[ON GOING]
Seorang gadis dengan ingatan yang samar terlempar ke semesta asing-aneh namun familiar, tak masuk akal, namun terasa begitu nyaman. Seakan tempat itu telah lama menunggunya, menawarkan kebebasan yang selama ini ia rindukan. Tapi kenyamana...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Perasaan malas membuatmu malas untuk berangkat sekolah, andaikan papamu ga mengancam dengan melarangmu membeli novel lagi mungkin sekarang kamu masih terbaring di kasur. Kicauan burung terdengar di telingamu dengan santai, di sertai klakson dan pembicaraan papamu dengan lawan bicara di ponsel miliknya, menatap jalanan dengan bosan kamu menangkup satu pipimu melamun hingga akhirnya kamu di turunkan di dekat lingkungan sekolah, "papa antar sampai sini saja ya? papa harus segera berangkat ke bandara, jaga dirimu" ucap papamu tidak lupa mengelus pucuk rambut mu dengan lembut. Kamu hanya mengangguk lalu tersenyum, "hnmh tidak apa-apa, semangat bekerjanya, papa" dan turun dari mobil.
Melihat kepergian papamu, kakimu melangkah menuju menuju gerbang sekolah sebelum tiba-tiba matamu melihat segerombolan orang di depan gerbang '?? wartawan?' Alismu terangkat, mengapa ada banyak waartawan pada pagi hari begini- atau karena sebelumnya kamu berangkat terlalu pagi jdi tidak menyadari mereka?, matamu melirik jam di pergelangan tanganmu dan meringis kecil 'sial- aku bisa terlambat'
Kamu dengan cepat mencari jalan lain- naasnya, salah satu wartawan melihatmu dan segera semua org mengerubunimu "Bagaimana pendapatmu mengenai All might yng menjadi- ehhh kamu gadis yg membantu pemuda yng tertangkap manusia lumpur waktu itu ya?" sebuah mic terarah ke mulutmu, kamu melirik wanita itu dan menghela nafas "maaf saya bisa terlambat, jdi bisa anda sekalian menyingkir?"
Kamu tersenyum ramah namun para wartawan itu kembali mendesakmu tanpa mengkhawatirkan keadaanmu, "jawab dulu! apa pendapatmu mengenai all might yng menjadi tenaga pengajar?" wanita itu menahanmu di tempat, semilir angin menerbangkan rambutmu yng di jepit, matamu melirik wajah wanita itu "gatau, sudah kan?" jawabmu ketus, kemudian memilih untuk keluar dari kerumunan wartawan yang menyesakkan itu "jawab yng benar nak! kami butuh pendapatmu! dan biarkan kami berbicara dngn all might" wanita itu bersikeras meminta jawaban, memegang tanganmu dengn paksa menahanmu ditempat krna kesal.
Kamu meliriknya, kemudian menghela nafas kesal "sudah kubilang-" ucapanmu terjeda ketika melihat gerbang yg sudah tertutup. Mengerjap pelan, kamu menepis tangan wartawan itu dan menatapnya tajam "apaan? udh di bilang gatau, ribet banget? aku jadi telat nih kau mau tanggung jawab?" ucapmu, tanganmu mencoba mengambil sebuah kartu belajar di saku bajumu sebelum membeku "eh apa? tunggu!" kamu mencari kartu pelajarmu dengan panik, rasanya jiwamu hendak keluar dari ragamu ketika menyadari bahwa benda tersebut tertinggal di kamar milikmu 'gilaa... bagaimana caraku masuk kedalam?!'
"ayolah nak, memberi jawaban singkat itu kan hal yang mudah! kami sudah dua hari disini dan belum mendapatkan jawaban!" seru wanita itu emosi, ketika hendak menjawab- sebuah kain putih melingkari tubuhmu dan menarikmu masuk kedalam, membuat para wartawan itu berteriak dan membuatmu berterima kasih "thanks sensei, aku berutang budi" ucapmu sambil menatap gerbang yng kembali tertutup.
Aizawa hanya menatapmu dengan mata malasnya, dan menyeretmu seperti kepompong dngn kainnya; tidak berniat melepaskanmu "loh sensei?! aku bisa jalan sendiri!" kamu meronta, meminta dibebaskan yng tentu tidak didengar olehnya "kau terlambat dan tidak membawa ID mu, kasuga. Kau pikir bisa lolos dari hukuman?" ucapnya dingin, kamu terdiam dan membiarkan aizawa membawamu ke kelas "salahkan para wartawan itu dong! aku juga ngga berniat terlambat" lirihmu kesal, kemudian aizawa berbelok masuk kedalam kelas tanpa berniat membalas dan menatap ke arah murid-muridnya yng tercengang melihatmu melayang seperti mumi.