Choi Yeonjun
Choi Beomgyu
______________________________________
Beomgyu menatap layar ponselnya yang sudah lama tak bergetar. Nama Yeonjun masih berada di urutan teratas dalam daftar pesan, tapi chat terakhir hanya berupa satu kata pendek yang terasa dingin: "Iya." Sejak saat itu, layar yang biasanya penuh percakapan hangat dan candaan mereka berubah sunyi. Tidak ada balasan. Tidak ada tanda-tanda.
Mereka dulu begitu dekat. Yeonjun adalah satu-satunya orang yang membuat harinya lebih berwarna, satu-satunya yang bisa mendengarkan segala keresahannya. Tetapi kini, segalanya berubah. Sama seperti musim yang berganti, kehangatan itu perlahan menghilang. Beomgyu mencoba membalas pesan-pesan lama mereka, tetapi tidak ada jawaban. Hanya "centang satu"—sebuah tanda hening yang menyayat.
Hari-hari Beomgyu terasa panjang, melelahkan, dan kosong. Bahkan di kelas, ketika ia mendengar suara orang berbicara, pikirannya melayang jauh. Terkadang ia masih bisa melihat Yeonjun di lorong sekolah, tetapi sosok itu tampak kabur, seperti bayangan yang tak lagi nyata.
Suatu malam, Beomgyu terbangun dan memandang langit-langit kamar. Bulan terlihat jelas melalui jendela kecil di sudut ruangan. Ia meraih ponselnya, membuka halaman media sosial, dan di sana, foto terbaru Yeonjun terpampang jelas—senyum yang cerah, hashtag yang tak asing: #HariIni_Langitnya_SangatIndah
Beomgyu merasa ada yang mencubit hatinya. Bagaimana mungkin langit terasa begitu indah bagi Yeonjun sementara ia sendiri tenggelam dalam mendung?
Tangannya gemetar saat ia meletakkan kembali ponselnya. Ia membaringkan diri di tempat tidur dan menatap kosong ke kegelapan. "Bagimu, aku ini apa, Yeonjun?" gumamnya pada kehampaan. Kata-kata itu hanya bergema di pikirannya, tanpa jawaban.
Beomgyu mulai memperhatikan hal-hal kecil yang dulu ia lewatkan—tanda-tanda samar yang menunjukkan bahwa sesuatu telah berubah. Percakapan mereka yang dulu mengalir seperti air kini hanya percikan kecil yang kering. Tawa yang pernah menyatu kini telah sirna. Yeonjun semakin sering berjalan sendirian, menjauh, seperti bayangan yang tak bisa dikejar.
Ketika Yeonjun benar-benar menghilang dari hidupnya, Beomgyu merasakan kehampaan yang tak terlukiskan. Di perpustakaan, di lapangan olahraga, bahkan di bawah pohon yang dulu menjadi tempat favorit mereka, Beomgyu hanya menemukan dirinya sendiri. Dia seperti hantu—berkeliaran tanpa tujuan, seolah tidak terlihat oleh siapa pun.
Suatu hari, Beomgyu menemukan keberanian untuk menatap foto lama mereka. Foto yang mereka ambil musim panas lalu, dengan senyum merekah dan mata yang berbinar penuh kebahagiaan. Di foto itu, mereka adalah "kita"—dua orang yang saling melengkapi. Tetapi kini, satu bagian dari "kita" itu telah pergi, meninggalkan yang lainnya terjebak dalam kenangan.
Yeonjun tidak benar-benar memberinya alasan. Tidak ada kata perpisahan. Tidak ada penjelasan. Beomgyu akhirnya menyadari bahwa "tidak ada jawaban" itulah jawabannya. Meski begitu, hatinya sulit menerima kenyataan itu.
Pada malam berikutnya, Beomgyu duduk sendirian di bangku taman dekat rumah mereka—tempat di mana mereka dulu berbicara hingga larut malam. Angin dingin berhembus, dan dalam sunyi, ia menatap ke langit malam.
"Kau menghilang begitu saja... seperti hantu," gumamnya pelan, suaranya tertelan angin.
Dia ingin berteriak, ingin bertanya pada dunia kenapa Yeonjun menjauh. Namun pada akhirnya, hanya keheningan yang menjawabnya. Di dalam dirinya, masih ada harapan kecil bahwa suatu saat, Yeonjun akan kembali—muncul dari balik bayang-bayang seperti dulu. Tapi entah kapan itu terjadi. Entah apakah itu mungkin.
Hari-hari berlalu, tetapi Beomgyu tetap di tempat yang sama. Hatinya, meski lelah, tetap setia memanggil nama Yeonjun. Seperti hantu yang bergentayangan di tempat yang sama, ia menunggu sesuatu yang mungkin tak akan pernah datang.
Dan di malam yang sunyi itu, di bawah langit yang penuh bintang, hanya gema dari suaranya yang tersisa, menggema di antara pohon-pohon dan angin yang membawa namanya jauh.
"Yeonjun... aku ini apa bagimu?"
"Dan Beomgyu masih di sana, tetap menunggu, meski tahu jawaban itu tak akan pernah datang."
Sasil nado ara
'Daedap eopseum' geuge daedabin geol
Iksukaejiji ana
Honjaga dwae beorin ge
Sajin sogui uricheoreom
Eoseo dasi doragayaman hae
Nan ajik yeogi inneunde
Nan ajik yeogi inneunde
YOU ARE READING
random!
Short Storycerita yang berisi drabble atau oneshot tubatu yang terinspirasi dari sebuah lagu! ini bxb! yang ga suka skip aja yaaa 💅
