KALAU BANYAK VOMENT AKU BUATIN BOOK NYA
WARNING!!
-Gaul
-Tidak baku
-Soft spoken versi anak Medan
-Toxic
-15+
-Karakter elemental, Boboiboy dan teman temannya berasal dari Monsta
HAPPY READINGGG!!
Sementara itu, aku sudah cukup jauh dari mereka. Capek njir, dikejer crush sendiri. Aku ngos-ngosan dan mulai berjalan menuju tempat sunyi, aku takut mereka masih mengejarku.
"Bentar... kok ada empat?, bukannya dia gak pernah pecah empat yah?, setauku kalau gak tiga, lima, yah tujuh.."
Di akhir kata, suaraku mulai merosot menjadi bisikan. Baiklah, aku baru ingat sesuatu.... Percikan listrik mulai terasa di belakangku.
"Aduh.. cerahnya hari ini, abang nak beli apa?. Kebetulan saya sepupunya Bago Go..hehe.." Aku mulai merapalkan kata-kata acak. Mata ku membulat akibat takut dan kaget, tubuhku membeku ditempat.
"Oh... Nak bincang sikit boleh?" Suara itu terdengar tepat di belakangku. Suara Boboiboy, tidak, yang ini beda jenis. Aku mulai menelan ludah dengan berat ketika akhirnya aku berbalik cepat dan mundur selangkah.
"Boleh.." Aku menjawab pelan, tanganku mulai merambat kearah kantung celana ku dan mulai melemparkan kartu CardBot. Karna dia Halilintar. Dia dengan cepat menghilang, karna menghindari kartuku. Dan dengan cepat menunjang perutku hingga aku terlempar ke tanah dan jatuh.
"Ikh.." Aku meringis kecil sebelum akhirnya Halilintar mendekat dan menginjak perutku.
"S-..sakit sakit!!" Kau memekik, dan secara tidak sengaja, suara pekikan perempuan terdengar dari mulutku.
Tentu saja, Halilintar yang mendengar itu segera berhenti menginjak perutku, dia kaget karna orang yang dia kira lelaki ternyata perempuan.
"Kau dah tangkap pelaku nya??." Ice bertanya dari arah belakang Halilintar, dia baru saja sampai.
"..Eh.. iya."
Tentu saja, mendengar percakapan, aku dengan cepat akan bangkit untuk kabur.
Namun tanah yang baru saja aku injak untuk berlari malah tiba-tiba menjulang keatas, memerangkap tubuhku dan mengeras. Aku mulai kaget dan panik, karna pasti, Gemoa juga sudah tiba.
"Udah ketangkep belom!?"
"Blaze bertanya dan dengan cengok nya dia langsung berlari kearah ku dan menatap wajaku"
".... Kok mirip Duri?, wajahnya feminim, dia cowok?" Blaze bertanya dan Gempa juga mulai menatap wajahku.
"Dia cewek."
"HAH!?" Gempa, Taufan, Ice, Blaze dan Duri langsung kaget. Mereka semua mulai menatap wajahku dengan lekat, Blaze yang usil nya gak ketolong segera menarik rambut palsu ku.
Dia juga dengan cepat menarik jaring kepala yang aku pakai agar rambut panjangku tidak keluar saat memakai wig. Karna jaring kepala ku lepas, rambut panjang ku mulai terurai.
"Loh... (Name)!?"
Akhirnya, mereka mengetahui siapa yang selalu menguntit Boboiboy selama ini. Anak kelas sebelah yang tiba-tiba dipindahkan ke kelas mereka satu tahun lalu.
"Kenapa?, kaget yah? hihi."
Entah kenapa, jantungku berdetak tidak wajar. Campuran takut dan semangat malah membuatku berani hingga senyumku melebar.
"K-..kau.. Kenapa kau terus mengawasi kami?." Halilintar mulai bertanya sambil menatap tajam kearahku. Tentu saja, mendengar itu aku segera tersenyum.
"Karna aku ingin. Toh, wajahmu enak dipandang." Aku menjawab dengan senyum lebar.
Blaze yang lebih dekat denganku segera kaget, dia menjatuhkan wig ku dan mulai menunjuk kearah ku dengan sedikit kaget karna baru dapet sesuatu di otaknya.
