"kamu sudah janji akan memberiku kabar, tapi bukan kabar yang seperti ini Kyu" ucap Haruto lirih.
Junkyu berusaha tersenyum walaupun rasanya menyakitkan.
"sakit.." lirih Junkyu.
"apa yang sakit sayang?" tanya mama Sonia.
"semua ma.. Semua tubuh Junkyu sakit" lirih Junkyu.
"kita akan melalukan segala cara agar kamu bisa sembuh dan gak ngerasa sakit lagi Kyu" ucap Jongsuk.
"ikhlasin Kyu yaa pa.. Ma.." lirih Junkyu.
Semua yang ada disana menggeleng.
"kak.. Jangan ngomong gitu" isak Winter.
Junkyu menatap lama orang - orang disana.
"Haru.." panggil Junkyu.
"iya sayang?" tanya Haruto dengan nada sumbang. Dia menahan mati - matian air matanya agar tidak jatuh lagi.
"peluk.. Disini dingin sekali.."
Haruto memeluk dengan pelan tubuh Junkyu yang bisa dikatakan sangat tidak baik - baik saja.
"aku mencintaimu" lirih Junkyu.
"aku juga mencintaimu" ucap Haruto.
Junkyu tersenyum pelan.
"sakit Haru.. Rasanya sakit.." lirih Junkyu.
"tenang sayang, kita akan mengusahakan apapun untuk kesembuhanmu"
"Haru.. Terima kasih"
Haruto tidak pernah menyangka bahwa kata terima kasih dari Junkyu adalah kata - kata terakhirnya. Karna detik berikutnya Junkyu sudah terkulai lemas tanpa adanya nafas.
Orang - orang disana mulai panik dan memanggil dokter. Dokterpun datang dan memeriksa kondisi Junkyu.
Dokter menggeleng.
"maaf pak, bu, Pasien sudah berpulang"
Jeritan tangis pecah dan memenuhi ruangan tersebut. Haruto tidak bisa menahan beban tubuhnya lagi, dirinya jatuh ke lantai mendengar ucapan dokter tersebut. Dirinya menangis histeris, tidak menerima bahwa pujaan hatinya pergi untuk selamanya.
.
.
.
Haruto terduduk menatap peti mati Junkyu. Dimana peti itu menjadi tempat bersandar Junkyu untuk yang terakhir kalinya. Wajah damainya membuat Haruto benar - benar hancur, bagaimana bisa Junkyu meninggalkannya sedamai ini? Bagaimana sekarang dirinya akan melanjutkan kehidupannya tanpa Junkyu yang selalu menemani setiap langkah perjalanannya?
Semua orang yang melihat Haruto pasti merasa iba. Bagaimana tidak, kedua mata yang biasanya memancarkan ketenangan dan kehangatan, berubah menjadi bendungan air. Dingin dan sepi.
Jihoon dan Yoshi juga tidak kuasa menahan air mata mereka, dikala melihat Junkyu tertidur dipeti matinya.
Winter juga terdiam seribu bahasa, bahkan Mama Sonia tidak henti - hentinya menyalahkan dirinya akan penyesalan. Kenapa saat Junkyunya masih hidup, dia tidak meluangkan waktu untuk bersama. Jongsuk yang biasanya tegar dan keras, sekarang terduduk di sebelah peti mati putranya. Menangis akan penyesalan yang menghinggapinya.
"maafkan papa nak, maafkan papa.. Seharusnya papa tidak mengekangmu seperti burung dalam sangkar.. Seharusnya papa bisa menjadi orang terdepan yang kamu andalkan, papa menyesal nak"
Kalimat itu berulang kali digumamkan Jongsuk setiap melihat putranya.
Bunda Irene yang juga ikut merasakan hancur ditinggalkan Junkyu yang sudah dia anggap putranya sendiri, mencoba untuk tetap waras dengan membantu menerima tamu - tamu yang datang melayat.
Bahkan Yuta dan Sehun pun turut andil dalam membantu Irene.
Pendeta sudah bersiap - siap memimpin doa untuk Junkyu dilakukan kremasi. Haruto bangkit dari duduknya dan mendekat ke peti mati Junkyu.
Mama Sonia memberikan Haruto akses untuk berpamitan terakhir kalinya.
Haruto mengelus pelan rambut Junkyu. Hati mana yang tidak hancur melihat orang terkasih harus tertidur selamanya seperti ini.
"sayang.." suara Haruto bergetar menahan tangis.
"maaf kalau misalnya Haru pernah salah yaa, maaf kalau Haru belum bisa nemenin kamu disana sekarang, berbahagialah sayang.. Karna aku akan berusaha hidup sampai kamu jemput.. Terima kasih selama ini sudah menjadi orang paling terkasih untukku Kyu.. Aku menyayangimu"
Ucapan lirih Haruto membuat orang - orang disana tidak bisa menahan tangisnya.
Kecupan kening dilakukan Haruto untuk terakhir kalinya. Setelahnya Haruto dipeluk oleh Yuta karna tubuhnya sudah tidak sanggup untuk berdiri lagi.
Winter mendekat dan menatap wajah kakaknya lama.
"kak.. Maafin Winter selama ini yaa, maafin Winter yang gak pernah mau dengerin penjelasan kakak, maafin Winter belum jadi adik kakak yang baik, Winter sayang sama kakak" ucap Winter diiringi oleh tangis.
Sonia mendekati peti mati Junkyu, dia berusaha menghapus air matanya, namun gagal.
"maafin mama nak.. Maafin mama selama ini merenggut kebebasanmu, maafin mama yang tidak pernah membelamu di depan papa, maafin mama nak memaksakan kehendak kami untukmu, maafin mama yang belum bisa meluangkan waktu untuk bersamamu, maafin mama kalau belum bisa menjadi tempat kamu bersandar dan bercerita, maafin mama nak" isak Sonia.
Sonia menangis dipelukan Jongsuk. Jongsuk mengisyaratkan pendeta untuk memulai doa.
Setelahnya peti mati Junkyu ditutup dan dibawa ke ruang kremasi. Haruto menangis histeris saat peti mati itu masuk ke dalam pembakaran.
"Kyu.." isak Haruto.
.
.
.
Setiap manusia memiliki pribadinya masing - masing dan memiliki kapasitasnya masing - masing. Kita tidak bisa memaksakan kehendak untuk orang lain mengikuti keinginan kita. Karna penyesalan itu tidak pernah memandang kamu siapa, dia siapa, dan aku siapa.
The End
Ditunggu epilognya yaa..
YOU ARE READING
P E R F E C T (END)
FanfictionDisaat semua tuntutan dan ekspektasi ada dibahu kita..
Chapter 20
Start from the beginning
