Sampai di sekolahan, Yechan turun dari mobil sang Ayah setelah diberi beberapa nasihat yang sudah ia hafal diluar kepala. Memasuki area sekolahan, Yechan berjalan dengan santai, tetapi saat berada di tangga menuju lantai dua, dia melihat bahwa sang sahabat sudah ada disana ditemani oleh sang kekasih. Yechan mendengus melihatnya, lalu menepuk punggung sang pria dengan sedikit keras.
“Ah sialan, siapa yang— oh elu Chan, sakit ege! Pagi-pagi dah sensi aja, gua cium nih lama-lama!” ujar sang pria.
“Cium aja kalo berani, lagian masih pagi malah mesra-mesraan, mau jadi apa lu nanti?” sindir Yechan.
“Mau jadi suaminya Yujun! Puas lo?” balas sang pria ketus.
Yechan memasang wajah ingin muntah, yang dihadiahi cubitan di pipi. Tenang, Yujun tidak cemburu kok, karena sudah biasa melihat sahabatnya serta kekasihnya bertengkar. Yujun bagian menonton saja di kala keduanya bertengkar dengan sengit, seperti sekarang. Mereka bertiga kemudian naik ke lantai dua untuk memasuki kelas masing-masing, ketiganya berpisah saat berada didepan kelas Yujun, kekasih Yujun itu berbeda kelas dengan Yujun, sedangkan Yechan satu kelas dengan Yujun.
Memasuki kelas yang ramai, Yechan meletakkan kepalanya di atas meja sembari menunggu guru untuk datang. Yujun datang setelah kekasihnya pergi dan duduk di bangku sebelah Yechan.
“Chan, lu nggak mau cari pacar gitu? Gue kasihan ngelihatin elu kalo pas bareng sama kita.” ujar Yujun hati-hati.
“Duh, nggak dulu deh Jun, gue mau fokus ke pendidikan, nanti kalo ada yang srek, baru deh gue kasih tahu.” balas Yechan.
“Seeun katanya ada temen yang jomblo juga, gimana kalo—”
“Yujun dengerin gue!... Walaupun gue kenal sama Seeun, bukan berarti gue mau kenal sama temennya, belum tentu kita bakalan cocok hanya karena kalian yang jodohin, walaupun dia temen Seeun, nggak memungkinkan kalo Seeun nggak bakalan ikut campur urusan kita. Gimana kalo nanti kita nggak cocok? Apa Seeun bakalan nggak merasa bersalah? Karena apa? Karena kita berdua temen Seeun, dan gue sebagai sahabat lu, bakalan terus ada di antara kalian, gue nggak mau Seeun kecewa atau kita bakalan jadi canggung. Gue nggak mau. Belum tentu yang diomongin Seeun soal temennya itu baik tapi hasilnya zonk, gue juga nggak mau kalau hubungan pertemanan mereka hancur. Makasih tawarannya, tapi kalo gue nanti berubah pikiran, gue bakal kasih tahu.”
Setelah berucap panjang lebar, keduanya fokus pada guru yang ternyata sudah datang.
Istirahat tiba.
Sama seperti biasanya, ketiga teman ini makan siang bersama di meja kantin dekat pintu masuk kantin. Seeun saat ini sedang mengantre untuk mengambil makanan yang ternyata sudah di pesan saat masih berada di kelas, sedangkan duo Y sedang sibuk bercanda hingga makanan ketiganya tiba. Hehehe, makanan Yechan sekalian dipesankan oleh Seeun. Ya kalau bukan sahabat sang pacar juga Seeun tidak mau repot-repot untuk memesankan makanan.
“Chan, lu mau nggak besok Sabtu ikut kita?” tanya Seeun.
“Kemana?” tanya Yechan gantian.
“Ada deh, lu pasti nggak sibuk kan, iyalah secara hari Sabtu les lu juga cuma beberapa jam doang, iya kan?” tebak Seeun.
“Belum tentu ege! Kalo bokap gua nggak minta tolong ya gue cuma les doang, kalo bokap minta tolong, ya gue nggak bisa ikut kalian.” ujar Yechan.
Seejun mengangguk membenarkan, iya sih, Yechan kalau hari Sabtu juga kadang libur les atau ikut Ayahnya ke studio musik milik keluarganya, jadi ya menunggu besok Sabtu.
“Gue curiga bakalan ada apa-apa.” selidik Yechan.
“Yeee, jangan curiga gitu dong, sama aja lu nggak percaya sama temen lu sendiri.” ucap Seeun.
YOU ARE READING
Plot Twist (END) ✓
Short StoryWARNING! GS AREA! BAHASA NON-BAKU! Jika bukan karena paksaan sang sahabat, Yechan tidak mau ikut keduanya menonton film yang ternyata terdapat plot twist didalamnya. Check this out!!!
Plot twist
Start from the beginning
