Debugging Hati Sang Hacker

2 0 0
                                        

Bryan menatap layar laptopnya dalam senyap. Di balik dinding kode, permintaan dari seorang pejabat tinggi Makassar sedang menanti: sistem perlindungan data pribadi tingkat tinggi. Ancaman nyata mengintai, dan hanya Bryan—atau nama yang lebih dikenal dalam dunia bawah tanah, Alejeandro—yang mampu menanganinya.

Namun bukan hanya sistem yang tengah ia jaga. Hatinya pun sama retaknya.

Di sisi layar, ada satu foto kecil yang tak pernah ia pindahkan dari desktop: Jeya. Si "little girl" yang dulu pernah menolongnya ketika ia tersesat waktu kecil, dan sejak saat itu... Bryan tahu, hidupnya berubah.

"Little girl... kamu selalu bisa bikin aku hidup dan hidup terus," gumamnya pelan, seolah berbicara pada gambar itu. Wajah Jeya sedang memanah, fokus, penuh semangat. Bryan tahu betul semangat itu—itu yang dulu menuntunnya keluar dari gelapnya hari-hari yang tak menentu.

Ia mengklik notifikasi grup. Sebuah video pendek muncul—kiriman dari Zoe. Chris dan Jeya. Duduk bersama, tertawa, berbincang seperti dulu saat semua belum serumit ini. Chris menyebut Jeya dengan panggilan yang sama seperti dulu: Jejey. Bryan menahan napas.

Ia mencoba tersenyum... tapi senyum itu pahit. Tidak ada baris kode yang bisa menghapus rasa itu.

"Aku bisa ngehack sistem nasional... tapi nggak bisa hack hati kamu, ya," katanya lirih. "Little girl, kamu makin jauh... meski kamu ada di layar ini setiap hari."

Ia bersandar. Sekilas, kenangan itu kembali. Tentang hari saat ia meretas CCTV jalanan demi mencari adiknya, Cleona. Tentang bagaimana ia tertangkap dan harus menjalani tiga tahun masa tahanan. Tentang momen saat ibu Jeya, Camelia Raiden, datang ke tempat itu—untuk berterima kasih.

Namun yang membuat Camelia kaget... adalah saat ia tahu Bryan ternyata mengenal putrinya.

"Jeya yang dulu nolong saya waktu kecil, Bu." Kalimat itu masih terngiang jelas di kepala Bryan. Dan Camelia hanya bisa terdiam, dengan sorot mata yang berubah—dari curiga menjadi teduh.

Bryan tersenyum pahit lagi.

"Kalau waktu itu aku nggak tersesat... mungkin aku nggak akan kenal little girl-ku."

Tangannya kembali menari di atas keyboard. Kode demi kode ia tulis, membentuk sistem perlindungan paling mutakhir untuk data seorang pejabat. Tapi hatinya... tak pernah bisa ia lindungi dari perasaan yang tumbuh diam-diam, dan tak pernah selesai.

Chris memang baik. Jeya terlihat bahagia saat bersamanya. Tapi Bryan tahu... tidak semua kebahagiaan bisa dibagi dua.

Dan sebagai Alejeandro, Bryan harus tetap jadi bayangan. Tetap jadi pelindung diam-diam.

"Kamu milik dunia yang terang, little girl. Dan aku..." Bryan menarik napas dalam, "aku cuma pengintip dari balik layar."

langit dan lautWhere stories live. Discover now