Tangled Red Strings

Start from the beginning
                                        

"Baik-baik, tuan setia, lalu apa yang akan kau lakukan jika bertemu dengannya?"

Benar, apa yang akan Mu Qing lakukan jika ia bertemu dengan pasangan yang ditakdirkannya? Bagaimana ia harus bersikap? Apa cara yang tepat untuk menolak pasangannya karena ia tidak mencintainya? Mu Qing tampak sibuk melamun, pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan untuk dirinya sendiri. Merasa bersalah, Pei Ming mengibaskan tangan di depan wajah Mu Qing agar pemuda itu sadar dari lamunannya.

"Tidak usah dipikirkan sekarang. Kau pasti bisa mengatasinya ketika benar-benar bertemu dengannya," ujarnya.

Walau menganggap Pei Ming menyebalkan namun kadang kala pemuda itu bisa menjadi teman mengobrol yang menyenangkan. Banyak hal yang Pei Ming tahu tentang Mu Qing, namun sayangnya Mu Qing sendiri tidak tahu banyak tentang pemuda di depannya. Ia kemudian menunjuk benang merah di jari Pei Ming. "Kau sendiri sudah menemukannya?" Kali ini Mu Qing benar-benar penasaran.

"Sudah," jawabnya santai.

Tertarik dengan jawaban itu, Mu Qing menegakkan tubuhnya. "Sungguh? Berarti kau sedang berkencan dengannya saat ini?"

Pei Ming menggeleng, "Dia menolakku."

"..."

"Pfft" Mu Qing tampak menahan tawanya setelah keheningan panjang, ia menutup mulutnya dan mati-matian meredam suara tawanya. Entah mengapa ia merasa nasibnya tidak jauh berbeda dengan Pei Ming saat ini. Cinta bertepuk sebelah tangan.

"Berbahagialah atas penderitaanku saat ini, tapi kami berjanji akan bertemu kembali di masa depan jika sudah lelah bermain-main," Pei Ming kemudian mulai menceritakan kisah cintanya. Ketika benang merah itu terlihat, pemuda itu langsung segera menemukan pasangannya. Seorang gadis yang tinggal di depan rumahnya. Mereka beberapa kali pernah menyapa di masa lalu, namun tidak pernah menyangka kalau keduanya memang ditakdirkan bersama. Pei Ming (yang memang dikenal sebagai playboy) tampaknya mulai serius dengan perasaannya ketika benang merah ini muncul, sayangnya gadis yang menjadi pasangannya belum menginginkan hubungan yang serius, ia sedang ingin fokus dengan pendidikannya yang sedang dibangun perlahan.

Gadis itu bahkan mengizinkan Pei Ming untuk berkencan dengan siapa pun yang ia inginkan. Menurutnya, usia mereka terlalu muda untuk membahas soal hubungan yang terlalu serius. Namun, gadis itu menegaskan, jika salah satu dari mereka lelah bermain-main, maka salah satunya harus mengalah untuk menerima hubungan tersebut. Mendengar itu, Mu Qing merasa cukup salut dengan Pei Ming dan pasangannya. Setidaknya mereka tahu apa yang akan mereka lakukan satu sama lain saat ini dan di masa depan.

Mu Qing jadi memikirkan kembali pertanyaan Pei Ming sebelumnya. Apa yang akan ia lakukan saat bertemu dengan pasangannya nanti. Haruskah ia jujur kalau ada orang lain yang ia cintai? Atau ia harus menyingkirkan rasa cintanya pada Feng Xin untuk pasangannya itu? Semakin dipikirkan membuat Mu Qing semakin sakit kepala.

Pada akhirnya Mu Qing dan Pei Ming berpisah hari itu, hari sudah semakin sore dan Mu Qing tidak mungkin terus-terusan kabur. Ia melangkahkan kaki menuju rumah Xie Lian, berharap tidak berpapasan dengan Jian Lan dan Feng Xin yang sedang bermesraan. Namun sayangnya seperti yang sudah-sudah, harapan Mu Qing tinggallah harapan saja. Begitu memasuki pagar, Mu Qing menemukan keduanya hampir berciuman. Feng Xin tampak terkejut dengan kedatangan Mu Qing pun dengan Jian Lan, dan Mu Qing sendiri yang tidak menyangka melihat  pemandangan di depannya langsung berlari masuk ke dalam, tidak ingin mengganggu keduanya. Namun tak lama, Mu Qing bisa mendengar suara Jian Lan yang memanggil namanya dengan cukup keras sambil memasuki rumah.

Mu Qing yang sudah ada di dapur untuk berjalan ke dalam kamarnya memutuskan untuk kembali ke ruang tengah. Tak ada sosok Feng Xin di sana, hanya Jian Lan yang mulai mengomel. Untungnya saat itu rumah sedang sepi, orang tua Xie Lian belum pulang sementara Xie Lian sendiri entah ada di mana. "Gara-gara kau aku jadi kehilangan kesempatan untuk menciumnya!" Jian Lan masih mengomel dan Mu Qing mau tak mau hanya mendengarkan saja. Jian Lan mendekat ke arah Mu Qing, menunjuk-nunjuknya dengan kesal. "Awas kalau kau menggangguku lagi!"

Sungguh, Mu Qing juga tidak ingin mengganggu mereka. Siapa yang senang mengganggu orang lain yang tengah bercumbu. Ia juga tidak sengaja melakukannya, kalau saja ia tahu Feng Xin belum pulang saat itu, mungkin ia tidak akan masuk ke dalam rumah. Lagipula apa yang ada di pikiran Feng Xin, ini bukan rumahnya atau rumah Jian Lan tapi bisa-bisanya ia berkencan di sini? Bahkan saat Xie Lian tidak ada?

Mu Qing melemparkan tasnya di lantai dan naik ke atas ranjangnya, tidur tengkurap dan menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Ia sungguh lelah dengan perasaan ini dan tidak mengerti kenapa ia harus mencintai Feng Xin seperti ini. Kenapa benang merah ini tidak menghubungkan mereka? Jika memang tidak akan pernah terhubung, kenapa perasaan cintanya justru semakin tumbuh dan semakin tumbuh setiap harinya?

to be continued...

Red String | Feng Xin & Mu QingWhere stories live. Discover now