Who are you?

1.4K 63 2
                                    

"Gimana Rei? Deal?" Devan menatap Reinhard serius menunggu jawaban dari pemuda dihadapannya.

Reinhard diam. Mencerna baik-baik apa yang baru saja disampaikan Devan. Berbagai jawaban "Ga", "Ga bisa", "Lo gila ya?", " Gue ga mau" sudah berulang kali ia berikan tapi yang disampaikan Devan yang terakhir ini membuat Reinhard terdiam lama. Berpikir. Bagai makan buah simalakama. Pilih kanan salah. Pilih kiri juga salah.

"Ga ada cara lain apa Dev?" Reinhard mencoba menawar lagi.

Devan menatap Reinhard serius. "Nope. "Cuma itu caranya. Gue yakin cara itu bakal berhasil dan cuma lu yang gue yakin bisa bikin itu berhasil."

Reinhard mengusap wajahnya lagi. Menarik napas panjang dan membuangnya. "Deal"

Devan langsung tersenyum lebar "Thanks Bro. It means a lot"

Reinhard hanya diam. Dia ga mood bicara lagi. Semua bercampur satu sekarang. Bingung. Kesal. Marah. Entah apa lagi. Kepalanya sakit rasanya.

****************************************

"Itu dia" Devan memberi tahu Reinhard. Reinhard melihat mengikuti arahan Devan. Di perpustakaan kampus sekarang mereka berada. Berdiri di ujung koridor F melihat seorang pemuda yang sedang merapikan buku-buku perpustakaan.

"Lu ga salah?" Reinhard bertanya dengan wajah bingung.

"Ga lah. Gue yakin. Kenapa emangnya?" Devan balik bertanya dengan suara pelan

"Keliatan anak baik-baik yang cupu"

"Tau serigala berbulu domba kan? Emang harus gitu bro. Kalo keliatan kayak serigala ga ada yang mau deketin lah."

Reinhard diam. Ga menyangka. Kalo orangnya dia mungkin ga akan sesulit yang ia bayangkan. Dia menyeringai ke Devan.
Devan menepuk pundak Reinhard.
"Oke. Gue tinggal ya sekarang. Gue tunggu di food plaza"

Reinhard menarik napas pelan. "Oke"

Devan berlalu meninggalkan perpustakaan dan Reinhard berjalan mendekati pemuda itu.

"Ehm" Reinhard berdeham ketika sampai di samping pemuda itu.

Pemuda itu menoleh ke Reinhard.

"Sori. G mau cari buku tapi ga nemu daritadi. Bisa bantuin cari ga?" Reinhard membuka pembicaraan.

"Bisa. Mau cari buku apa?" Pemuda itu tersenyum ramah. Pemuda itu salah satu petugas perpustakaan. Di kampus ekonomi ini diperbolehkan menjadi petugas perpustakaan sesuai dengan syarat dan ketentuan tertentu.

Reinhard memperhatikan pemuda itu. Tubuhnya kurus. Kaos tangan panjang berwarna biru navy polos yang dipakainya terlihat lusuh tapi bersih dipadu dengan celana jeans hitam dan sneaker. Wajahnya pucat seperti orang yang kekurangan tidur dan kekurangan gizi. Tingginya hanya sebatas mata Reinhard. Reinhard semakin ragu. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi..

"Sori" suara itu menyadarkan Reinhard.
"Mau cari buku apa ya?" Tanyanya.

"Oh.. ehhh.. itu aduh gue kok jadi lupa ya judul bukunya" Reinhard gelagapan. Dia berusaha mengingat salah satu judul buku mata kuliahnya.

"Kalo lupa judulnya. Isinya aja tentang apa. Nanti judulnya bisa coba dicari langsung di raknya" pemuda itu berusaha membantu.

"Oh.. ehm.. tentang bussiness management gitu deh" jawab Reinhard sekenanya. Berhubung mata kuliah Reinhard selanjutnya adalah Audit.

"Oh. Buku-buku itu ada di koridor L. Coba dilihat di koridor L" pemuda itu menjawab dan mengakhirinya dengan senyum.

Reinhard memperhatikannya lagi. Senyum itu terlihat tulus dari wajahnya yang pucat. Senyumnya bukan senyum yang menggoda. Reinhard masih terus bertanya tanya. Apa benar dia orangnya? Rasanya tidak mungkin dia..

"Ehm" suara itu menyadarkan Reinhard lagi untuk kedua kalinya.
"Apa ada yang aneh dari gue?" Tanyanya pada Reinhard karena melihat Reinhard yang sudah dua kali menatapnya agak lama.

"Oh.. engga engga. Ga ada kok. Emm. Gue Reinhard." Reinhard langsung memperkenalkan diri. Kenapa dia jadi gugup begini.

Pemuda itu mengernyit tanda bingung.

"Ah itu. G bakalan sering ke perpus. Lagi perlu banyak buku. Jadi gue bakalan sering minta tolong lu nih." Reinhard mencoba menjelaskan berupaya tidak terlihat aneh dan mencurigakan.

"Gue Angga" jawabnya ramah.

"Oke Ga. Besok-besok gue boleh kan minta tolong lagi?" Reinhard memberikan senyuman yang biasa menggetarkan jiwa para kaum hawa di kampus ini. Berharap pemuda di hadapannya akan mulai tertarik padanya.

"Boleh" Angga tersenyum ramah lagi.

"Sip. Gue duluan ya. Ada kelas lagi nih."

Angga lagi-lagi hanya tersenyum ramah.

Reinhard berjalan meninggalkan perpustakaan. Angga melihatnya dengan bingung. "Bukannya tadi katanya cari buku? Kok?" Angga memutuskan untuk menghiraukannya dan kembali merapikan buku-buku.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang