19. Before It's Too Late

7 3 0
                                        

「 𝙣𝙤𝙬 𝙥𝙡𝙖𝙮𝙞𝙣𝙜 」
0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
Paramore - Still Into You

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

Sudah setengah jam berlalu sejak kami membuka pengumuman SNBT. Di setengah jam itu, aku masih berusaha memahami situasinya, atau lebih tepatnya menerima kenyataannya.

Kami sama-sama diterima. Dia di pilihan pertamanya, sementara aku di pilihan kedua. Bukannya aku iri padanya. Hanya saja ... itu artinya kami harus berpisah.

Dulu, rumah kami bersebelahan. Usianya lebih tua setahun dariku. Maka dari itu, karena tak tahu namanya, aku selalu memanggilnya "abang".

Barulah saat masuk SD aku tahu namanya. Meski usianya lebih tua satu tahun dariku, Raka masuk SD seangkatan denganku. Sejak saat itu, kami selalu berangkat sekolah bersama.

Namun, di kelas lima SD keluargaku pindah rumah. Meski begitu kami tetap bisa bertemu setiap hari dan berteman dekat. Hingga SMP, SMA, kami selalu satu sekolah.

Maka untuk mempertahankan persahabatan kami, kami mendaftar di pilihan satu yang sama pada SNBT. Kampus yang sama, prodi yang sama. Hanya dia yang diterima di pilihan satu. Sekarang, jika aku mengambil kampus pilihan keduaku, kami akan terpisah ratusan kilometer jauhnya.

Aku harusnya ikut senang untuknya. Aku tahu dia yang akan diterima sementara aku sejak awal memang tak yakin bisa berada di sana. Meski kami berada di bimbingan belajar yang sama, meski sudah puluhan kali kami belajar bersama, nyatanya memang kemampuanku tak sebanding dengannya.

"Naya?" Cowok berkulit sawo matang itu melambaikan tangannya depan wajahku.

"Hm ...," responsku sembari mengangkat kepala

Ketika mata kami bersirobok, setetes air mata jatuh begitu saja. Makin kutatap wajahnya, dadaku makin sesak. Aku tak tahan lagi. Pertahananku runtuh begitu saja. Buru-buru aku menenggelamkan wajahku ke meja. Ketika cowok itu bergerak ke kursi sebelahku, aku makin mengisak.

Ia mengelus-elus punggungku, lalu bertanya, "Naya nangisin Abang?"

Bodoh! Siapa lagi?

Ia melepas sebuah kekehan kecil. "Jangan alay gitu lah."

Di saat hal itu diucapkan, aku langsung mengangkat kepalaku. Kepalan tanganku menghantam dadanya. Cowok itu mengaduh.

"Bang Raka!" rengekku.

Tiba-tiba, kedua lengannya merengkuh tubuhku dalam dekapannya, membuat tangisku makin pecah.

Aku ingin ada di dalam dekapannya jauh lebih lama lagi. Aku ingin terus merasakan kehangatan ini.

"'Kan nanti kalo liburan bisa ketemu lagi." Suara husky lelaki itu menembus indera pendengaranku seolah membelaiku.

Tak ada yang bisa kulakukan selain merutuki diriku sendiri. Aku berada di sisinya belasan tahun lamanya. Selama itu, tak tebersit di benakku untuk memandangnya lebih dari sekadar sahabat. Dia memang pintar, jago olahraga, bisa main gitar, pendengar yang baik, pandai mencairkan suasana, bisa berteman dengan siapa saja, dan fisiknya di atas rata-rata. Banyak cewek yang menyukainya. Ketika ada salah satu dari cewek itu yang berhasil menaklukkan hatinya, barulah hatiku merasa sakit. Aku bertanya-tanya. Apakah selama ini tak tebersit rasa suka padaku di hatinya? Bukankah hubungan kami terlalu dekat bila dianggap sekadar teman?

Saat dia putus dengan pacar pertamanya, alih-alih sedih, aku justru senang. Sekarang aku bisa memilikinya lagi, bahkan saat kuliah nanti. Kini harapanku pupus. Di perantauan nanti, akan ada cewek lain yang mengambil hatinya, dan aku tak siap menerima kabar itu.

Setelah setengah jam yang menguras air mata, aku berkata lirih, "Naya suka ... sama Abang ...."

Aku tak ingin menyesalinya lagi. Peduli setan dia akan menolakku mentah-mentah dengan alibi bahwa aku dianggap sebagai adiknya.

Ia menatapku teduh. Senyum manis itu mengembang, membuat matanya serupa bulan sabit.

"Kamu nggak apa-apa kita harus LDR?"

Mataku terbelalak mendengarnya. Rasa hangat itu mulai menjalar hingga kepalaku, hingga bisa-bisa membuatku meledak detik itu juga. Mungkin, saat ini wajahku telah merah padam. Jantungku menggedor di dalam rongga dada. Di sela isakan, aku berusaha mengatur napas.

Ketika segalanya sudah dalam kendaliku, aku mengangguk cepat. "Nggak apa-apa."

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

DAY 19
Ambil buku fiksi terdekat dari kalian, buka halaman 20, lalu buat cerita yang terinspirasi dari kalimat utuh pertama pada halaman tersebut.

DAY 19Ambil buku fiksi terdekat dari kalian, buka halaman 20, lalu buat cerita yang terinspirasi dari kalimat utuh pertama pada halaman tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

꒰ ・ 。゚ ✦ ・ 。゚ ꒱

Aku sebenernya udah kepikiran cerita ini dari tadi pagi, cuma baru sempat nulis sekarang jadi agak buru-buru soalnya aku gamau terlalu mepet😭😭

Akhir-akhir ini kayaknya aku lagi seneng nulis tentang osananajimi.

[19/02/25]

Days of the AdolescentsWhere stories live. Discover now