CHAPTER 1 - Align

281 42 4
                                        

Gedung kampus menjulang anggun di depannya. Dinding kaca memantulkan cahaya matahari pagi, memberi kesan modern dan hangat. Ia melangkah masuk, disambut udara sejuk dari pendingin ruangan. Koridornya lengang, hanya ada langkah kakinya yang terdengar pelan.

Ia terus berjalan dengan tenang. Tangannya menggenggam ponsel, layar menyala lembut. Jemarinya mulai bergerak, mengetikkan sesuatu perlahan.

Nivara Sastra Inggris 24

Dosennya udah masuk sha, kok lo ga ada di kelas
08.45

lo dimana?
08.47

lo berangkat kan?
08.50

Berangkat
08.59

Sekitar lima belas menit yang lalu, Nivara sudah mengirim pesan singkat bahwa dosen telah masuk kelas. Begitu membaca pesan itu, Kasha segera mempercepat langkahnya. Sepatu sneakers putih yang ia kenakan menapak cepat di lantai koridor yang mengilap, meninggalkan jejak samar di antara bayangan yang jatuh dari jendela kaca besar. Di genggamannya, ponsel yang semula ia tatap kini kembali masuk ke saku jaket.

Sesampainya di depan pintu, Kasha mengangkat tangannya dan mengetuk pelan beberapa kali. Suara ketukan itu terasa seperti gema di telinganya sendiri. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan dosen yang sudah berdiri di depan, sedang membahas sesuatu dengan suara mantap.

Semua kepala serentak menoleh ke arahnya. Jujur saja, Kasha tidak pernah suka menjadi pusat perhatian.

"Kenapa kamu terlambat?" Suara dosen terdengar tegas, tapi tidak meninggi.

Kasha tersenyum tipis dan menjawab dengan tenang, seolah sudah menyiapkan alasan sejak tadi. "Mohon maaf, Bu. Saya terjebak macet karena ada perbaikan jalan."

Kalimat itu meluncur mulus dari bibirnya, meski ia tahu betul itu bukan kebenaran. Jalanan pagi ini sama sekali tidak macet. Bahkan ia sempat menikmati perjalanan yang cukup lengang. Yang membuatnya terlambat bukan perbaikan jalan, melainkan alarm yang ia matikan tanpa sadar tadi pagi. Kenyataannya, ia baru berangkat pukul 07.20, bukan pukul 07.00 seperti yang direncanakan.

"Ya sudah, kamu boleh duduk," ujar dosen akhirnya, tanpa banyak komentar.

Kasha mengangguk sopan. Ia melangkah cepat menuju bangku kosong di samping Nivara, yang sepertinya sengaja disiapkan temannya itu. Begitu duduk, ia meletakkan tas dengan hati-hati di lantai, lalu menatap sekilas ke arah Nivara yang tersenyum penuh arti.

"yakin tuh macet?" sindir Nivara pelan, dengan nada yang jelas-jelas menyimpan tawa.

Kasha hanya mengangguk pelan, enggan menanggapi lebih jauh. Ia tahu Nivara sudah bisa menebak kebohongannya.

"udah absen belum?" tanya Kasha basa-basi, mencoba mengalihkan topik.

"Belum. Paling nanti pas pertengahan." Jawaban Nivara singkat, matanya kembali fokus ke dosen.

Bulan lalu, tak lama setelah Kasha resmi bergabung di grup chat kelas, sebuah notifikasi muncul pesan dari seseorang bernama Nivara. Dengan nada ramah, Nivara menyapa lebih dulu, jelas bermaksud menjalin perkenalan.

Setelah beberapa kali mengobrol santai lewat chat, Kasha menyadari bahwa ia dan Nivara punya banyak kesamaan. Salah satunya, mereka sama-sama suka bermain game. Sejak itu, hampir setiap malam mereka sering bermain bersama secara online.

Only If You Knew (Aralynn)Where stories live. Discover now