The Lust Control

59.7K 1.1K 49
                                    

Aga.

Jam  9 malam kami baru sampai di rumah. Aku menemani Aira belanja keperluan rumah dulu dan kami makan malam diluar malam ini. Hah...kami sudah benar-benar seperti suami istri kan? minus nananina, ck. Tapi sudahlah, aku juga menghormatinya. Meskipun aku tidak bisa janji kalau tiba tiba aku menyerangnya, hahaha.

Setelah mandi, aku menonton TV sambil menikmati martabak telur langgananku yang sempat kubeli tadi. Dia menuju kekamar, mungkin akan mandi. Bleeeh, menduganya saja aku sudah berpikiran yang iya-iya. Apa ini efek karna nggak dapet jatah? Tapi sejauh ini aku merasa hebat karna bisa mengendalikan diriku dengan baik. Dan dia juga cukup tahu diri untuk tidak membuatku berpikir macam-macam. Pakaiannya cukup sopan saat bersamaku, Ck kalau saja bukan karna perjanjian itu, sudah kupastikan aku akan menaklukkannya sejak malam pertama kami. Ngomong-ngomong, sepertinya aku sudah mulai menyukai istriku itu. Menyukai wajahnya, cara tersenyumnya, bahkan cara marah-marahnya. Aku paling suka kalau dia sudah bersikap galak padaku. Entahlah, seperti ada yang kurang kalau dia tidak memarahiku atau sekedar memelototiku. Ck….aku pasti sudah gila kan? Bagaimana mungkin kemarahannya justru membuatnya semakin terlihat, rr...seksi?

Tiba-tiba saja aku merasa ada yang tidak beres dalam perutku saat aku masih asyik menikmati martabak sambil menonton televisi. Kuhentikan kunyahanku saat mulai merasakannya.

Kutahan sebentar, karna kamar mandinya masih dipakai Aira.

Aku diam. Mencoba menahan rasa melilit diperutku.

Aku.

Aku.

Aku tak tahu seperti apa wajahku sekarang ini,

Tapi yang jelas, aku langsung menghambur ke kamar mandi.

Cklek.

Sial. Dikunci. tentu saja.

“TOK….TOK…AAAAIIII....CE..PET...TAN!!” kataku setengah menjerit sambil memegangi perutku. Dan bagian belakangku. Berharap ‘dia’ tidak keluar sebelum waktunya.

“APAAN SIH?!” jeritnya dari dalam.

“AAARGHH…PERUTKU SAKIT. CE..PET..KE...AARRGH..LU..AR!!” kataku masih dengan sekuat tenaga menahan ‘ itu’.

“Ah, iya..iya! bentar!” Katanya lagi.

Tak sampai 1 menit dia keluar hanya dengan lilitan handuk ditubuhnya. Glek, aku sedikit menelan ludahku, tapi tidak, oh, ada perasaan lain bahkan pikiran lain mengalahkan segala pikiran kotorku dan mendorongku untuk segera masuk ke dalam kamar mandi dan mengeluarkan semuanya.

***

HHHAAAHH…Legaaa.

Aku keluar kamar mandi sambil mengelus elus perutku. Ck, nggak biasanya aku buang air besar malam malam. Kulihat Aira sudah meringkuk di kasur. Mungkin kelelahan.

Tunggu dulu. Otakku tiba tiba beralih lagi ke hal yang lain. Mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Semua itu terekam jelas di otak mesumku. Aira yang keluar kamar mandi hanya dengan lilitan handuk dan rambut yang basah. Hal yang sama sekali tak pernah aku lihat sebelumnya. Ya Tuhaaan…kenapa aku melihatnya justru dalam keadaaan ‘mendesak’ seperti itu? Setidaknya biarkan aku dalam keadaan normal.

Aku memandangnya lagi. Tiba tiba timbul keinginan untuk melakukannya sekarang juga. Kalau perlu aku memaksanya.

Aku menggeleng keras, berusaha menepis pikiran kotor bin anehku itu. Kalau aku melakukannya sekarang. Apa nanti yang dia pikirkan? Memangnya aku cowok ganteng apaan? Dan yang lebih parah lagi, bagaimana kalau dia meninggalkanku. Aaah nggak bisa! Nggak bisa!

Akhirnya aku memilih menghabiskan malamku untuk menonton TV, dan tertidur di sofa. Daripada aku berpikiran atau malah melakukan hal yang ‘iya iya’?

A Wedding-After Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang