Namun, sepertinya dewa keberuntungan berada di sisinya kali ini. Orang tua Xie Lian mengatakan akan membiayai sekolah Mu Qing di sekolah yang sama dengan Xie Lian dan Feng Xin. Mendengar nama Feng Xin membuat degup jantung Mu Qing berdetak lebih cepat dari biasanya. Bayangkan, selama ini ia hanya membayangkan keduanya bisa mengobrol namun kali ini ada kesempatan baginya bahkan sampai bersekolah di tempat yang sama. Sang ibu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung menerima tawaran majikannya, namun, hal itu tidak diberikan cuma-cuma, sang majikan meminta Mu Qing untuk membantu Xie Lian dalam segala hal mulai dari menyiapkan pakaian hingga membereskan kamarnya. Mu Qing mau tak mau menerimanya, dibiayai sekolah dan diberikan tempat tinggal baginya sudah sangat cukup dengan pekerjaan seperti itu.
Semenjak itu, Xie Lian mulai mengajaknya untuk belajar bersama, terlebih ketika masa mendekati ujian akhir. Mereka biasanya menghabiskan waktu di ruang tamu untuk belajar bersama. Seperti saat ini. Mu Qing sedang menyelesaikan contoh ujian matematika yang cukup sulit ini, sampai Xie Lian mengatakan sesuatu yang membuatnya berhenti mengerjakan. "Aku sudah lama sekali ingin mengajakmu mengobrol. Namun, ketika kuhampiri, kau akan pergi menjauh."
Mu Qing hanya menunduk, menatap soal-soal di atas kertas yang belum terselesaikan itu. Memang beberapa kali Mu Qing tahu Xie Lian menghampirinya namun sebelum anak itu mendekat, Mu Qing sudah kabur. Menurutnya, anak seorang majikan tidak seharusnya mengobrol dengannya yang hanya seorang anak pembantu. "Maaf, aku hanya tidak merasa pantas," jawab Mu Qing dengan pelan dan masih menunduk. Xie Lian yang melihat Mu Qing berkecil hati mulai menepuk pundaknya pelan.
"Tidak apa-apa, aku senang sekarang kita sudah bisa mengobrol seperti ini."
Mu Qing bisa melihat senyuman lebar di wajah Xie Lian, namun entah mengapa ia tidak merasa itu benar-benar senyuman yang tulus untuknya. Mungkin hanya perasaan Mu Qing saja, Xie Lian tidak mungkin memandang dirinya sebelah mata, bukan? Xie Lian kemudian melanjutkan kegiatannya menghitung soal matematika yang sama seperti Mu Qing sampai suara anak laki-laki lain terdengar. Itu Feng Xin. Degup jantung Mu Qing kembali berdetak dengan cepat ketika melihat Feng Xin mendekat ke arah mereka dan duduk di sampig Xie Lian, berhadapan dengan Mu Qing.
"Siapa?" Feng Xin berbisik pada Xie Lian, yang masih bisa didengar oleh Mu Qing. Akhirnya Xie Lian memperkenalkan keduanya, ia bahkan menjelaskan kepada Feng Xin bahwa Mu Qing akan bersekolah di tempat yang sama dengan mereka berdua. Sepanjang perkenalan itu, hanya Xie Lian yang bersuara sementara Mu Qing hanya menunduk dan terdiam.
"Kau tidak bisa berbicara, Mu Qing?" tanya Feng Xin tiba-tiba yang mengejutkan Mu Qing dan Xie Lian.
"Hey, dia hanya malu, jangan seperti itu Feng Xin," Xie Lian memperingatkan. Namun, Feng Xin tampak tidak peduli.
"Setidaknya bicaralah padaku, kenapa Xie Lian yang harus menjelaskan semuanya," kalimat Feng Xin cukup pedas bagi Mu Qing, namun pemuda itu tidak terlalu marah, jantungnya bahkan masih berdegup cepat karena pada akhirnya ia bisa mendengar suara Feng Xin yang tertuju padanya. Walau sinis, Mu Qing senang karena Feng Xin bisa melihat ke arahnya, tidak lagi hanya pada Xie Lian. Dan pelan-pelan harapan baru tumbuh di hati Mu Qing, harapan benang merah di jari kelingkingnya bisa terhubung dengan jari Feng Xin. Anak muda itu kembali menanti usia tujuh belas tahun dengan begitu semangat.
Sayangnya, harapan Mu Qing berubah menjadi kesedihan yang mendalam. Pagi itu di hari ulang tahunnya yang ketujuh belas, Mu Qing bisa melihat benang merah di jari Feng Xin dan dirinya tidak saling terhubung. Hari ulang tahun yang harusnya membawa kebahagiaan bagi Mu Qing kini hanya membawanya ke rasa penyesalan yang mendalam, ia menyesali penantiannya selama ini, ia menyesali kenapa ia harus bisa melihat benang merah itu, ia menyesali kenapa dirinya terus jatuh cinta pada Feng Xin padahal mereka tidak akan pernah bisa bersama. Ia merasakan amarah yang besar pada dirinya sendiri, sehingga tanpa sadar membuat sikapnya pada Feng Xin berubah. Jika dulu ia akan bersikap malu-malu bahkan lebih banyak diam, kini ia mulai menanggapi ucapan-ucapan sinis Feng Xin.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Red String | Feng Xin & Mu Qing
Hayran KurguMu Qing benci benang merah di jari kelingkingnya. Ia berharap bisa memotongnya dan menyambungkannya pada jari Feng Xin agar mereka bisa menjadi sepasang kekasih yang ditakdirkan bersama. Jika memang ia tidak ditakdirkan untuk bersama Feng Xin hanya...
Tangled Red Strings
En başından başla
