Dimana ini?

7 1 0
                                        

Nghhh ....

Suara lenguhan terdengar dari seorang pemuda yang tengah memejam matanya, indra pendengarannya samar samar memanggil namanya mencoba untuk membangunkan pemuda tersebut.

"Ga, bangun Ga! Rangga! Bangun?!!" hentak seorang gadis tepat di gendang telinga Rangga.

Rangga terkehenyak, matanya langsung terbuka lebar dan memandangi gadis yang mencoba membangunkannya. Tak lama pemuda tersebut memegangi kepalanya guna untuk menghilangkan rasa pening setelah mengingat apa yang terjadi. Keterkejutannya bertambah saat mengetahui dirinya berada. Saat ini dia berada disebuah ruangan asing bersama keempat sahabatnya. Tak lama ia mengingat kejadian dimana kepulan asap yang memenuhi ruangan mereka dikala merayakan 10 tahun Uforce yang membuatnya dan yang lain tak sadarkan diri karena air minum yang mereka minum saat berhasil keluar dari asap putih mencurigakan itu.

"Kalian gapapa guys?" tanya Rangga cemas, "ini kita ada di mana?" lanjutnya sembari mengedarkan pandangan.

"Kita semua gapapa, Ga, tapi kita juga gatau ini ada dimana," jawab Shafa yang diikuti oleh anggukan kepala sahabat yang lainnya.

"Syukurlah kalian gapapa," ucap Rangga sembari menghembuskan nafas lega.

Rangga bangkit dari tidurnya, memerhatikan sekeliling mencari jawaban yang sulit ia dapatkan tentang ruangan yang ia tempati saat ini. Yang lainnya pun berpencar guna mencari sebuah jalan keluar di ruangan serba putih tempat mereka terjebak. Tangan mereka meraba-raba  dinding dengan harapan ia menemukan pintu yang mungkin saja berkamuflase di antara dinding lainnya, namun akhirnya mereka menyerah karena lelah mencari tahu keberadaan mereka sekarang.

"Sebenernya kita ini dimana sih? Masa iya sih kita lagi diculik? Ga lucu tau ga?" omel Shafa frustasi.

"Entahlah, gue juga gatau, shaf. Tapi kita gaboleh nyerah gini, gue yakin kita bisa keluar dari tempat sialan ini," ujar Kasih mencoba menenangkan Shafa.

"Bener, Shaf. Apapun yang terjadi, kita pasti selamat! Selama kita bersama-sama, kita akan keluar dan ketemu sama keluarga kita. Mereka pasti sekarang lagi cariin kita," balas Rangga sembari menepuk pundak Shafa.

Kamilla dan Zyan mengangguk, setuju akan ucapan Rangga. Kedua gadis itu saling berangkulan lalu diikuti oleh yang lainnya memberi semangat satu sama lain. Kini senyum merekah diantara mereka dan bertekad untuk kembali bersama-sama dan bertemu dengan orang-orang yang mencintai mereka.

"Wah, wah! Sungguh pemandangan yang sangat indah."

Terdengar suara berat dari sudut ruangan, semua yang ada di sana terlonjak kaget karena suara yang tiba-tiba muncul. Sesaat setelah mereka perhatikan lebih detail lagi, ternyata di setiap sudut ruangan terpampang jelas kamera pengintai dan sebuah pengeras suara menandakan bahwa gerak gerik mereka telah diawasi sedari tadi.

"Siapa kamu?" tanya Rangga lantang.

"Siapa aku itu tidak penting. Yang penting sekarang aku ingin mengucapkan selamat hari jadi kalian yang ke-10 para anggota Uforce! maka dari itu juga aku secara spesial, menyiapkan ini semua untuk kalian."

"Kita gak butuh ucapan selamat dan hadiah dari lu! Sekarang keluarin kita dari sini, atau ...?" tolak Kasih namun terpotong.

"Atau apa? Hmm? Melaporkan saya? Hahahaha ..., coba saja kalau bisa!"

Kasih dan yang lainnya terdiam, mereka tahu kalau ini tidak semudah yang mereka pikirkan. Sosok yang dibalik suara itu saja mereka tak tahu, karena itu sudah dipastikan bahwa itu adalah suara yang diubah agar tidak diketahui siapa dalang dibalik semua ini.

"Kk ka kalau begitu beritahu kami gimana kita keluar dari sini? atau apa yang lu mau sehingga kita bebas hah? uang? kasih tau aja berapa jumlah yang mau lu dapetin!" tantang Zyan.

Rangga menarik mundur Zyan dan memperingatkan agar gadis itu tak memprovokasinya lebih dari ini.

"Sayangnya saya tak butuh uangmu, nona! yang saya inginkan cuma kesenangan, melihat kalian ketakutan, putus asa, dan mati satu persatu, HAHAHAHAHA!!!" ucap suara misterius tersebut dengan penuh semangat.

Rangga, Zyan meneguk ludah mereka dengan sulit, sementara Kamilla mematung dengan wajah pucat pasi, Kasih melangkah mundur perlahan, serta Shafa jatuh terduduk lemas merasakan ketakutan yang luar biasa akibat dari ucapan pemilik suara yang kini sedang menyekap mereka di tempat yang tak mereka kenali.

Kamilla menghembuskan nafasnya kasar, menatap sebuah kamera dengan tatapan tajam dan maju menjadi yang terdepan kemudian mengangkat dagunya dengan senyuman miring.

"kami semua mati? apa lu yakin itu? gimana kalo ternyata kalo misalnya kita berhasil selamat dari semua permainan lu itu hmm?"

"Milla!" teriak Rangga terkejut akan perbuatan Kamilla yang menantang suara asing tersebut.

"Waw, nyalimu ternyata besar juga ya! HAHAHA, i like it!" jawabnya yang tertarik dengan tantangan Kamilla, "hmm ..., kalau kalian berhasil selamat, saya pastikan akan keluar untuk menyerahkan diri dan semua harta saya akan jadi milik kalian."

Mendengar penawaran tersebut, membuat seluruh anggota Uforce tertarik akan hal itu, mereka seketika langsung menganggukkan kepala bertanda setuju.

"Baiklah! Bagaimana cara mainnya?" ucap Kamilla menerima tawaran sosok yang tidak mereka ketahui identitasnya.

"Sabar! Karena hari ini adalah hari perkenalan maka kalian bisa istirahat dulu hari ini. Permainan akan dimulai besok, jadi bersiaplah! Ah saya juga telah mempersiapkan makanan kalian untuk hari ini. So, nikmatilah dan itu aman dari racun dan juga kacang!"

Suara misterius itu hilang seutuhnya, namun setelahnya mereka dibuat terkejut karena ada tembok yang bergeser menciptakan sebuah lubang yang menjadi pemisah sekaligus pintu antara satu ruangan dengan ruangan yang lain. Rangga dan kawan-kawan saling berpandangan dan kemudian berpegangan tangan melewati pintu tersebut menuju ke sebuah ruangan yang lain.

Terlihat sebuah ruangan yang berisi 5 buah single bed dan sebuah meja panjang yang diatasnya tersedia berbagai macam hidangan yang menggunggah selera. Tak ada satupun yang berani menyentuh makanan-makanan itu awalnya, hingga akhirnya Zyan memberanikan diri untuk mencoba.

"Zyan! Lu udah gila? Gimana kalo makanan itu beracun hah?" bentak Shafa khawatir dan menepis roti yang ada ditangan Zyan hingga terjatuh.

"Kenapa? Toh kata orang itu ga beracun kok! Aman ajalah," balas Zyan enteng.

Semua yang di sana terdiam, Zyan pun melanjutkan makannya dengan nikmat. Tak lama satu persatu orang yang ada di sana mencoba untuk memakannya karena melihat Zyan yang begitu menikmati makanannya. Tanpa di sadari makanan itu sudah tersisa wadahnya saja, dan mereka mulai memilih ranjang yang sekiranya nyaman untuk mereka tiduri.

"Mill, sst. Mill!" bisik Kasih memanggil Kamila.

"Hmm?"

"Gue takut Mill, apakah kita bisa selamat dari sini? Atau bisa aja kan ini adalah tempat terakhir kita untuk hidup," ucap Kasih sedih.

"Hey, dengar!" jawab Kamilla kemudian bangun dan menatap Kasih lembut, "kita akan selamat! Bagaimanapun rintangannya, kita akan selamat, ngerti?"

Kasih berpikir sejenak, kemudian mengangguk pelan. Ia percaya mungkin yang dikatakan Kamilla itu benar, walau ada sedikit bagian di hatinya yang menolak keras untuk percaya perkataan sahabatnya tersebut.

To be continue

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 04, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Escape RoomWhere stories live. Discover now