Peringatan—
Mari jangan diambil serius saat membaca. Just having fun ya guys! Don't Judge.
—————
Setelah kejadian kamar mandi, setiap Raya melihat atau dirinya tidak sengaja bertatapan dengan Ivana di kelas dia malah melakukan hal-hal diluar perkiraannya bisa dibilang dirinya salah tingkah.
Sampai-sampai dirinya tidak bisa tidur semalaman, apalagi hari ini harus kelas pagi. Raya hanya tertidur selama 3 jam.
Yang benar saja?!
Raya menyukai seorang cowok sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ya, sudah sangat lama. Bahkan sekarang saja tidak tau apakah cowok itu sudah memiliki pacar atau belum. Gebetannya sangat misterius. Mereka hanya berteman di instagram, Raya pernah menyatakan perasaannya baru-baru ini, tapi sayangnya ditolak. Namun menurut Raya dirinya masih punya kesempatan untuk pacaran dengan gebetannya itu, walaupun kesempatan itu hanya ada dikisaran angka 0,001 persen dari 100 persen.
—————
Kelasnya agak membosankan, entah karena dia yang tidak suka dengan mata kuliah itu atau karena dosen yang mengajar. Tanpa Raya sadari dia malah tertidur dengan bolpoin yang masih dia pegang, salah satu pipinya ditidurkan ke buku yang tadi dia tulis. Raya lumayan rajin mencatat, namun ini pertama kalinya dia tertidur di dalam kelas.
"Raya Rinjani?" Panggil seorang pria—Dosen metodelogi SPSS, mungkin umur beliau lebih dari setengah abad, memanggilnya. Namun Raya tidak mendengarkan.
"Raya Rinjani?" panggilnya lagi.
Sampai dirinya di senggol oleh teman sebangkunya—Nabillah Andini. "Heh, Rey! Dipanggil sama Pak Okan" bisiknya.
Rey—panggilan teman-teman Raya di kelas. Karena nama Raya bukan hanya dirinya. Jadi, sebagai pembeda, teman-temannya memanggil dirinya Rey.
Raya mengerjap kaget, "EH—I-iya pak?"
Keterkejutannya membuat seisi kelas tiba-tiba menjadi senyap, dan matanya tidak sengaja bertatapan dengan Ivana yang malah menampilkan senyum tipisnya.
Sialan, maksudnya senyum kayak gitu apaan coba?!—Raya agak malu.
"Kamu sepertinya ngantuk sekali ya? Sana ke kamar mandi dulu. Cuci muka." Kata Pak Okan.
"Ma-maaf pak. Saya tadi malam nggak bisa tidur." Sebenarnya Pak Okan tidak galak, dan beliau juga tidak bertanya mengapa, namun ini pertama kalinya. Tetap saja Raya merasa bersalah.
"Sudah, sana. basuh wajahmu dulu." Ucap beliau lagi.
"Ba-baik pak." Raya berdiri kemudian pergi berjalan hingga memegang engsel pintu untuk keluar kelas.
Baru saja akan membuka pintu, "Pak, saya ijin ke kamar mandi."—Ucap Ivana, yang membuat Raya terdiam lalu Ivana berdiri kemudian ikut menyusulnya.
Entah karena sudah kuliah, cara mengajar dosen tidak sama dengan guru saat masih sekolah. Jika ingin keluar kelas tidak lagi ditanya ini dan itu. Sekarang, niat ingin ke kamar mandi tanpa ijinpun sebenarnya diberikan saja. Bahkan ada beberapa dosen yang terkesan "bodoamat" jika mahasiswanya tidak mengikuti mata kuliahnya. Awalnya adalah cultureshock, namun lama-kelamaan itu merupakan hal biasa di perkuliahan.
Ngapain?!—dalam hati Raya yang sudah memegang engsel pintu.
Ivana ikut memegang engsel pintu itu, membuat Raya harus menarik tangannya agar jari-jari mereka tidak bersentuhan kemudian sedikit menggeser badannya agar tidak menghalangi Ivana ketika membuka pintu kelas.
"Ka-kamu duluan aja." Raya mempersilahkan Ivana untuk melangkah lebih dulu.
Ivana menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, "Ya udah." Ucapnya dingin kemudian melangkah pergi begitu saja.
VOCÊ ESTÁ LENDO
Until Then
RomanceStaring at her, admiring her, knowing damn well she doesn't know how pretty she is.
