Prolog.

2 1 0
                                        

Sunyi, ceruk ruangan terasa bersih namun terdapat beberapa bunyi yang muncul sesekali. Tarikan nafas dari dada yang turun dan naik secara berganti,  tubuh gemetar menunggu nasib yang akan ia terima dalam sebentar.

"Pa, Kayana ga harus selalu jadi yang pertama, kan?" Lirih seorang gadis yang kini duduk meringkuk.

Dan saat sedang menghapus jejak-jejak tangis, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Perasaan Kayana bercampur aduk, seakan ia sehabis ini akan di kutuk.

BRAK !!!

Pintu terbuka tanpa tangan yang mendarat di gagangnya. Paksaan pintu yang terbuka itu, membuat aliran darah Kayana seakan berhenti menjadi air.

"Saya sudah bilang, kamu hanya perlu belajar, sekolah, dan menjalankan apa yang saya suruh!" Teriak sang Ayah.

PLAK!!! Satu tamparan mendarat di pipi halus Kayana. Malang, kapan Kayana akan kembali merasa dirinya di sayang?

"Maafkan Kayana Pa, Kayana keliru.." Kayana memohon ampun.

Ayah nya yang sudah tuli alasan dan belas kasihan pun, seakan tak tahu apapun lagi apa makna memaafkan.

"—Anak baru itu terlalu cerdas untuk Kayana saingi hari ini." Sambung Kayana setelah itu.

Sang Ayah menatap tajam, seakan tak sudi mendengar ucapan apapun yang keluar dari lisan sang putri.

"Papa tak terima alasan, jika besok kamu mendapatkan nilai dibawah seratus, jangan harap badan mu tidak akan lebam." Ancam sang Ayah lalu membanting pintu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Your Smart, But I More Than YouWhere stories live. Discover now