Tentunya ini membuat Xie Lian dan Feng Xin kebingungan atas perubahan sikap Mu Qing. Walau bagi Xie Lian, Mu Qing tidak terlalu berubah saat bersama dirinya dan masih membantunya menyiapkan banyak hal mulai dari pakaian dan membersihkan kamar, namun sikapnya pada Feng Xin juga membuat Xie Lian bertanya-tanya. Pernah suatu waktu, Xie Lian bertanya pada Mu Qing, apa yang membuatnya berubah namun jawaban Mu Qing hanya sekenanya saja. "Aku memang begini sejak dulu." Tentunya jawaban ini membuat Xie Lian tidak ingin bertanya lebih jauh lagi.
Penyesalan Mu Qing akan benang merah ini memuncak ketika melihat benang Feng Xin terhubung dengan Jian Lan, sepupu Xie Lian. Oh, betapa dekatnya takdir Feng Xin dengan kekasih hatinya. Ia benar-benar muak melihat benang merah ini, beberapa kali bahkan ia mencoba untuk memutus benang merahnya sendiri yang sudah pasti akan kembali tersambung di jarinya. Ia tidak bisa marah pada siapa-siapa selain dirinya sendiri, ini membuatnya menjadi lebih sinis pada siapapun.
Kehidupan yang memuakkan bagi Mu Qing tidak hanya tentang benang merah tapi juga perlakuan teman-teman sekelasnya. Mengetahui Mu Qing hanyalah pembantu Xie Lian membuat banyak siswa di kelasnya menganggap dirinya sebelah mata, tak jarang mereka menyuruh Mu Qing melakukan banyak hal untuk mereka. Baik Xie Lian atau Feng Xin jelas tidak mengetahuinya, ketiganya tidak pernah berada dalam satu kelas bersama dan Mu Qing sangat pandai menutupi rahasia tersebut. Setelah sikapnya berubah sinis dan mencoba membangkang, teman-teman sekelasnya justru lebih keras padanya, tak jarang mereka dengan mudah memukul Mu Qing ketika pemuda itu melawan.
Sore itu, Mu Qing terduduk di dekat gudang sekolahnya. Seragamnya kotor dan wajahnya sedikit memar akibat tamparan seorang siswa di kelasnya. Hari ini, Mu Qing menolak mengerjakan tugas siswa tersebut dan berakhir hampir dikeroyok oleh tiga orang yang merupakan teman siswa itu. Untungnya saat itu, Pei Ming, salah satu teman sekelas Mu Qing memergoki mereka sehingga Mu Qing terbebas dari pukulan-pukulan lainnya yang lebih parah.
Pemuda itu—Pei Ming—berjongkok di hadapan Mu Qing. Wajahnya menatap lurus, memandang Mu Qing dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti. "Aku bingung kenapa Xie Lian dan Feng Xin tidak sadar kalau kau sering mendapatkan perundungan seperti ini," ujar Pei Ming kemudian. Mu Qing mengalihkan pandangannya, tak ingin menatap Pei Ming yang ia kenal sebagai seorang playboy yang senang bergonta-ganti pacar. Menjadi seorang pembantu Xie Lian saja sudah membuat kehidupan sekolahnya sulit, apalagi jika ada yang melihat Pei Ming mengobrol dengannya saat ini.
"Bukan urusanmu," Mu Qing bangkit dari duduknya dan membersihkan seragamnya yang kotor. Terdengar kekehan Pei Ming yang juga ikut berdiri dan masih memandang Mu Qing. Kedua tangannya ia lipat di dada. Bagi Mu Qing, pemuda di hadapannya ini jauh lebih menyebalkan daripada Feng Xin. Ia bersyukur, benang merah di jarinya tidak terhubung dengan Pei Ming namun ia juga merasa kasihan pada seseorang yang terhubung dengan pemuda itu.
"Ingatlah Mu Qing, kau bisa berlindung padaku jika Xie Lian atau Feng Xin tidak bisa melakukannya," ucapnya sambil berlalu dari hadapan Mu Qing. Meninggalkan tanda tanya besar di kepala Mu Qing. Mereka memang menjadi teman sekelas selama dua tahun berturut-turut, namun baru kali ini Pei Ming tampak tertarik untuk mengobrol dengannya, bahkan menyuruhnya untuk berlindung di belakangnya. Mu Qing tampak mendengus, ia merasa hidupnya begitu lucu. Ia tidak membutuhkan siapapun untuk berlindung. Tidak pada Xie Lian ataupun Pei Ming.
Namun, semenjak kejadian itu, Pei Ming tampak berusaha berada di samping Mu Qing di setiap kesempatan. Seperti saat Mu Qing berada di kantin bersama Feng Xin dan Xie Lian, ketiganya tampak mengobrol sambil menghabiskan makan siang mereka bersama saat Pei Ming tiba-tiba duduk di samping Mu Qing dan meletakkan makanannya di atas meja. Mu Qing menoleh padanya dengan sinis, menghentikan obrolan mereka bertiga, "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya.
Pei Ming bersikap tak acuh dan mulai menyendok makanannya, "Lanjutkan obrolan kalian. Aku di sini untuk menemanimu," ucap Pei Ming membuat Mu Qing semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran anak itu. Feng Xin yang duduk di sebrang Pei Ming tampak menatap keduanya secara bergantian, isi pikirannya tidak bisa ditebak, pun dengan ekspresinya saat ini. Melihat ketegangan di antara mereka, Xie Lian mencoba mencairkan suasana.
YOU ARE READING
Red String | Feng Xin & Mu Qing
FanfictionMu Qing benci benang merah di jari kelingkingnya. Ia berharap bisa memotongnya dan menyambungkannya pada jari Feng Xin agar mereka bisa menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan bersama. Jika memang ia tidak ditakdirkan untuk bersama Feng Xin hanya...
Tangled Red Strings
Start from the beginning
