20. Semenit Jadi Masinis

7 4 0
                                        

「 𝙣𝙤𝙬 𝙥𝙡𝙖𝙮𝙞𝙣𝙜 」
0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
Dramatic Sound Effect

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

Bagi seorang masinis berpengalaman, pemandangan kegiatan sore para petani yang berjalan pulang dengan cangkul di pundak berlatar langit jingga telah kutemui setiap hari. Namun, setiap netraku menangkap panorama tersebut hatiku tetap merasakan kekaguman dan ketenangan yang sama meski suara deru lokomotif di rel baja menggema begitu keras.

Di tengah aku menikmati keindahan yang tiada duanya tersebut, mataku langsung membelalak ketika mendapati tubuh seseorang terbentang di rel kereta yang hanya berjarak ratusan meter dari kereta. Sekejap aku di landa panik, mungkin kini deru jantungku tak kalah dengan deru mesin lokomotif. Meski aku menarik tuas rem, hal itu jelas sudah terlambat dilakukan dalam jarak sedekat ini.

Aku meneguk ludah, keringat bercucuran mengalir melewati pelipis. Dalam bertahun-tahun karirku, aku belum pernah menghadapi kejadian semacam ini. Namun, karena sejak kecil aku bercita-cita menjadi pahlawan super, aku menginjak pedal rem. Laju kereta mulai melambat, tetapi tak cukup lambat untuk berhenti sebelum menabrak orang itu.

Begitu jaraknya terpangkas hingga tinggal puluhan meter, aku dapat melihat wajah laki-laki yang tergeletak di rel kereta tersebut. Tiba-tiba ia menoleh, lantas tersenyum, lalu tertawa melihat wajahku yang panik setengah mati.

Itu ... Ali, kawan sebangkuku.

Kalau dia tabrak aja, sih.

Ketika kereta sudah tinggal semeter dari tubuhnya, cowok berambut belah tengah itu bangkit dan memamerkan gelak tawa. Seketika semuanya seolah dalam mode slow motion. Ali memasang sebuah rel menanjak satu meter di depan kereta dan buru-buru kabur sebelum semuanya kembali normal. Rel yang menanjak itu tiba-tiba terhubung dengan rel-rel lainnya yang membentuk loop seperti pada roller coaster. Sembari berteriak histeris, aku menginjak-injak pedal rem. Tiba-tiba aku merasakan mulutku dibekap.

Dengan keadaan kaget aku terbangun dan mendapati tangan yang membekap mulutku adalah tangan Ali yang besarnya sebesar wajahku. Kini cowok berkacamata itu jatuh tersungkur sambil tertawa terbahak-bahak sampai menitikkan air mata. Kasak-kusuk suara teman-teman sekelasku pun mulai memenuhi rungu. Tawa menggelegar dari mulut mereka.

kursi yang semula menopang kakiku telah berpindah tempat sehingga saat ini kakiku menapak lantai sepenuhnya

"Monyet lu Sean!" tuduhku pada si Bule yang saat ini duduk di kursi seberangku.

Dengan wajah yang masih merah setelah terbahak-bahak, ia ngegas, "Lah bukan gua! Ali!"

Sang pelaku masih terduduk di lantai memegangi perutnya.

"Lah ... abisnya elu ...." Sambil berusaha mengatur napas ia bicara.

"Lu mimpi apa, Jer? Mimpi kepeleset?" Setelah itu ia kembali melanjutkan tawanya.

Lain kali, kalau aku melihatnya lagi di rel kereta, aku tak akan segan untuk langsung menabraknya.

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

DAY 20
Buatlah cerita di mana tokoh utama kalian adalah seorang masinis yang tengah dihadapkan situasi genting: tak jauh di depan sana, seseorang terjebak di tengah rel kereta. Tak butuh waktu lama sebelum kereta yang tokoh kalian operasikan menabrak orang tersebut. Apa yang akan tokoh kalian lakukan?

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

Temanya kayak soal psikotes ya. Karena aku nggak mau moralku dipertanyakan atau logika ceritaku dipertanyakan jadi aku sekalian buat absurd dengan (lagi-lagi) membuat tokohku sedang mimpi.

Anw Jerico ini cukup sering muncul di REAKSI IV tapi nggak termasuk MC, cuman teman terdekat para MC aja.

[20/18/25]

Days of the AdolescentsWhere stories live. Discover now