"A-Akh! I-Iya iya, Ibu! Maaf, maaf! Rui tidak akan mengulangi!" balas Tian Jia Rui, memohon pengampunan dari Ibunya agar telinganya selamat.
Sang Ibu menghela nafas dengan kasar sebelum menarik tangannya dari telinga Tian Jia Rui. "Bohong sekali." gumamnya dengan kesal. Anaknya ini sering sekali mengatakan 'tak akan kuulangi', tapi tetap melakukan hal yang sebaliknya.
Tian Jia Rui menghela nafas lega saat sang Ibu melepaskan telinganya. Ia mengusap telinga yang memerah itu dengan pelan. Bibirnya mengerucut kesal. Tanpa mengatakan apapun, ia langsung masuk begitu saja ke dalam rumah dan langsung disambut teriakan nyaring dari sang adik, Tian Ji Hao. "Kakak pulang?!!!" teriak anak kecil yang baru berusia 5 tahun itu.
Tian Jia Rui menutupi kedua telinganya. "Berisik!" bentaknya dengan kesal. Sang Adik langsung diam, tapi menatap padanya dengan mata berkaca.
"MAMAAAA!!" anak itu menangis dengan keras.
"Masalah baru akan datang." batin Tian Jia Rui dengan miris.
Sang Ibu masuk dengan cepat dan berkacak pinggang. Wanita paruh baya itu melotot pada Tian Jia Rui. Meminta penjelasan atas tangisan sang Adik.
Tian Ji Hao berlari ke arah sang Ibu dan memeluknya dengan erat. Anak itu masih sesegukan.
"Rui, apalagi yang telah kau lakukan? Sayangi adikmu!" sang Ibu mengomel lagi.
Kening Tian Jia Rui berkerut saat mendengar omelan dari Ibunya. Tentu saja ia menyayangi sang Adik... meski tak menyukai anak kecil. Bagi Tian Jia Rui, anak kecil sangatlah berisik, menyebalkan dan membuat darah tinggi.
"Mama, meskipun aku tidak menyukai anak kecil, tapi aku—" Tian Jia Rui coba menjelaskan, tapi langsung dipotong oleh sang Ibu.
"Tidak menyukai anak kecil?! Lalu bagaimana jika suatu saat nanti kau memiliki anak?!"
Kedua tangan Tian Jia Rui mengepal erat, rahangnya mengeras. Ia benci jika sang Ibu sudah membawa-bawa topik tentang memiliki anak. Toh, tidak semua orang ingin memiliki anak di masa depan.
Dengan amarah yang hampir memuncak, Tian Jia Rui memilih untuk pergi ke kamarnya dan menenangkan diri. Ia tak mau melontarkan kalimat-kalimat menyakitkan pada sosok yang telah melahirkannya.
===============
"Arghh, ending macam apa ini?!" protes Tian Jia Rui sambil melempar novel miliknya. Masa bodo dengan kerusakan yang mungkin terjadi dan harus mengganti rugi. Rasa kesal di hati sudah terlalu besar untuk ia sembunyikan.
Remaja laki-laki itu menghela nafas dengan kasar. "Penulisnya adalah psikopat! Bagaimana bisa karakter utama mati di tangan karakter pria kedua? Lalu karena dia menjadi seorang penjahat, sang karakter pria utama membunuhnya dan hidup dalam kesepian." keluhnya.
Tian Jia Rui merasa lesu. Berhari-hari ia habiskan untuk membaca novel yang memiliki lebih dari 500 halaman dan ini ending yang ia dapatkan? Baginya, ini semua cukup mengecewakan. Tian Jia Rui sampai rela membaca novel itu di saat teman-temannya membaca buku pelajaran karena sebentar lagi ujian kelulusan akan tiba.
"Andai aku bisa mengubah alur yang kelam ini." gumam Tian Jia Rui dengan lirih.
Beberapa menit berlalu, tapi Tian Jia Rui masih meratapi ending yang tak memuaskan baginya. Satu-satunya hal yang membuyarkan lamunannya adalah suara perut yang keroncongan. Benar, ia belum makan apapun sejak pulang dari sekolah.
Sebuah senyum kecil mengembang di bibirnya. Ia langsung beranjak dari ranjang dan membuka tas sekolahnya dengan cepat. Di sana ia menemukan... mi instan yang dirinya beli saat pulang tadi.
Tian Jia Rui tau, memasak mi saat sang Ibu sudah memasak pasti akan mendatangkan masalah. Tapi peduli apa? Ia masih kesal dengan wanita paruh baya itu.
Setelah mengambil mie instan kesukaannya, Tian Jia Rui berjalan mengendap-endap keluar kamar. Memastikan sang Ibu tak terlihat di manapun dan memastikan pintu kamar wanita itu tertutup rapat.
Merasa semuanya aman, Tian Jia Rui langsung berlari menuruni anak tangga untuk menuju dapur dan memasak mi. Tapi, karena terburu-buru dan tak memperhatikan apa yang ia pijak, Tian Jia Rui menginjak sebuah mainan milik sang adik dan langsung terjatuh di tangga.
Bruk!
Seluruh tulangnya yang terbentur permukaan keras dan tumpul terasa sangat nyeri. Belum lagi kepalanya yang terbentur ujung tumpul salah satu anak tangga. Tubuhnya langsung terasa lemas, bahkan untuk berteriak minta tolong saja rasanya tak mampu.
Merasakan basah yang mengelilingi bagian kepala, Tian Jia Rui langsung menyentuh bagian tersebut.
Basah, lengket, kental, dan berbau amis.
Kepalanya terasa berputar dan sangat berat. Perlahan, Tian Jia Rui menatap ke arah tangan yang sempat menyentuh bagian kepala. Sepasang matanya terbelalak saat melihat banyak darah di sana.
"Mama..." lirihnya sebelum membiarkan kegelapan menguasai pengelihatannya.
===============
TBC.
Ish ish ish, kasihannn. Belum juga makan mi instan terakhir 😪
Pesan moral : Jangan niat bikin mie instan kalo mama udah masak, nanti jatuh dari tangga.
Eh guys, kan nanti Jia Rui masuk ke badannya Yichen, enaknya tetep manggil Jia Rui atau ganti jadi Zhuo Yichen tapi dengan jiwa yang berbeda?
Dan pelayan-nya manggil Zhuyi apa nihh? Tuan-Tuan, Tuan-Nyonya, atau yang lain?
Plis, butuh banget, guys. Soalnya aku dilema, wkwk. Tolong jawab ya yang punya ide, kalo belum nemu yang cocok nanti kalian nunggu Bab 1 sampe lumutan lho 🗿
ESTÁS LEYENDO
Unexpected Transmigration
FantasíaTian Jia Rui, seorang murid SMA yang memiliki hobi membaca novel, tiba-tiba saja bertransmigrasi ke dalam salah satu novel yang ia baca. Bukan sebagai karakter utama, tapi sebagai seorang Ibu dari karakter penjahat. Mampukah Tian Jia Rui mencegah ak...
Prolog
Comenzar desde el principio
