4. Algoritma Takdir

Zacznij od początku
                                        

Nadia menghela napas. "Bukan 'soal' aplikasinya, tapi ya... lebih ke soal kesempatan."

Mia mendekat, ekspresinya berubah serius. "Nad, lo sadar nggak ini bisa aja scam? Lo bahkan nggak tahu itu aplikasi dari mana!"

Nadia menegakkan punggung, bersikap tenang meskipun ada sedikit kegelisahan yang mulai mengusik pikirannya. "Mia, gue udah cek namanya. Raka Rahardian. Ada di Google. Dia beneran ada."

Mia melipat tangan di dada. "Terus? Lo mau ketemu dia gitu aja? Lo tau dari mana dia bukan penipu?"

"Gue bakal ketemu di tempat umum, bukan di ujung gang sempit," balas Nadia. "Dan lagi... ini bukan pertama kalinya gue ketemu orang dari aplikasi."

"Tapi ini bukan aplikasi biasa, Nad!" suara Mia meninggi. "Lo sendiri yang bilang semalam, kan? Ini tiba-tiba muncul di HP lo tanpa lo install! Itu red flag gede banget!"

Nadia terdiam. Oke, Mia ada benarnya juga. Kalau ia berpikir secara logis, memang ada banyak hal aneh dari SoulmateSync. Tapi...

"Mia, kalau lo ada di posisi gue, lo juga bakal penasaran," katanya, mencoba meredam kegelisahan sahabatnya. "Gue udah terlalu lama stuck di titik yang sama. Kalau ada satu kemungkinan buat ngubah itu, kenapa nggak gue coba?"

Mia menghela napas panjang. "Nad... lo nggak perlu buktiin apa-apa ke siapa pun. Apalagi kalau ini cuma buat nunjukin ke Adnan atau followers lo kalau lo 'menang'."

Nadia mengatupkan bibir. Itu tepat sasaran. Terlalu tepat.

Mia melunak, menepuk bahu Nadia. "Gue cuma takut lo ngelakuin ini karena haus validasi. Lo tuh lebih dari sekadar feed Instagram lo, lebih dari sekadar mantannya Adnan. Jangan sampai lo ngejalanin sesuatu yang lo sendiri nggak yakin, cuma karena lo ngerasa harus terlihat 'menang'."

Nadia menunduk, memainkan resleting tasnya dengan gelisah. "Gue ngerti, Mi."

Mia masih menatapnya dengan ekspresi khawatir. "Lo beneran yakin mau pergi?"

Nadia menarik napas panjang sebelum mengangguk. "Iya. Gue harus tahu ini apa. Siapa tahu... ini beneran jalan gue."

Mia tidak terlihat puas, tapi ia juga tahu Nadia bukan tipe yang mudah dihalangi kalau sudah mengambil keputusan. "Oke. Tapi kalau ada yang aneh, lo kabur. Lo share lokasi ke gue. Dan lo angkat telpon gue kalau gue nelpon."

Nadia tersenyum kecil. "Siap, boss."

Mia masih mendengus, tapi akhirnya membiarkan Nadia pergi.

Namun satu hal yang belum mereka sadari—mereka sebenarnya tidak punya pilihan. Kontrak SoulmateSync sudah diterima. Dan pertemuan itu bukan sekadar "kesempatan"—itu keharusan.

***

Raka membuka matanya perlahan, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Pagi ini tidak ada alarm yang membangunkannya, tapi perasaan aneh di dadanya cukup untuk membuatnya langsung sadar.

Ia meraih ponselnya, mengernyit ketika melihat ikon SoulmateSync masih terpajang di layar. Sejenak, ia berharap semua ini hanya kesalahan sistem, mungkin mimpi aneh yang terbawa ke dunia nyata karena terlalu sering berkutat dengan kode dan algoritma.

Tapi tidak. Begitu ia membuka aplikasi itu, notifikasi langsung muncul.

"Jadwal pertemuan pertama: Hari ini, 10.00 WIB. Lokasi telah ditentukan. Kehadiran wajib."

Kehadiran wajib?

