Hari pertama tinggal seatap dengan orang asing.
Lebih tepatnya, dengan seorang gadis yang... terlalu serius, terlalu pintar, dan terlalu cantik untuk jadi adik tiri.
Namanya Farrel, Mahasiswa biasa yang mendadak punya keluarga baru karena ayahnya me...
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
***
Malam itu, awan menutup langit Jakarta. Dari toko buku ke kawasan Kemang cuma butuh beberapa menit untuk naik motor.
Farrel baru pulang kerja paruh waktu sebagai karyawan toko buku atau pramuniaga di salah satu Gramedia di dekat kampusnya, masih pakai jaket hitam yang baunya bercampur aroma buku khas ketika pelanggan membeli buku itu dan ditambah asap jalanan yang penuh dengan polusi.
Sesuai chat WhatsApp dari ayahnya, dia harus mampir ke restoran yang katanya bakal jadi tempat "perkenalan resmi".
Jam segini, kawasan Kemang memang selalu padat. Deretan mobil berhenti sembarangan, dan anak-anak muda nongkrong di pinggir jalan sambil tertawa keras-keras. Di depan restoran yang ia tuju, beberapa cewek berdiri sambil ngobrol seru-terdengar nada-nada mengeluh soal pacar masing-masing.
"Cowok gue tuh ya, nggak ngerti cara nge-treat cewek banget," kata salah satu cewek, kulitnya agak gelap, pakai baju crop top warna neon dan celana robek-robek. Rambutnya dicat abu-abu perak dengan potongan edgy ala influencer TikTok.
Dalam hati, Farrel bergumam, Kamu juga nggak kelihatan ngerti cara nge-treat orang sih, Kak.
Tapi ya sudahlah, bukan urusannya. Dia nyelip di antara mereka dan buru-buru buka HP, nyari chat dari ayahnya tentang nomor meja.
Bukan berarti Farrel anti sosial, tapi kalau bisa sih jauhan dikit dari tipe orang yang terlalu ribet dan penuh drama. Apalagi, malam ini dia bakal ketemu seseorang yang konon katanya, akan jadi "adik tirinya".
Bukan, bukan kayak yang kalian pikir. Ini bukan kisah lolicon, bukan cerita cinta absurd. Farrel cuma mau mastiin satu hal, yaitu kalau benar dia punya adik, semoga cewek itu nggak tumbuh jadi kayak cewek-cewek di depan restoran tadi.
"Farrel! Di sini!"
Suara ayahnya yaitu Aran Immanuel terdengar dari meja dekat jendela. Farrel menoleh dan melihat sang ayah melambaikan tangan. Lumayan keras pula lambaian itu, sampai beberapa pengunjung ikut melirik. Farrel nyengir kikuk dan cepat-cepat jalan ke meja.
Saat itu juga, rasa nggak enak yang dia rasakan sejak keluar dari tempat kerja mulai tumbuh makin kuat. Kayak ada sesuatu yang mengganggu, tapi belum tahu apa.
Dan ketika dia akhirnya berdiri di depan meja, melihat tiga orang yang duduk di sana, rasa itu berubah jadi kejanggalan yang nyata.
"Senang ketemu kamu, jadi kamu Farrel, ya? Maaf banget harus manggil kamu ke sini langsung setelah kerja," sapa seorang wanita dewasa dengan senyum hangat. Wajahnya lembut, dengan riasan tipis dan postur anggun.
Yaps, dialah Indah Azzahra, wanita yang akan menjadi ibu tirinya.