"Celah-celah dalam dirimu akan terlihat sempurna di mata hati yang memang ditakdirkan untukmu. Sebab, cinta sejati tak mencari kesempurnaan, melainkan saling melengkapi dalam setiap ketidaksempurnaan."
-Jaegar Alaric Pangeran Gergorius
Jaeg...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ikut gue, sekarang!" desis seorang lelaki muda berseragam putih abu-abu, tangannya mencengkram erat pergelangan Aileen. Tanpa balas kasihan, dia menyeret gadis itu ke tempat sunyi.
"Aku nggak mau! Lepasin tangan aku" seru Aileen, berusaha melepaskan diri. Namun berujung sia-sia.
Lelaki itu adalah Jaegar Alaric Pangeran Gergorius, nama yang dikenal hampir di setiap sudut sekolah. Wakil ketua Graxtander, pria dengan reputasi pemberontak dan keras kepala. Tubuhnya besar, dilengkapi tato tengkorak di tangan kiri, menjadi ciri khas yang tak bisa dilupakan.
Mereka tiba di gudang yang sepi, tempat yang tampak suram. Aileen menelan ludahnya, pikirannya berputar-putar, memikirkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Dia berdiri di hadapan Jaegar, tubuhnya gemetar.
"Apa salah aku, Kak? Kenapa Kak Jaegar marah banget sama aku?" tanya Aileen dengan suara lirih, dipenuhi ketakutan, tapi tetap berusaha tenang.
"Salah lo?!" Jaegar menggeram.
"Lo masih berani nanya salah lo apa? Harusnya lo introspeksi diri!" bentak Jaegar, mata tajamnya menyorot tajam ke arah Aileen.
Langkah Jaegar semakin mendekat, membuat Aileen refleks mundur. Namun, tubuhnya berhenti ketika tiba-tiba tangan besar Jaegar melingkar di pinggangnya. Aileen langsung menundukkan kepalanya, hatinya berdebar kencang.
"Jangan nunduk!" Jaegar menarik dagu Aileen kasar, memaksanya untuk menatap wajahnya.
"Ngapain lo semalam sama bokap gue, hah?" Suara Jaegar dipenuhi kecurigaan, amarah yang semakin memuncak. Ia memang melihat Aileen bersama Papanya Dellon, di sebuah kafe. Sesuatu yang selama ini hanya berupa kecurigaan kini seolah nyata di hadapannya. Dia tidak bisa menerima Aileen memiliki hubungan dengan papanya.
"Dari mana dia tau?" batin Aileen panik.
"Jawab, Aileen! Lo ngapain aja semalem? Lo tahu gimana perasaan nyokap gue kalo tau hal ini?!" suara Jaegar bergetar, amarah dan luka yang terpendam semakin memanaskan suasana.
"Aku... aku nggak ngapa-ngapain, Kak" suara Aileen lirih, namun penuh kejujuran. Air matanya hampir jatuh, merasa tidak berdaya di hadapan Jaegar yang tampaknya sudah salah paham.
"Jangan bohong sama gue, Aileen. Gue benci dibohongin" Jaegar mendekatkan wajahnya, tatapannya dingin dan penuh tuduhan. Dia tak bisa percaya, karena di matanya, dia sudah melihat sendiri kedekatan mereka semalam.
"Aku nggak bohong, Kak" kata Aileen lagi, mencoba membela diri.
"Apa buktinya lo nggak bohong?" Jaegar memojokkannya lagi, menuntut jawaban yang memuaskan, seakan ingin mengungkap semua yang disembunyikan Aileen.
Aileen terdiam. Tak ada kata yang bisa diucapkan untuk membuktikan kebenarannya.
"Kenapa diem? Gak bisa buktiin, kan?" suara Jaegar melembut, tapi penuh rasa pahit. "Ternyata gue yang bodoh di sini. Gue yang terlalu percaya kalau lo cinta sama gue, tapi kenyataannya apa? lo malah main di belakang gue. Lo nyakitin gue, Aileen."
Tatapan Jaegar semakin hampa, lalu dengan suara penuh luka yang terdengar seperti akhir dari segalanya, dia berkata, "Kita putus."
Dua kata itu terasa begitu berat, menghantam Aileen seperti badai. Gadis itu terkejut, napasnya tercekat di tenggorokan. Apakah ini akhir dari segalanya?
Terimakasih yang sudah menyempatkan membaca cerita ku, semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalkan jejak seperti vote, komen.