Prolog & Cast

159 100 55
                                        

"Kadang, suara yang paling pelan justru yang paling sulit diabaikan."



Sejak awal, aku telah menjadi bagian dari lembah ini, dari bisikan dedaunan yang merunduk pada pagi, dari cahaya yang menari di atas danau saat senja, dari aroma wangi bunga-bunga yang tak pernah layu meski waktu mengalir diam. Sylireth adalah dunia yang tak mengenal luka, tak mengenal kehilangan. Semua berjalan lembut seperti nada yang tak pernah usai, dan aku pun tumbuh di dalamnya, perlahan, nyaris tanpa berubah, seperti embun yang selalu tahu tempatnya kembali.

Namun belakangan, angin mulai terdengar asing. Masih lembut, masih wangi, tetapi tidak sama. Kadang kala ia membawa serta sesuatu yang tidak bisa kutangkap sepenuhnya, seperti suara yang berasal dari jauh sekali, lebih jauh dari batas lembah ini. Dan setiap kali aku mencoba memejam, suara itu datang kembali, samar, seolah memanggilku.

Aku tak pernah meragukan tempatku di sini. Tak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Tapi kini, pagi terasa lebih sunyi, seolah menungguku bertanya; dan bunga-bunga yang dulu membisikkan ketenangan kini diam, seperti menyimpan sesuatu yang tak dapat mereka ucapkan. Bahkan cahaya pun berubah, masih hangat, namun tak lagi cukup untuk mengusir kegelisahan yang tumbuh di dadaku.

Aku mulai bermimpi tentang dunia lain. Dunia yang tak punya nyala di kelopak daunnya, tak memiliki cahaya yang bernyanyi. Dunia yang tidak tahu bahwa bunga-bunga bisa menangis. Dunia yang terluka oleh waktu. Dan di dunia itulah aku melihatnya, seseorang yang menatap langit dengan mata yang begitu dalam, seakan mencoba mendengarkan angin.

Aku tidak tahu namanya. Aku bahkan tak tahu apakah ia nyata atau hanya bagian dari mimpi-mimpiku yang mulai menyatu dengan kenyataan. Tapi setiap kali aku membuka mata, bayangnya tertinggal di antara cahaya pagi.

Suatu malam, aku berdiri di tepian lembah, di bawah langit yang mulai retak oleh keraguan. Kabut tipis mengambang di antara pepohonan, dan langkahku terasa ringan, terlalu ringan, seolah tak lagi sepenuhnya terikat pada bumi yang dulu begitu kukenal.

Aku tahu aku akan pergi.
Bukan karena aku ingin meninggalkan.
Bukan karena aku ingin mengubah apa pun.

Aku hanya ingin melihat.



Elarien Aevanyth Sylireth

Elarien Aevanyth Sylireth

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Evin Windgrove

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Evin Windgrove

Evin Windgrove

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

○○○

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.



Kadang aku suka bingung sendiri, baru juga mulai nulis satu cerita, eh tiba-tiba otak udah ngelantur ke ide lain. Kayak, "Eh, seru juga ya kalau bikin cerita yang ini," dan akhirnya malah kepikiran terus, padahal cerita yang sekarang aja belum kelar. 😭

Jujur, itu juga yang terjadi sama cerita ini. Tadinya cuma ide selintas, tapi lama-lama hatiku kebawa ke dunia ini, tentang peri dan manusia, tentang rasa yang tumbuh tapi nggak bisa benar-benar bersatu. 🧚🏻‍♀️🍃

Dan yaa, akhirnya cerita ini lahir juga. Meski cerita sebelumnya belum tamat, semoga nggak apa-apa ya. 😅

Semoga kalian bisa jatuh cinta sama dunia kecil ini seperti aku.

Selamat membaca ~
Terima kasih sudah mau menyelami cerita ini. 🙇🏻‍♀️🌺

The Fairy and the Bloom Onde histórias criam vida. Descubra agora