"Aku mohon bertahan lah.."
"Wanyin... Demi diriku, kumohon bertahan"
Genangan darah semakin meluas, mengubah hamparan salju menjadi memerah di bawah mereka.
Suara suara yang menyuruhnya untuk bangun terus memanggilnya dengan suara lembut. Jiang cheng tidak bisa bernafas dengan benar, perutnya sangat sakit seolah di hantam dengan sesuatu yang tajam.
Dadanya memberat, dan dia mulai kedinginan. Suhu tubuh dari orang yang memangkunya dan memeluknya sepanjang waktu tak sedikitpun memberikan kehangatan.
Tubuhnya semakin mendingin seiring darahnya yang terus terkuras. Meskipun begitu, hatinya terasa hangat seolah musim semi baru saja tiba.
Sekali lagi suara itu memanggilnya, "wanyin..." lalu setetes air hangat jatuh ke pipinya. Hal itu berhasil membuat nya membuka mata untuk menatap profil orang yang menangisinya.
Netra emas itu di penuhi kesedihan saat menatapnya, tak pernah sekalipun orang ini menunjukkan wajah senyum yang selalu di inginkan nya selama bertahun-tahun.
"Jangan menangis Huan... " ucapnya terbata-bata. Hatinya sangat sakit, sekalipun Jiang cheng tak pernah membuat orang ini tersenyum dan bahagia untuknya.
Jiang cheng merasa gagal.
"Aku ingin melihat mu tersenyum untuk ku. Hm... Sekali saja.." katanya lagi. Jarinya yang dingin menulis di rahangnya dengan lemah.
Jiang cheng mencoba untuk tersenyum setulus mungkin, mencoba untuk menunjukkan hal terbaik yang ia punya.
Jari Jiang cheng di genggam erat. "Jika aku melakukannya, apa kau bisa berjanji untuk bertahan? Jika kau hidup aku akan tersenyum untuk mu kapanpun itu. Wanyin... Ku mohon hidup demi aku"
"Ayo mulai dari awal lagi. Wanyin.. Kumohon.. Jangan siksa aku seperti ini. Aku kalah, kumohon kau harus bertahan"
Lidah Jiang cheng terlalu kelu untuk menjawabnya. Dadanya semakin memberat tak nyaman untuk menarik nafas, lama kelamaan pandangannya juga mulai memburam.
Dia ingin mengatakan bahwa dia bisa bertahan. Tapi bagaimana jika Jiang cheng tidak bisa? Bagaimana jika dia membohongi nya?
"Wanyin aku mencintaimu. Baik dulu maupun sekarang aku mencintai mu. Dalam hidup dan matiku, tidak ada selain dirimu yang membuat ku seperti ini"
"Aku suka seluruhnya tentang mu, aku tidak peduli pada temperamen mu, meski kau suka memarahiku aku tidak peduli, aku suka semuanya. Aku suka dirimu yang memperhatikan ku diam-diam selama 5 tahun ini. Jika kau pergi siapa lagi yang bisa aku cintai? Aku tidak mau selain dengan dirimu"
"Wanyin kau mendengar nya.. Berjanjilah untuk bangun lagi dan memeluk ku. Aku dengan tulus mengatakan aku mencintaimu.. "
Hati Jiang cheng semakin menghangat. Air mata yang sengaja dia tahan agar tidak terlihat menyedihkan akhirnya keluar bersamaan dengan perasaan gembira.
Jiang cheng membalas genggaman nya. Andai dia bisa memegang tangan ini lebih lama...
"Aku juga mencintaimu. Meskipun kau tidak pernah mencintai ku sekalipun, aku ingin tetap berada disisi mu" Jiang cheng menarik nafasnya yang sesak dengan susah payah.
"Andai aku bisa.. Tapi maafkan aku Huan" sudah sangat sulit bertahan selama 30 menit dengan keadaannya yang kehilangan banyak darah.
Wajah Jiang cheng semakin memucat. Kelopak matanya memberat tak tertahankan, seperti rasa kantuk luar biasa yang menariknya.
"Terimakasih telah mencintai ku"
Ucapan itu terbawa hembusan angin.
Lalu? Bagaimana selanjutnya? Jiang cheng telah mati, lalu bagaimana dengan orang itu?
*****
Jam alarm berdering tepat pada waktunya. Pemuda berkaus hitam terbangun segera karena suara bising yang menganggu tidurnya.
Ia meraih jam itu dan segera mematikannya, kemudian mengusap wajahnya.
Basah?
Jiang cheng menatap kedua telapak tangan nya yang terkena air dari wajahnya. Darimana air ini datang? Tidak mungkin atapnya bocor kan?
Jiang cheng menatap pantulan dirinya dari cermin..
Mengapa dia menangis? Mengapa matanya lembab?
Apa karena mimpi buruknya semalam?
Ahh benar mimpinya. Bahkan Jiang cheng bisa merasakan rasa sakit seperti didalam mimpinya, dimana perutnya terkoyak dan mengeluarkan banyak darah. Jiang cheng mengusap perut ratanya.
Bagaimana bisa terasa sangat nyata?
Di tengah-tengah kegusaran nya, seseorang tiba-tiba saja nengetuk pintu kamarnya.
"Shimei.. Kau harus bangun. Hari ini kau ada ujian" kata seseorang pemuda dari balik pintu itu. Yang ia yakini adalah wei wuxian, kakak tidak sedarahnya.
Jiang cheng melupakan alasan mengapa dirinya menangis, dan menendang daun pintu dengan kasar.
"Siapa yang kau panggil shimei sialan!" sulutnya tidak Terima.
Terdengar kekehan dari pihak lawan. Jiang cheng tidak mau lagi mengurusinya dan membiarkan nya.
Jiang cheng akhirnya mandi dengan air dingin untuk menjernihkan pikirannya. Tapi lagi-lagi bayangan seseorang yang merengkuh nya sambil menangis berkelebat di pikirannya.
"Kenapa aku bisa memimpikan hal menyedihkan seperti itu?" monolognya.
27 juni 2025.
Aceh tengah takengon.
Kobayashi riku.
小林陸
YOU ARE READING
𝑊ℎ𝑖𝑡𝑒 𝐴𝑙𝑏𝑢𝑚
RomanceArt by: pinterest Written by: Kobayashi riku Setelah mengalami mimpi buruk, jiang cheng terbangun dari mimpi buruknya dan menemukan cintanya. - xicheng - omegaverse au - modern au