"Kau... Jangan bilang kau...deredere?"
"Hah?" Gempa, Halilintar, Ice dan Duri segera menatap Blaze dengan tatapan heran, mereka hampir merasa agak setuju, tapi agak janggal sama penyebutannya.
"Kuudere gak sih?" Taufan bertanya, Ice pun hanya bisa menghela nafas lelah.
"Ehmm. Yang terobsesi dan suka stalkerin cowok, itu namanya... apa yah, aku kurang tau.." Gempa menyaut, tentu saja dia gak tau. Dia taunya cuman ngaji.(suami idaman)
"Dasar kalian. Itu tuh disebut Yandere, bukan deredere ataupun Kuudere." Ice mulai membenarkan sambil menggeleng kecil. Merasa heran kenapa pecahan nya yang lain pada agak bodoh² semua kecuali dia.
"AH IYA JUGA!" Blaze dan Taufan segera memekik karna mereka sudah tercerahkan oleh Ice. Mereka ber oh ria, sementara Gempa mengangguk karna dia juga pernah dengar sebutan itu.
"Baiklah semua, kembali ke topik" Gempa mengingatkan, dan para elemental lain segera menatap ku.
(third pov.)
"Apa kau pernah membunuh seseorang?"
Gempa bertanya, karna yang dia tau, yandere itu posesif parah, obsesi nya sangat berlebihan, bahkan jika seseorang yang dia sukai menyentuh atau berbicara dengan lawan jenis kecuali dirinya, maka dia pasti akan membunuh orang tersebut.
(Name) tersenyum kecil pada mereka semua.
"Bukan seseorang, tapi satu makhluk. Ingat Kokojambo?, itu makhluk pertama yang aku bunuh karna dia mendapat sentuhanmu."
Mereka diam sejenak, mencoba mengingat nama orang yang (Name) sebutkan sebelum akhirnya Taufan menjawab dengan nada tidak percaya.
"Kau... KAU KEJAM!!, BISA BISANYA KAU MEMBUNUH ALIEN YANG BAHKAN SUDAH TOBAT!!"
Taufan segera tersulut emosi, sampai Gempa harus menghadang Taufan, Halilintar segera menatap (Name).
"Aku ingat bahwa Kokojambo sudah dimasukkan ke toples. Kenapa bisa kau menemukannya?" (Name) semakin tersenyuman lalu dengan tenang memejamkan mata dan mulai bercerita.
"Tentu saja, karna aku memintanya dari Adu du, karna dia cukup mudah dikelabui. Jadi aku mendapat apa yang ku mau, dan yap. Aku masih ingat darah alien itu berwarna coklat pudar saat memencetnya ditanganku."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mereka semua yang mendengar perkataan (Name), hanya bisa membelalakkan mata, darah?, jika ada kata itu, maka yang pasti, itu namanya kekerasan. Apalagi ketika dia bilang memencet makhluk kecil itu ditangan nya.
"Kau..benar benar..."
"Kejam."
"DAN KAU MELAKUKAN ITU HANYA KARNA KAMI PERNAH MENYENTUHNYA!?"
"Tentu saja. Karna aku mencintai kalian."
"Mencintai?, tch. Kau berharap apa?. Kau bahkan bukan sebanding kami."
Halilintar membalas sengit, senyum (Name) semakin lebar karna rencananya benar benar berjalan sangat mulus dari yang ia pikirkan. Mereka tersulut emosi.
"Yah.. aku sangaaaaat berharap" (Name) pada akhirnya, tidak bisa meahan tawa bahagia dan akhirnay tertawa. Membuat mereka semua waspada dan heran.
"Aku berharap, jika kau akan lebih memilih melihat pulau rintis bagaikan kembang api."
"Apa yang kau rencanakan hah!?" Mereka semua kembali tersulut emosi dan mulai menatap (Name) dengan siaga penuh. Beberapa dari mereka bahkan melihat ke sekeliling, mereka merasa akan ada bahaya lebih.
"Baiklah, silahkan pilih. Pengeboman di pulau Rintis atau menikah denganku?"
TAMAT
AUTHOR'S MESSAGE:
Author hanya mau mengatakan. terlalu panjang hingga dibagi dua chapter😭😭😭😭