Good boy 5: language class 3

21 4 0
                                        

Happy Reading^^

... :)



"Jehan, sini kamu! Ngapain kamu disitu, hah!?"

"Anj-- kok ketauan sih! " Jehan masih sempat menggerutu dikolong meja yang terhalang oleh Syam. Padahal menurut prediksinya, ini adalah tempat teraman karena ada syam. Iya, soalnya syam sudah jehan anggap seperti jimat keberuntungan. Syam kan Anak sholeh, hehe..

Sedangkan Syam hanya menghembuskan nafas sambil melirik orang dibelakangnya yang memberenggut sambil terus menyumpah serapahi apapun yang sedang terjadi hari ini.

"Udah gue bilang gak usah sembunyi. Tetep ketahuan, kan. "

Jehan mendengus lalu terpaksa keluar. Niatnya bersembunyi dari guru razia gagal total. Mana pak Hendra--guru razia pagi ini sudah berkacak pinggang seolah memang tengah menanti mangsa. Jehan jadi ciut. Takut rambut men's long hairstyle nya beneran jadi gundul. Karena dengar dengar, guru yang menyandang guru olahraga itu punya selera style hair yang anjlok. Terbukti dari rambutnya yang terpotong rapi dan terkesan cepak. Padahal umurnya terbilang muda.

"Saya tau kalo rambut kamu panjang ya Jehan! "

Jehan hanya menyengir kikuk. Merasa tidak ada lagi bentuk rasionalisasi yang bisa menyelamatkan damage control nya yang sepertinya kini siap terpelanting.

Sedangkan Tangannya sudah gatal ingin menempeleng dua orang yang terkikik dibangkunya. Alex dan zulfan tersenyum menang melihat Jehan yang siap jadi tester salon dadakan pak Hendra.

Dari 10 orang laki-laki penghuni 12 language class 3 termasuk Jehan, memang dia yang terbilang rambutnya sering panjang. Sebenarnya dia tidak niat memanjangkan atau tidak mau memotong. Hanya saja Jehan selalu lupa. Padahal dia kemarin ada niatan untuk mencukur. Tapi, belum lagi ingat, Tiba-tiba sudah razia. Padahal dia sendiri OSIS. Teman satu organisasinya juga tidak mengingatkan. Gagal dia jadi panutan. Padahal sebentar lagi akan lepas jabatan.

"Kamu ini kok aneh, OSIS kan kamu? "

Jehan mengangguk. "Demi pak, saya lupa! Rambut saya cepet panjangnya, padahal minggu kemaren udah potong rambut, pak. Beneran! " Sambil mengacungkan 'peace', jehan berkata sungguhan.

Pak Hendra hanya menggeleng geleng heran "ada ada saja kamu ini. "

Sebagai guru yang memang mengajar anak kelas tiga membuat pak Hendra sudah tidak asing dengan anak murid penghuni kelas bahasa 3 ini. Jehan memang familiar diantara jajaran guru karena sikap sopan serta taatnya. Yang membuat dia sering jadi sasaran guru meminta bantuan. Bahkan pak Hendra sendiri pun sering meminta bantuan Jehan sekedar mengabsen pada jam olahraga. Saat pak Hendra dengan berhalangan hadir.

Apalagi anak itu anggota OSIS yang sebentar lagi lepas jabatan. Sepengetahuan pak Hendra, Jehan memang bukan ketua ataupun wakil ketua. Dia hanya sekedar anggota. Tapi, dialah yang sering kali jadi dimintai pendapat ataupun menjadi penanggung jawab. Banyak ide-ide yang selalu berusaha Jehan usulkan.

Tetapi meski begitu, Jehan masih tetap seorang remaja tengah yang sedang pada masa peer pressure dan emosional yang meledak ledak. Jadi, sebagai orang yang juga pernah merasakan masa muda, pak Hendra maklum. Lagipula ini pertama kalinya Jehan melanggar aturan.

"Yasudah, saya maklumi. Besok-besok jangan diulangi lagi. Dan, besok langsung dipangkas."

Mata Jehan langsung berbinar. Keberuntungan macam yang tengah berpihak padanya kali ini?

"Mater tengkyu pak gurukuuu.. " Ucap Jehan riang. Pak Hendra hanya geleng-geleng heran. Setelah itu berlalu. Gunting yang beliau bawa sebelumnya tidak jadi digunakan untuk salon dadakan. Hari ini murid-murid semua sedang dalam mode patuh.

Goodbye, Good boy! Where stories live. Discover now