Seperti biasa, latihan hari ini cukup menguras tenaga. Walaupun latihan sudah menjadi rutinitas aku dan teman temanku, tapi tetap saja aku masih sering merasa lelah. Ada saat dimana aku berpikir untuk sesekali bolos latihan, sekedar untuk mengistirahatkan tubuhku dari berbagai macam aktivitas yang kujalani sehari hari. Tapi sepertinya itu hanya sekedar angan angan belaka, aku punya tanggung jawab di sini, banyak orang di luar sana yang menginginkan posisiku sekarang, apa jadinya jika aku bermalas malasan.

Ah sudah jam segini, sudah waktunya aku pergi. Teman temanku yang lain masih mengistirahatkan tubuh mereka yang lelah pasca latihan tadi, bahkan orang yang hiperaktif seperti Kinal kini tergeletak tak berdaya dengan keringat yang membasahi seluruh badannya.

Sebenarnya aku juga merasa lelah tapi aku benar benar harus pergi meninggalkan tempat latihan lebih dulu dari mereka, ya itu memang kebiasaanku. Bukannya berlagak sok kuat, hanya saja aku tidak ingin membuat dia menunggu lebih lama lagi.

"Eh Ve udah mau pulang" Kinal, sepertinya dia menyadari apa yang akan kulakukan

"Kenapa ? abis ini gak ada kegiatan lagi kan ?"

"Enggak sih...."

"Yaudah, gw duluan ya..."

Dasar Kinal, padahal ini bukan kali pertama aku pulang lebih dulu yang lain bahkan hampir setiap hari aku melakukannya, toh beberapa member yang lain juga sering meninggalkan tempat latihan lebih awal dari yang lain.

****

"Ini kembaliannya mbak"

"Makasih" Aku mengambil sebuah es krim cone bersamaan dengan uang kembalian yang di sodorkan oleh pria di depanku ini.

Terkadang makanan yang manis bisa menghilangkan rasa gugupmu, ya saat ini aku merasa gugup. Aku tidak tau apa penyebabnya, setiap hari sebelum bertemu dengan dia aku selalu merasakan hal yang sama, mungkin aku harus mencari tips untuk mengatasi ini di internet.

Kuharap es krim ini tidak akan membuat pipiku semakin bulat. Dia sering mencubit pipiku saat lapar, dia bilang pipiku mengingatkannya pada sebuah bakpao yang lezat. Awalnya aku marah namun senyum dari wajahnya membuat amarahku hilang entah kemana.

Akhirnya di sinilah aku, berdiri di depan taman kota. Pemandangan yang biasa kalian temui di taman pada sore hari, ah itu dia di sana, duduk di sebuah bangku taman, sendirian.

Aku pergi menghampirinya, duduk tepat di sebelahnya. Dia hanya menatapku dengan tatapan heran.

Ah kenapa rasa gugup itu datang lagi ? harusnya aku biasa saja karena ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan dia. Entah kenapa setiap hari rasanya seperti baru pertama kali. Baiklah, aku tidak akan mendapatkan apapu jika tidak memulai.

"Hai aku Veranda, panggil aja aku Ve"

******

Kepalaku penuh dengan tugas tugas dari dosen yang datang bertubi tubi. Disamping disibukkan dengan karir masih ada kesibukan lain yang kudapat dari dunia perkuliahan. Ingin rasanya aku cepat cepat menyelesaikan kuliahku agar seluruh fokusku bisa kucurahkan pada karir, namun apadaya keterbatasan waktu yang kumiliki membuat semua itu hanya wacana belaka.

Mungkin semangkuk bakso di hadapanku ini sudah lelah mendengar keluhanku, andai saja bakso ini bisa bicara dia pasti sudah menyuruhku untuk diam dan menjalani semuanya sebagaimana mestinya. Dasar, mungkin otakku mulai kacau hingga membuatku berpikir jika aku bisa berinteraksi dengan semangkuk bakso.

"Kuliah itu dinikmatin, jangan dipikirin"

Entah kenapa tiba tiba aku merindukan sosoknya yang sangat santai. Bahkan nilai E tidak membuat tingkah konyolnya berkurang sedikitpun. Aku ingat tentang bagaimana kisahnya bisa diterima di kampus ini. Sehari sebelum ujian dia begadang menyelesaikan sebuah game, dia datang terlambat bahkan sempat tertidur saat ujian namun sepertinya dewi fortuna sangat menyayanginya hingga dia bisa lulus dan kuliah satu kampus denganku.

Pojok Ambigu Otak KananOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz