Bab I Part II

5 1 0
                                        

"Tadi... cuman mimpi?"


Memegang kepala, perlahan jemariku mulai bergerak, memijat kening yang terasa kencang. Desahan kecil keluar dari mulut. Menarik nafas panjang, berusaha sebaik mungkin menenangkan diri. Tangan ku meraih botol air yang berada di samping kasur, meneguknya pelan. Nafasku perlahan kembali normal, semua yang terjadi itu adalah bagian dari mimpi buruk. Jam digital di sebelah kasur menunjukan pukul 00.17 malam. "kumat lagi..." ucap ku lirih. Memegang kepala, perlahan jemariku mulai bergerak kembali, memijat kening yang masih terasa kencang. Desah kecil kembali keluar dari bibir,  salah satu tangan meraih saklar lampu yang ada di samping tempat tidur, lampu redup menyala. Saat lampu menyala, sadar kalau aku masih mengenakan baju kerja. Menurunkan kaki dari Kasur merasakan dingin lantai yang menusuk telapak kaki, perlahan beranjak dari tempat tidur berjalan keluar dari kamar. Kembali berhadapan dengan ruangan gelap, tanganku meraba-raba tembok, merasakan permukaanya yang kasar sebelum akhirnya menemukan saklar lampu. Lampu menyala, menunjukan pemandangan yang kurang mengenakan. Ruang tamu berantakan, baju berserakan di sofa, bungkus makanan cepat saji tergeletak di atas meja, cemilan dan minuman kaleng tersebar di lantai ruangan, punting rokok bersebaran di meja, sarang laba-laba menutup setiap ujung ruangan.

Menghela nafas Panjang, lanjut berjalan, Langkah kaki menyusuri ruang tamu yang berantakan. Langkah demi langkakh terus berjalan hingga akhirnya berhenti di depant pintu kamar mandi. Meraih gagang pintu dan masuk kedalam. "untung masih ku rawat..." gumamku lirih, masuk kedalam dan menutup pintu. Semua barang masih tertata rapih, product skincare, sabun, hair condecioner, hair blower dan barang-barang lainnya tertata rapih di meja, aku sendiri tidak mengerti kenapa kamar mandi ku bisa serapih ini di bandingakn dengan ruang tamu yang baru saja ku lalui. Melepaskan seragam kantor dan dalaman, melemparkannya kedalam keranjang yang berada di dekat keloset. Berjalan kedalam, berdiri tepat dibawah shower, memutar dua kran berwana merah dan biru, menyelaraskan posisi kedua kran tersebut. Decit air yang mengalir dari selang mulai keluar dari kepala shower, air hangat mulai menghujani tubuhku. Rasa pusing yang sebelumnya ku dapatkan dari miimpi buruk, perlahan menghilang. Terdiam membiarkan air hangat membasuh tubuh. Setelah beberapa saat di bawah shower, tak sadar aku sudah berdiri di bawah shower cukup lama. Lantai kamar mandi yang sebelumnya kering, kini basah saat aku melangkah keluar dari bawah shower.

 Mematikan keran dan meraih handuk lembab yang di gantung. Udara dingin segera menyergap, kontras dengan hangatnya air yang masih membekas di kulitku. Membungkus tubuh dengan handuk, aku membuka pintu kamar mandi, melangkah keluar Kembali melewati ruang tamu yang berantakan. Setibanya di kamar, Langkah ku tertuju pada lemari baju yang berada di ujung kamar dekat dengan tempat di mana aku tidur, ukurannya cukup besar, bisa menampung pakai dua orang walau memang sebelumnya seperti itu. membuka lemari; terdapat banyak baju yang tergantung. Melepaskan handuk, udara dingin dari AC meraba kulit, mengambil celan pendek di laci bawah dan menyelipkan kedua kaki ku kecelana sebelum menariknya keatas, memilih beberapa baju yang tergantung di lemari namun pandanganku tertuju pada hoodie hitam yang tergantung di ujung lemari. Tanganku sepontan bergerak mengambilnya, terlewat di kepala; sekilas sebuah memori. Menggelengkan, mencoba untuk melupakan apa yang sebelumnya pernah terjadi.

Namun, resah hati ku ini tak bisa berbohong, setiap kali aku memeggang hoody ini... Aku selalu membuatku teringat dengan seseorang. Perlahan aku mendekatkan hoody hitam itu kemuka, menekannya ke wajah. lembut kainnya menyapu permukaan kulit. Aroma samar yang familiar membuat mata ku perlahan mulai berair. Merasa seperti ada suara lirih yang berbiisik di telinga, sebuah kalimat yang dulu terdengar sangat konyol bagi ku dan sekarang kalimat itu menjadi masuk akal.

Setelah beberapa saat, tubuh ku mulai menggigil. Suhu dingin dari AC perlahan menusuk. Dengan segera mengenakan hoody yang sedang ku pegang. Hangat dari kain hoody yang menempel pada permukaan kullit membuatku merasa hangat, mengingatkan ku dengan pelukkannya.


"Aku kangen tau" 

My Dearest AgniWhere stories live. Discover now