Raka mengerutkan kening. Nada notifikasi itu terasa berbeda dari aplikasi kencan pada umumnya. Tidak ada opsi untuk menunda atau membatalkan. Seolah ini bukan sekadar ajakan, tapi perintah.

Ia mengusap wajah, mencoba berpikir jernih. Dari awal, ada yang tidak masuk akal tentang aplikasi ini. Bagaimana bisa tiba-tiba terunduh di ponselnya? Kenapa notifikasinya terasa begitu... mutlak?

Raka menggulir layar, mencari opsi untuk menghapus aplikasi. Tidak ada. Bahkan di menu pengaturan, opsi "uninstall" menghilang begitu saja.

"Ini apa, sih?" gumamnya.

Selama bertahun-tahun ia berkecimpung di dunia pemrograman, belum pernah ia menemukan aplikasi yang seaneh ini. Bahkan aplikasi sistem bawaan pun masih bisa dihapus dengan metode tertentu.

Ia kembali membaca notifikasi itu, lalu menghela napas.

Baiklah. Ia akan pergi. Bukan karena ia percaya pada algoritma jodoh ini, tapi karena ia perlu mencari tahu bagaimana aplikasi ini bekerja.

Bagi Raka, dunia adalah sekumpulan pola yang bisa dipahami dan dijelaskan dengan logika. Setiap sistem, setiap algoritma, setiap keputusan yang dibuat oleh mesin pasti memiliki dasar matematis yang bisa diuraikan. Itulah sebabnya ia mendalami AI—karena ia percaya bahwa teknologi, jika dikembangkan dengan benar, dapat memahami dan memprediksi manusia lebih baik daripada manusia itu sendiri.

Namun, ada satu hal yang tidak pernah bisa ia pahami: dirinya sendiri.

Sejak dulu, ia tidak pernah terlalu peduli pada hubungan romantis. Ia tidak percaya bahwa cinta adalah sesuatu yang bisa diukur atau dihitung. Baginya, hubungan hanyalah interaksi sosial yang dioptimalkan berdasarkan preferensi dan kecocokan lingkungan. Ia tidak melihat urgensi untuk mencari pasangan, apalagi sampai bergantung pada aplikasi kencan.

Tapi ada satu hal yang mengusiknya.

Setiap kali ia mencoba aplikasi kencan biasa—sekadar untuk membuktikan teori tentang algoritma pencocokan—jawabannya selalu sama: "Not Found."

Bukannya ia merasa perlu memiliki pasangan, tapi secara statistik, hasil itu tidak masuk akal. Tidak ada satupun kecocokan? Tidak ada satu pun orang yang bisa direkomendasikan untuknya? Itu bukan sekadar kebetulan. Itu adalah anomali.

Dan anomali selalu punya sebab.

Saat SoulmateSync tiba-tiba muncul di ponselnya tanpa ia install dan langsung memberikan satu nama—Nadia—Raka merasa ada sesuatu yang tidak beres. Bagaimana bisa aplikasi ini m,enemukan pasangan yang "ideal" untuknya ketika semua sistem lain gagal? Apa yang membedakan algoritmanya? Apa dasar pemrosesan datanya?

Semua ini tidak hanya menyalakan rasa ingin tahunya—ini menantang seluruh pemahamannya tentang bagaimana teknologi bekerja.

Dan ketika ia sadar bahwa aplikasi ini bahkan tidak bisa dihapus, bahwa ia tidak bisa mengakses sistemnya seperti aplikasi biasa, bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik tampilan antar mukanya—ia merasa tertantang.

Ia tidak percaya pada cinta, tapi ia percaya pada data.

Ia tidak tertarik mencari pasangan, tapi ia tertarik mencari jawaban.

Jika SoulmateSync adalah AI yang benar-benar revolusioner, maka ia ingin tahu bagaimana caranya. Jika ini adalah ilusi, maka ia ingin menemukan celahnya. Dan jika ini adalah sesuatu yang lebih besar dari sekadar aplikasi kencan, maka ia ingin menjadi orang yang membongkarnya.

Ia datang karena tak bisa membiarkan misteri ini tetap tak terpecahkan.

Dan kalau ada sesuatu yang janggal, ia akan mencari cara untuk membongkarnya. 

-----

Soulmatesync: Married by AlgorithmOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz