Bagian 1 : Tertawa Bersamamu

19.4K 334 6
                                    

BACA DULU YES!

Ini story masih ancur bgt menurut gw. Typo everywhere mungkin(?) Males ngecek. Dan sudut pandang cerita ini masih acak aduk, gw aja eneg kalau disuruh baca lagi hhahaha.

And gw males ngerevisi cuy.

***

"Breaking News kali ini akan mengulas tentang 'Grup Stewin' yang merupakan salah satu grup bisnis yang terbaik di Indonesia. Mereka telah mengangkat seorang direktur baru untuk menangani semua cabang hotel mereka di provinsi DKI Jakarta, dan juga salah satu perusahaan majalah ternama mereka, Life and Style. Pernyataan tersebut dilansirkan oleh sang Presiden Grup Stewin, Stewin Prasetyo saat memberikan ucapan sambutan di acara pengangkatan jabatan tersebut pada lusa kemarin di salah satu hotel milik mereka.

"Yang menjadi istimewa di berita ini, seseorang yang telah diangkat menjadi direktur utama adalah seorang pria yang masih sangat muda dengan usia yang diketahui masih 25 tahun-"

'klik.'

"Culun! What the fuck are you doin''?" Teriak seorang perempuan kepada laki-laki yang duduk di disampingnya. Tangannya memukul bahu laki-laki itu keras karena tak terima tv-nya dimatikan.

"Sakit, Lampir!" jerit laki-laki tersebut melototkan matanya tak terima, kemudian mengusap bahunya yang terasa sakit dan perih.

"Kasih gak remote tv-nya ke gue?!" kata perempuan tersebut galak, ditambah dengan tatapan maut 'gak-lo-kasih-kelar-hidup-lo'.

"Buat apa? Buat nonton berita murahan tadi?" tanya laki-laki tersebut dengan nada tak suka dan terdengar mengejek.

"Elo sehat? yang lo katain murahan itu berita tentang lo, bodoh!" si gadis kesal, lalu tangannya tanpa rasa iba kini memukul kepala laki-laki tersebut dengan tenaga keras hingga menyebabkan bunyi 'tak'. Ugh.

"Berhenti menganiaya diriku, Tania BODOH!" teriak laki-laki tersebut tak terima sambil mengusap-ngusap kepalanya yang teraniaya, berusaha meredakan sakit kepala yang datang.

"What! Lo yang bodoh! Lo tuh sekarang lagi dielu-elukan di semua media massa bisnis, tapi lo malah bertingkah gak peduli seperti ini!" ujar kesal perempuan yang dipanggil Tania itu.

Laki-laki itu kini menghujani Tania dengan tatapan malas. "Lalu gue harus bagaimana? koprol? guling-guling di tengah jalan begitu, huh?"

"Bukan begitu Brian," rengek Tania setengah manja. "Setidaknya nikmatilah kesenangan ini, lo sekarang dikenali orang, bahkan mungkin tubuh lo udah dijadiin banyak fantasi liar sama wanita bitchy di luar sana. Secara dari luar aja tubuh lo udah enak banget buat dipandang," jelas Tania sambil menyeringai menggoda. Pandangannya bahkan tanpa malu menelisik tubuh Brian dari atas ke bawah.

Brian menatap Tania ngeri. Dia yang mendengar ucapan dan pandangan Tania yang terkesan jorok dengan cepat menyentil dahi perempuan tersebut dengan keras hingga terdengar suara 'tak' yang menyakitkan,

"Apa-apaan sih lo?!" pekik Tania kesakitan dan dengan reflek ia mengusap dahinya pelan dengan telapak tangannya.

"Lo tuh anak perempuan, bahasa dan pikiran lo kok jorok ngalahin gue sih!" omel Brian tak terima.

"Lah, emang ada yang salah dengan semua itu? Toh usia gue udah dewasa, 25 tahun! Ngomong kek gitu bukan hal yang tabu lagi di seusia gue. Lo aja yang terlalu berlebihan. Lihat deh diri lo sekarang, udah diangkat jadi direktur, tetapi masih aja blo'on!" ujar Tania membela diri.

Brian berdecak. "Usia lo itu memang udah termasuk dewasa, tapi sayang sifat lo masih kayak anak kecil yang suka grasak-grusuk. Ada masalah dikit aja yang lo perbuat, selalu gue yang harus nyelesaiin kan? Ckckck, itu yang namanya dewasa?" remeh Brian dengan berpura-pura menatap Tania dengan rendah.

Eighteen AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang