Awalnya Farrel sempat menduga dia tipe wanita sosialita yang doyan keluyuran malam, tapi... kelihatannya nggak juga.
Tapi semua itu berubah ketika Farrel menoleh ke arah gadis yang duduk di sebelah Indah.
Gadis itu... seharusnya adalah adik tirinya yang baru. Tapi...
"Ayo dong, kenalan dulu," dorong Indah sambil tersenyum.
"I-iya, Mah," sahut gadis itu sedikit gugup, bangkit sedikit dari duduknya.
Dia tinggi, rambutnya panjang dan berponi, sedikit bergelombang dan hitam mengkilau. Ada tindikan perak di telinganya yang memantulkan cahaya lampu. Di pergelangan tangannya ada gelang-gelang logam, dan di lehernya kalung tipis melingkar.
Pakaian yang dia kenakan cukup... berani. Bukan terbuka vulgar, tapi cukup buat kelihatan satu bahu. Makeup-nya tipis tapi mencolok, dan aromanya wangi, kayak parfum branded.
"Salam kenal. Namaku Marsha Sofia, panggil aja Marsha."
Farrel menelan ludah.
"Eh, iya. Farrel, Farrel Argawinata"
Merekapun berjabat tangan, lalu gadis itu menunduk sedikit, sopan.
Farrel kaget. Beneran. Kalau bukan karena dia sudah lihat foto masa kecil Marsha sebelumnya, dia bakal yakin ini cewek bukan adiknya, tapi lebih ke selebgram atau influencer dengan ribuan follower.
Marsha yang dia bayangkan... ya, anak Sekolah Dasar yang imut kayak di foto itu.
Tapi yang sekarang? Seperti gadis kuliah tahun kedua, seumuran dia, dan... wow.
Dunia Farrel langsung goyah.
"Ini... bukan seperti yang aku denger, lho," bisiknya ke Aran.
"Yah, Papah juga baru pertama kali ketemu langsung. Foto yang Indah kasih ya itu, waktu kecil," jawab Aran, bingung juga.
"Tapi, dia kelihatan seumuran aku, lho."
"Emang seumuran kok. Dia 20 tahun."
"Dan papah nyuruh aku manggil dia 'adik' ?"
"Ulang tahun kalian cuma seminggu lebih dulu."
"Seminggu?"
Farrel merasakan seluruh ekspektasinya tentang sosok "adik perempuan baru" hancur berantakan. Yang ada di pikirannya tadi, sosok adik yang lucu, kalem, dan pengen dilindungi.
Sekarang malah kayak... cewek populer yang nggak bisa dia dekati.
"Maaf ya kalau jadi bikin kalian bingung," ujar Indah pelan. "Marsha itu emang nggak suka difoto, aku udah berkali-kali minta dia suruh foto, tapi tetep nggak mau anaknya, makanya yang ada aku cuma kirim foto lamanya."
Marsha mengangguk pelan.
"Iya, aku nggak nyaman difoto. Dari dulu. Sering dibilang sorot mataku terlalu tajam."
"O-ooh, gitu ya..." sahut Farrel, masih berusaha memahami semuanya.
Tapi satu hal jelas di matanya, Marsha itu cantik. Cantik banget. Sampai bikin jantungnya berdebar. Tapi dia juga tahu, jangan sampai salah langkah. Gadis ini bukan untuk ditaksir. Ini... adik tirinya sekarang.
"Tapi aku lega," ucap Marsha tiba-tiba, sambil menyentuh dadanya pelan.
"Hah? Lega soal apa?"
"Aku sempat khawatir kamu bakal jadi cowok yang serem atau nyebelin."
Farrel senyum kecut.
"Siapa tau, aku justru cowok serem yang pinter nyamar."
"Tapi kata Papah Aran, kamu kerja paruh waktu buat bayar kuliah sendiri. Aku pikir kamu anaknya rajin."
YOU ARE READING
Not 'Really' Siblings
RomanceHari pertama tinggal seatap dengan orang asing. Lebih tepatnya, dengan seorang gadis yang... terlalu serius, terlalu pintar, dan terlalu cantik untuk jadi adik tiri. Namanya Farrel, Mahasiswa biasa yang mendadak punya keluarga baru karena ayahnya me...
Chapter 1
Start from the beginning
