Donita buru-buru mempercepat langkah. Tangannya merogoh handbag berukuran kecil untuk mengeluarkan ponsel. Kepanikan mulai menjalar, Donita segera menghubungi seseorang yang dia pikir dapat membantu dirinya dan Saras.
"Hal—"
"Sen! Tolongin. Buruan ke sini. Aku share location."
Panggilan dimatikan begitu saja oleh Donita. Wanita itu panik ketika melihat Saras dikerumuni pria asing. Langkahnya kembali bergegas menghampiri Saras yang terlihat mulai lemas.
“Brengsek. Minggir!” Donita menarik paksa salah satu pria yang tengah memaksa Saras untuk menenggak minuman beralkohol. Donita mulai takut, wanita itu merasa begitu bersalah karena meninggalkan Saras. “Saras, hei, Saras sadar. Saras.” Donita mencoba menyadarkan Saras saat perempuan dalam dekapannya itu mulai kehilangan kesadaran.
“Oh, siapa ini,” salah seorang pria itu terlihat mengingat-ingat saat menatap Donita. “Yang ada di berita, siapa sih. Aku lupa, tapi ingat mukanya.”
Donita mulai gemetaran. Tubuh Saras dia tutupi serapat mungkin agar tidak diganggu oleh para pria brengsek. Manik matanya semakin terasa perih, genangan air mata kian memenuhi pelupuk mata. Sean ... buruan jemput kita.
“Sudah sekarat itu. Di atas ada kamar kosong, ayo sini aku bantu bawa teman kamu ke atas," kata salah seorang pria asing tersebut.
Donita menepis tangan seseorang yang masih mencoba untuk menarik Saras dari dalam dekapannya. Posisi Donita pun tidak aman. Salah seorang pria hidung belang lain mencoba mendekati dirinya, sehingga Donita dan Saras terkunci di tengah sofa.
Donita berusaha bertahan hampir setengah jam lamanya untuk mempertahankan posisi dirinya dan Saras. Puan itu masih menunggu Kasean untuk membantunya membawa Saras pulang.
꧁꧂
"Kamu yakin kalau Donita minta bantuan?" tanya Kalandra, yang terpaksa ikut datang lantaran Kasean pun meminta bantuannya.
YOU ARE READING
Partner Benefit (revisi)
Romance"Aku mau ajak kerjasama, pernikahan kontrak. Nggak perlu pakai tenggat waktu, yang penting tujuan dari kita sudah tercapai, kita bisa langsung cerai." Kata-kata keramat yang begitu entengnya keluar dari mulut seorang Donita Wang, menantang seorang K...
