Chika menoleh pada Christy. "Dia berantem gara-gara ada yang gangguin temennya. Padahal, sebelumnya Asha bilang kalau dia enggak suka sama temennya ini."
"Ohh, bener. Ajaran aku itu," kata Christy.
"Bisa yang bener enggak sih?" seru Chika.
Christy kembali tertawa. "Kayaknya Asha suka sama temennya. Masa dia berantem cuma gara-gara itu?"
"Ngawur! Asha masih kecil."
"Ya udah, nanti aku coba kasih tau Asha," pungkas Christy. "Kamu ke rumah sakit?"
Chika mengangguk. "Jam lima. Ada Mama ke sini, lagi sama Asha," beritahunya.
"Gak papa," ucap Christy.
"Ya emang enggak papa,"
"Kenapa jadi sewot?" jawab Christy. "Kamu keberatan kalau Mama aku ke sini?"
"Enggak, astaga, enggak," ujar Chika seraya mendekati Christy. Ia pun melingkarkan tangannya di leher pasangannya tersebut.
Christy tersenyum, kedua tangannya secara refleks menyentuh pinggang Chika. "Besok aku ke Malang."
Seketika ekspresi Chika berganti merenggut. "Iya, aku gak lupa. Nanti malem aku siapin."
**
Pukul delapan malam, Chika masih berada di rumah sakit. Ia baru saja melakukan visite pada pasiennya, dan sekarang tengah beristirahat di ruangannya. Kendati dirinya bekerja di rumah sakit milik Om-nya Christy, Chika tetap mesti mengikuti standar operasional dokter yang ada, di samping hal lain yang menjadi keperluannya di luar.
"Tumben Dokter Naufal makan di kantin, enggak bawa bekal?"
"Enggak, istriku lagi ngambek, jadi terpaksa harus makan makanan kantin."
"Lho? Haha.."
Chika yang berada di ruangan mengalihkan perhatian pada dua orang rekan kerjanya yang terlihat memasuki ruangan yang sama. Dokter Naufal, dan Dokter Indah.
Lalu Dokter Indah tampak menggeleng ragu. "Enggak, kayak pernah denger atau pernah ketemu gitu? Tapi di mana?"
Sementara Chika menggeleng. "Ya udah, aku duluan ya, Dokter Indah, Dokter Naufal."
"Siap, Dokter Chika, hati-hati," balas Dokter Naufal. Sedangkan di sisi lain, Dokter Indah masih mencoba untuk mengingat-ingat nama seorang Christy Firmanzah tersebut.
Chika berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang tak begitu ramai. Dengan senyum yang tampil di wajah cantiknya, ia menuju kantin, dan langsung melihat Christy duduk sendiri di salah satu bangku di sana.
"Asha sama siapa di rumah?" tanya Chika seraya ikut duduk di depan Christy.
Lekas Christy mengangkat pandangannya, dan menyimpan ponsel yang tengah dimainkannya ke dalam saku kemejanya. "Sama Mama."
Perempuan cantik itu mengangguk singkat. "Mama masih di rumah?"
"Masih," ucap Christy.
"Mau nginep?"
"Iya, kayaknya. Gak papa, 'kan? Biar kamu sama Asha ada temen selagi aku ke Malang nanti," papar Christy.
Chika tersenyum tipis. "Yu, pulang," ajaknya.
Keduanya kemudian bangkit dari duduknya, lalu Chika menggandeng lengan Christy, dan melangkah meninggalkan kantin rumah sakit.
..
..
Melihat Asha tengah duduk seorang diri di ruang tengah rumah anak menantunya tersebut, Shani lalu menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"Kok Asha nonton terus? Udah belajarnya?"
"Udah, Oma. Sekarang waktunya Asha nonton sambil nunggu Bunda," ucap anak kecil itu.
Shani pun terkekeh, lantas mengelus halus kepala cucunya. "Belum ngantuk emang? Sama Oma yu tidurnya?"
"Bentar, Oma. Lagi seru," rengek Asha.
"Ya udah," putus Shani seraya ikut menyaksikan tayangan yang ditonton Asha.
Selang beberapa menit berlalu, perhatian Shani dan juga Asha tiba-tiba beralih dengan kedatangan Christy bersama Chika.
"Asha belum tidur?" Dengan langsung Chika menyingkirkan tangan Christy dari pinggangnya saat mendapati Asha tengah melihat ke arahnya.
"Mama sama Bunda abis dari mana dulu?"
Lalu Chika melirik sekilas pada Christy, dan kembali menatap pada Asha. "Bunda 'kan dari rumah sakit, Sayang."
"Kenapa Asha belum tidur? Let's go kita gosok gigi dulu sebelum tidur," ujar Christy seraya mengusap kepala Asha pula.
"Kalian sih biasain Asha nonton, jadi enggak mau tidur dia. Lain kali kalau kalian lagi gak di rumah, Asha biar sama Mama aja."
Baik Christy terlebih Chika sama-sama diam seketika kala Shani berujar demikian. Lekas Chika tersenyum simpul. "Mbak mana? Asha enggak sama Mbak?" ucapnya.
"Jangan gantungin Asha sepenuhnya sama Mbak," kata Shani. "Kalian harus bisa saling ngatur waktu buat Asha."
"Ma.." ucap Christy.
"Kenapa? Kenyataannya kayak gitu kok," balas Shani. "Ayo, Asha sama Oma aja." Ia kemudian mengajak Asha ke kamarnya.
Setelah Shani dan Asha berlalu, Christy lantas menggenggam tangan Chika. "Enggak usah ambil hati omongan Mama tadi---"
Sontak Chika menepis tangan Christy, dan langsung beranjak ke kamarnya dengan perasaan tidak nyaman yang teramat dalam hatinya.
Mendapati hal tersebut, Christy hanya bisa menghela napasnya. Ia mengusap wajahnya, dan menjatuhkan punggungnya begitu saja.
**
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
sekadar ngingetin, ini hanya cerita fiksi. klu engga sreg sm cerita ini, bisa langsung diskip alias dilewat alias ditinggal atau apapun lah istilahnya heheh. thank you!