prolog (Remake)

734 54 54
                                        

"Lari Aleeora! Selamatkan dirimu."
Sebuah pedang lancip berhasil menembus punggung wanita paruh baya berusia empat puluh lima tahun itu. Darah segar keluar dalam jumlah banyak.

"Tidak! Ibu!" Teriak seorang gadis kecil. Air mata mulai berjatuhan melalui pipi kecilnya. Pemandangan dihadapannya saat ini sungguh mengerikan.

Rumah-rumah sedang ganas dilahap oleh api, teriakan orang-orang, dan yang paling menyedihkan adalah  pemandangan seorang wanita–ibu dari seorang gadis kecil bernama Aleeora–berhasil ditusuk oleh pedang milik seekor iblis dengan wujud menyeramkan. Dua tanduk, gigi yang terlihat tajam, serta sayap hitam yang menempel di punggungnya.

Iblis itu secara perlahan melirik ke arah Aleeora. Aleeora mematung, tangisnya tertahan, jantungnya berdetak tak karuan, nafasnya terengah-engah.

Iblis itu menyeringai.

"TIDAK!!"

....


"TIDAK!!" Aleeora beranjak dari posisi tidurnya. Nafasnya menderu, keringatnya bercucuran. Mimpi itu lagi. Ini bukan yang pertama kalinya Aleeora bermimpi tentang mimpi yang sama. Mimpi yang paling ingin untuk Aleeora hindari.

Suara angin salju berhembus kencang diluar, terbang melewati jendela kamar Aleeora

Ia mengusap perlahan wajahnya. Dia mencoba menenangkan diri. Ia turunkan kakinya ke lantai, meletakkan wajahnya ke telapak tangan miliknya dengan posisi tertunduk. Dirinya sudah sepenuhnya tenang sekarang.

Gadis itu menelan saliva sembari menghelai rambut sebahu miliknya kebelakang telinga.

Aleeora melirik ke arah meja disebelahnya, mata biru terang miliknya terlihat mengkilap.

Di meja kayu usang sana terdapat sebuah cincin perak. Tidak memiliki motif apapun, itu hanyalah cincin biasa. Polos

"Ibu...." Aleeora menghela nafas.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang membuat Aleeora melirik.

"Hey, kau baik baik saja di sana?" Ucap suara dibalik pintu. Suaranya terdengar berat, lebih seperti suara seorang pria 40 tahunan.

Aleeora membalas, "Ya, aku baik-baik saja pak tua."

"Baiklah, segera bersiap untuk sarapan hari ini." Dia pergi dari depan pintu.

Pak tua itu adalah Harres. Dia adalah orang yang menyelamatkan Aleeora saat kejadian tragis dua belas tahun yang lalu.

Aleeora beranjak dari tempat tidur dan segera menuju kamar mandi. Setelah selesai segala persiapan, Aleeora segera menuju meja makan. Disana sudah ada pak tua Harres yang menunggu sembari membaca.

"Padahal kau bisa makan duluan saja. Kenapa menunggu ku?" Tanya Aleeora, dia duduk di kursi menghadap pak tua Harres.

Pak tua itu terlihat sedang duduk santai sembari membaca koran harian. Dengan teh hangat di dekat tangan kanannya, baju lengan panjang ia gulung memperlihatkan tangannya yang kekar.

"Ada hal yang ingin ku bicarakan denganmu setelah selesai makan. Karena itu aku menunggumu." Pak tua Harres meletakkan koran itu.

"Tentang hal apa?" Tanya Aleeora. Dia meniup poni rambut yang sempat menghalangi pandangannya.
   
Pak tua Harres mengambil sebuah sendok lalu menunjuk Aleeora. "Tentang dirimu tentu saja. Sudah, makanlah terlebih dahulu. Kita akan membahasnya setelah ini."

Aleeora mengangguk. Dia juga mengambil sendok dan garpu. Aleeora sedikit bingung, ada apa dengan pak tua ini sebenarnya.

Tidak biasanya dia  menghidangkan makanan semewah ini. Menu hidangan yang Aleeora santap hari ini berupa satu ayam utuh, daging kambing dan juga serigala. Dari mana pak tua ini mendapatkan banyak uang untuk membeli semua ini? Biasanya mereka hanya memakan paha ayam. Itupun dalam jumlah yang sedikit.

ALEEORAWhere stories live. Discover now