EPISODE 4

3K 107 2
                                    

Hari ini mama membuat perayaan atas kelulusan Kotoko di terima di Universitas Tonan. Rasanya menjengkelkan, cewek bodoh sepertinya bisa punya pilihan untuk masuk universitas sedangkan aku belum bisa memutuskan akan lanjut ke universitas atau tidak. Aku belum tahu apa yang aku inginkan sekarang ini.

Kotoko memberiku pijatan kepala yang aneh. Ia berterima kasih karena telah membantunya belajar. aku tidak mengerti, dari pada ini apa dia tidak bisa memilih hadiah yang lebih baik.

Seperti dugaanku semuanya syok mendengarku belum mengambil keputusan. Itu bukanlah hal yang mudah. Aku tiak tahu apa yang ingin aku peljari atau kejar nantinya. Aku tidak mau membuang-bunag waktu dengan melakukan hal yang tidak ada tujuannya.

Hingga malam itu, ada yang mengetok pintu kamarku.

"Ya?"

"Bisa bicara sebentar?" Tanya Kotoko sembari masuk ke dalam. Aku hanya diam. Apa yang dia inginkan?

"Ini." Aku melihat ia meletkkan jimat buatannya sendiri di atas mejaku. Hm... kenapa dia mesti repot-repot melakukan hal seperti ini.

"Besok ujian seleksi, jadi kau ikut kan?"

"Aku mengajukan pendaftarannya." Itupun karena aku masih bingung. Tapi tak ada salahnya juga mengikuti ujian.

"Kecuali jika ada perguruan tinggi lain yang ingin kau tuju, kurasa orang tuamu akan senang jika kau di universitas Tokyo. Aku selalu membuat ayahku kesulitan. Kuharap aku punya kesempatan sepertimu dan dapat membuat ayahku bangga."

Entah kenapa kata-katanya membuatku memikirkan keinginan kedua orang tuaku. Tapia pa yang mereka harapkan bukanlah hal yang aku inginkan.

"Ya itu saja." Katanya kemudian berelalu pergi.

"Kenapa kau berencana kuliah?" tanyaku kemudian menghentikan langkahnya.

"Kenapa? Aku akan belajar dan mendapatkan teman baru yang banyak."

"Kalau alasanmu untuk belajar, aku yakin kau tidak bisa menikmatinya." Sindirku. Ia langsung cemberut.

"Aku tidak mengerti semuanya memikirkan tentang kuliah."

"Perguruan tinggi harusnya cocok denganmu yang suka belajar."

"Aku tidak mau kuliah. Aku tidak butuh orang di kampus untuk mengajariku. Aku bisa belajar sendiri"

"Tapi kau bisa mendapat kualifikasi yang nantinya akan membantumu di masa depan."

"Kalau begitu apa yang ingin kau lakukan?"

"Aku tidak tahu tapi... ah aku tahu! Kau akan temukan apa yang kau inginkan ketika di universitas, apa yang ingin kau lakukan kedepannya."

Hm... benarkah bisa begitu?

"Kau tidak perlu menggunakan otakmu untuk dirimu sendiri, Kau bisa memanfaatkannya untuk perkembangan jepang."

Cara berfikirnya begitu sederhana. Ia tidak perlu memikirkan banyak hal tapi ia bisa melangkah dengan apa adanya dirinya.

"Kau hebat." Pujiku tulus. "Aku selalu berfikir. Kenapa dia mencurahkan hatinya untuk ini, dan dia mencurahkan hatinya untuk melakukan sesuatu tapi kenapa ia bisa tidak berhasil? Aku terkesan."

"Kau menyindirku?"

"Aku harap aku bisa seperti itu." Kataku setenga melamun. Ah... apa yang telah aku katakan? Hampir saja aku menyatakan semua perasaanku padanya.

"Aku harus bangun pagi besok. Sebaiknya aku tidur sekarang."

"benar, selamat tidur."

Bicara denganmu membuat perasaanku lebih baik. Aku tidak pernah mengutaran perasaanku sebenarnya pada siapapun. Meski tidak sengaja kau membuatku sangat nyaman hingga membuatku tanpa sadar mengutarakan perasaanku begitu saja padamu. Kotoko, terim kasih.

ITAZURA NA KISS : LOVE IN TOKYO (IRIE NAOKI)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें