berusaha

225 28 4
                                        

Theora, malangnya nasibmu berada diujung api neraka yang melahapmu perlahan tanpa kau rasa. Kau sudah habis dilalapnya.

Begitulah sedikit banyak perkataan orang tentang theora yang tetap mengakui bahwasanya ia anak dari orang tua yang menghancurkannya.

Sayang seribu sayang, takdir tak dapat ditukar kalau ia Theora akan meminta pada tuhan walau ia harus membayar mahal.

Theora terdiam memandangi rerumputan ia hanya dapat duduk di kursi panjang seorang diri, ia terlalu malu untuk sekedar mengajak Jeremi kemari.

Tempat yang baru saja membuatnya terguncang. Ia bertemu dengan ibunya tidak sengaja menarik narik tubuhnya di khalayak ramai pria manis itu hanya berusaha menjauhkan diri.


Flashback

Mata Theora hanya menatap kosong kearah perempuan yang menyandang status ibu dihadapannya mencengkram kerah theora hingga theora yang bertubuh kurus terpontang panting.

"Kenapa kamu gak Nerima mama? Kenapa kamu buat mama susah theora?!!," teriakan yang dilayangkan ibu theora.

Banyak orang ramai melerai theora dan sang mama hingga theora terlepas, ia dijauhkan agar tidak dapat diraih oleh ibunya lagi.

"Kamu pergilah," ucap seorang ibu lain.

Theora lantas meninggalkan tempat itu hanya dengan diam sambil menitihkan air mata tak dapat dibendung lagi.

Kini theora tak dapat berbicara ia lemas ponselnya sedari tadi berbunyi. Telpon masuk dari sang suami, Jeremi saat ini berada di kampus mengajar ntah ada ikatan batin apa Jeremi sepertinya mencemaskan theora.

Tangan cantik theora menekan ikon hijau menaruh ponsel ditelinganya ia masih termenung menunggu Jeremi berkata, sapaan hangat yang membuat theora tersadar dari lamunannya.

"Sayang? Lagi dimana? Mas telfon dari tadi," suara Jeremi dari sebrang sana.

"Aku diluar," jawab theora lemas.

"Kamu oke sayang?, kalau merasa capek kamu bisa istirahat dulu saya ga memaksakan kamu harus semuanya sendiri," terdengar nada cemas Jeremi.

"Mas kapan pulang?," pertanyaan theora.

"30 menit lagi saya pulang, kamu tunggu ya...," ucap Jeremi dengan lembut.

Telpon dimatikan sepihak oleh theora, si manis berdiri kemudian berjalan menelusuri jalan dengan hampa hingga sampai dirumah.

Pas sekali, theora sampai begitu juga dengan Jeremi yang baru memarkirkan mobilnya didepan rumah Langsung menghampiri theora terburu buru tanpa membawa tas ranselnya.

"Ra? Everything is fine?," pertanyaan Jeremi kesekian kali.

Theora menggeleng pelan menatap Jeremi dengan tatapan terluka, Jeremi mengelus kepala theora menggiring istrinya masuk ke rumah dan menutup pintu.

"Kenapa? Kamu dari mana?," ucap Jeremi memperhatikan penampilan theora.

"Ketemu mama dijalan," kata theora menghela nafas berat.

"Apa yang terjadi?," cemas Jeremi.

"Apalagi? Semuanya ga baik baik aja mas," jawab theora berdecih.

Mendengar suara theora mulai parau Jeremi mendekap theora tanpa berkata apapun ia hanya ingin theora merasa aman terlebih dahulu Jeremi yakin theora masih binggung.

Theora merasakan nyaman pelukan tak ada kebohongan didalam dekapan, tanpa sadar theora menjatuhkan air matanya perlahan lahan ia tidak dapat mencerna apa yang terjadi.

Rasanya kosong, theora tak dapat mengelak saat itu tubuhnya kaku otaknya terus memahami kejadian didepannya hingga ia tersadar kembali. Untungnya dalam dekapan sang suami.






Malam harinya Jeremi tak menyentuh pekerjaan ia fokus pada theora berada didadanya mendengarkan cerita theora dengan mata terpejam menghirup harum rambut theora.

"Kalau ada mas. Aku merasa lebih beruntung tadi," ujar theora.

"Maaf karna gaada saya. Besok kalau mau pergi sama saya aja ya? Saya jagain kamu," kata Jeremi tangannya memainkan surai theora.

"Iya mas. Makasih ya mas cuami," ujar theora dengan centilnya.

Jeremi terkekeh pelan ia jarang melihat theora yang manis barulah Jeremi tau theora salah satu orang yang memiliki banyak kepribadian dalam sewaktu.

Contoh ketika theora sedang makan makanan yang ia suka si cantik tak akan melunturkan senyumnya. Tapi ketika ia diberikan banyak pekerjaan si cantik akan Diam seribu bahasa.

"Saya gabisa bayangin kalau dihidup saya gaada kamu. Cup..," ucap Jeremi memberikan kecupan di bibir manis theora.

Theora mengadah menatap mata Jeremi sayu sayu. Theora mengelus rahang tags Jeremi mendekatkan wajah melayangkan kecupan di rahang tegas nan gagah tersebut.

Cup cup

Suara kecupan theora tepat dirahang Jeremi membuat si pemilik rahang tersenyum lebar. Ia sangat suka ketika theora membalas kecupan ringannya, kalau boleh jujur Jeremi ingin theora lebih agresif.

"Kalau gaada aku, kamu tetap jadi Jeremiah Andersson mas...," ucap suara mendayuh theora.

"Tapi saya gaakan sesempurna ini. Lebih dari kata sempurna ," kata Jeremi.

Jeremi membalikkan posisi theora menjadi diatasnya duduk tepat ditengah dirinya, theora menurut menyamankan posisinya menduduki Jeremi.

Mata mereka saling memandang dalam perasaan cinta dapat terlihat oleh mata telanjang, siapa saja tau tentang cinta yang membara dari keduanya.

"Kapan terakhir kita buat Jeremi junior?," tanya Jeremi pada theora yang bersemu.

"Kemarin? Rasanya iya," jawab theora seingatnya.

"Oke kita buat lagi," putus Jeremi.

"Mas...,please aku capek banget buat mandi terus," Keluh theora.

"Besok aja mandinya. Serempak," rayu Jeremi.

"Pinggang aku masih sakit mas," alasan theora.

"Saya pijitin deh abis ini," janji Jeremi.

"Aduh banyak banget tawarannya," canda theora sambil tertawa.

Jeremi ikut tertawa ia tak mau melewatkan satu malam pun tanpa pangutan mesra, ingat. Mereka sedang berusaha untuk mendatangkan penghuni baru rumah sederhana Andersson.

"Ya sayang?," izin Jeremi.

Theora yang diatas hanya mengangguk pasrah ditolak juga pasti Jeremi cemberut, anggap saja olahraga kebugaran jasmani.



move to jakarta (jaeyong)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora