21. One of a Kind

8 2 0
                                        

「 𝙣𝙤𝙬 𝙥𝙡𝙖𝙮𝙞𝙣𝙜 」
0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
Tipe-X - Kamu Ngga Sendirian

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

"Kenapa harus gue?" Alis gadis itu semakin bertaut. Kedua tangannya sudah disedekapkan.

"Kenapa bukan lu?" balasku sekenanya.

"Gue bandel, tukang bolos, seragamnya nggak pernah bener." Ia mulai menyebutkan dosa-dosanya selama ini.

"Masa lu semua maksa gua cuma gara-gara gua paling tua?" protesnya.

"Nay, kita maksa lu bukan karena kita numbalin lu, tapi karena kita emang percaya sama lu, Nay," ucapku.

Memang benar semua yang ia katakan soal dosa-dosa yang ia perbuat yang membuatnya tak mungkin menampakkan wajah di depan para guru. Di kelas sepuluh ia sering bolos tanpa ada yang tahu kabarnya. Sekalinya masuk, pasti kena tegur gara-gara kemeja seragamnya yang selalu dikeluarkan. Selain itu, pernah suatu hari seorang guru risih melihat rambutnya yang terurai panjang dan tanpa sengaja menemukan tindik di telinganya, yang kemudian ia lepas tak lama dari itu.

Namun, semakin sering aku berinteraksi dengannya, semakin aku sadar bahwa dia punya kepribadian yang baik. Celotehan-celotehannya selalu menghidupkan kelas. Dia orang yang maju paling depan untuk memberi dukungan pada teman sekelas kami yang sedang lomba. Dan kurasa selain paling tua secara umur dia memang paling dewasa di antara kami. Setiap ada teman kami yang butuh mencurahkan isi hatinya, dia selalu bersedia untuk mendengarkan dan memberi nasihat berdasarkan pengalamannya. Meski usianya masih tujuh belas tahun, ketika mendengar cerita-ceritanya rasanya ia telah melewati begitu banyak ombak badai kehidupan. Karena semua itulah dalam waktu singkat ia menjadi orang yang paling menonjol di antara kami, tanpa ia sadari.

"Kenapa bukan lu aja yang jadi ketua kelas?" tanyanya, membuatku berpikir sejenak untuk berkelit.

"Gimana kalo lu jadi ketua kelas, gue jadi wakil lagi?" Katakanlah aku spesialis wakil ketua kelas. Karena memang pada kenyataannya aku tak punya kerjaan apa-apa selama ketua kelas kami rajin, tapi sekarang mungkin kalau Nayla berniat bolos-bolosan lagi aku benar-benar harus bekerja.

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya Nayla bersuara, "Bener ya?"

Aku mengangguk mantap. "Seratus persen."

"Oke," finalnya singkat yang membuat kami yang ada di sekelilingnya berteriak girang.

Tapi untuk kali ini aku yakin, sih, dia nggak akan bolos-bolos lagi. Aku percaya dia bisa mengemban tugas ini dengan baik. Jika suatu saat dia keberatan, sebagai orang yang paling vokal menunjuknya, aku akan bersedia menjalankan tugas bersama dengannya.

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

DAY 21
Buka website https://randommer.io/random-movies lalu masukkan angka 5 pada bagian "How many movies?". Klik tombol Random movies. Pilih salah satu judul film sebagai tema ceritamu.

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

Maaf aku gabisa insert gambarnya, udah kucoba berkali-kali tapi ketutup mulu terus sekarang aku harus ngetik ini lagi karena ilang AAAA

Jadi film yang kudapat: Muchael Collins (1998), Martha Marcy May Marlene (2011), Creed (2015), Child's Play (1988), dan The Upside (2019). Aku pilih The Upside yang artinya sisi positif.

[21/02/25]

Days of the AdolescentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang