Joss menatap layar dengan dahi berkerut. Sesuatu dalam percakapan itu menusuk pikirannya, membuatnya teringat pada kejadian Gavin beberapa waktu lalu, serangan yang dianggap polisi cuma ulah orang mabuk.

Dari sofa, Lawan mendengus tanpa melepas earphone. "Ngapain lu bengong gitu, bro?"

Joss mendongak, mendapati Lawan meliriknya dengan mata malas.

"Gak, gue lagi baca forum aneh aja," jawabnya singkat.

Lawan nyengir tipis. "Forum lu tuh isinya pasti konspirasi orang stress semua. Ntar tiba-tiba lu jadi percaya bumi datar lagi."

Joss mendecak, kembali menatap layar. "Dih, gue berantemin orang yang stand on bumi datar conspiration, anjing."

Komentar lain malah nyambungin ke isu eksperimen genetik, bahkan ada yang bilang penyerangan semacam itu udah sering terjadi tapi selalu ditutup-tutupi polisi dengan alasan klasik, 'orang mabuk, kasus ditutup'.

Dari sudut matanya, Lawan melirik sebentar ke layar Joss. "Serius lu masih mikirin kejadian itu? Kan kata polisi cuman orang mabok."

Joss mendesah berat, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. "Iya, masalahnya kalau beneran cuma mabok, kenapa sampe segila itu? Dua orang, bawa piso lagi mereka. Kalo orang lain mah gak peduli gue. Tapi ini Gavin, bro, yang mereka serang Gavin."

Lawan melepas sebelah earphone, kini lebih serius. "Terus, lu mau percaya sama komun X beginian? Isinya teori ngaco semua. Gue yakin palingan mereka pengen views doang."

Lalu tiba-tiba Lawan berhenti mengetik, "Tapi mungkin aja bener." ujarnya sembari menatap Joshua dengan alis bertaut.

Joss merasa aneh lalu menatap balik Lawan sebelum membawa tangannya untuk menonyor dahi pemuda itu, "Kerjain aja bab akhir lu yang ga kelar-kelar itu."

Lawan mengangkat kedua tangan, setengah bercanda tapi ada nada sungguhan di baliknya. "Santai, bro. Gue cuma bilang jangan kebawa teori random netizen. Tapi kalo ternyata ada benernya, gue ikut lu."

Joss menoleh sebentar, bibirnya membentuk senyum miring. "Lu ikut gue bukan karena percaya, tapi karena lu kepo kan."

Lawan nyengir kecil. "Ya... 50-50 lah."

Joss menggeleng sebelum menggulir layar lagi, matanya menyipit ketika menemukan quote retweet baru yang tersembunyi jauh di bawah. Tidak terlalu mencolok dan bahkan viewer-nya sangat sedikit. Hampir berada di ujung.

"Saya polisi, dan minggu ini aja lebih dari 50 laporan serupa masuk. Hati-hati semuanya."

Dada Joss mendadak merasa tidak aman, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Tangannya berhenti mengetuk meja. Ia membaca ulang beberapa quoted post itu tiga kali, memastikan matanya tidak salah lihat.

"Wan," gumamnya pelan, tapi temannya sudah kembali asik dengan earphone. Akhirnya Joss mendesah keras, berdiri, dan meraih ponselnya.

Nomor Gavin ia tekan hampir otomatis, dan nada sambung berdering sebentar sebelum terdengar suara khas Gavin yang datar.

"Halo?" suaranya acuh tak acuh, bahkan terdengar bercampur dengan suara click-click joystick ditekan keras, lalu teriakan samar entah dari siapa di sekitar sana. Mungkin Nardi yang mengutuk semua yang ada disekitarnya.

Joss menegakkan tubuhnya, ingin bicara soal komentar tadi, tapi begitu mendengar kekacauan di seberang, mulutnya diam. Ada bagian dari dirinya yang menolak untuk membuat Gavin makin terganggu.

"Kapan pulang?" akhirnya hanya itu yang keluar, pendek dan jelas.

"Gak tau. Malem kali," jawab Gavin singkat, masih dengan nada tak peduli, disusul lagi suara button mash dan umpatan samar.

Hierarchy: Enigma (JossGawin) - Part 1 EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang