Bab 5

301 18 2
                                        

Kayana adalah seorang wanita yang telah menempu berbagai beratnya hidup di dunia ini.

Dia terlahir tanpa sosok ayah, Ibu yang sakit-sakitan, ekonomi yang pas-pasan. Tapi beruntungnya dengan kondisi keluarga dan hidup yang seadanya, dia mampu untuk lulus kuliah dengan baik. Mulai berkerja setelah lulus kuliah. Sedikit demi sedikit membantu Ibunya untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Semua berangsur membaik setelah Kayana mendapat pekerjaan. Hanya saja, seperti dunia tak berpihak kepadanya, kesehatan Ibunya kian menurun dan pada akhirnya wanita baya yang telah berjasa besar bagi Kayana itu akhirnya hanya bisa terduduk dengan lemas tanpa bisa bergerak dari kursi roda yang dimilikinya.

Kayana kelimpungan. Demi merawat sang Ibu yang tak bisa beraktivitas seperti dulu, Kayana harus beberapa kali terlambat datang ke kantor tempatnya berkerja. Pikirannya juga tak fokus antara harus berkerja dan mengingat sang Ibu yang sedang sendirian di rumah.

Beberapa waktu kemudian, Kayana di pecat dari pekerjaannya setelah berulangkali mendapatkan surat teguran dari atasannya.

Kayana tidak menyalahkan siapapun tentu saja. Dia bisa mengerti jika melihat dari sisi bosnya. Hanya saja, wanita itu tak menyangka waktunya akan beruntutan seperti ini. Membuat kepalanya sakit sampai memikirkan jalan yang mungkin saja membawanya ke hidup yang semakin terpuruk.

Wanita menyedihkan itu hanya bisa menerima pekerjaan yang di tawarkan kepadanya. Selain dirinya tak punya pilihan lain karena harus memikirkan dana yang harus dia peroleh untuk menebus obat-obat Ibunya, pekerjaan inilah yang paling cocok dengan waktu dia punya sekarang ini jika harus merawat Ibunya.

Berkerja di club.

Kayana mendesah pasrah demi melihat suasana yang sudah tekuninya selama lebih dari 3 bulan ini.

Tau-tau sudah 3 bulan. Dirinya meringis. Seingatnya dulu, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak boleh lewat dari 1 bulan, dia sudah harus mendapatkan pekerjaan baru yang tentunya harus lebih baik dari pekerjaannya sekarang. Tapi sama seperti rencana-rencananya yang lain yang terlupakan begitu saja karena keadaan, Kayana juga sepertinya harus merelakan yang satu ini.

"Nana. Tamu bos minta kamu layanin tuh." Rekan kerjanya, yang satu profesi dengan Kayana, memanggil wanita itu saat dirinya sedang mengembalikan gelas-gelas kosong kepada bartender.

Kayana mengangguk. Lalu langsung bergegas ke vip room tempat tamu-tamu konglomerat yang Kayana sudah kenal wajah-wajahnya.

Dia suka dengan penghuni ruangan ini. Tentu saja karena mereka banyak uang. Tapi selain itu mereka takkan melewati batas yang telah Kayana tawarkan.

Mereka hanya minta di tuangkan minum, di temani cerita. Mungkin menggoda Kayana sedikit dengan kata-kata rayuan yang telah Kayana hafal karena saking banyaknya pria yang berucap seperti itu, tapi selebihnya mereka tak kurangajar.

Fabian adalah salah satu tamu tetap di room ini. Dia yang selalu datang lebih awal, yang selalu pesan tempat, dan selalu minta dilayani oleh Kayana.

Orangnya periang, cerewet, baik, walaupun agak pecicilan. Ekstrover sekali. Semua apa yang dia ucapkan, selalu menyeletuk tanpa di rasa perlu di saring.

Selain Fabian, ada lagi teman-temannya yang lain. Tapi seperti tamu-tamu biasa lainnya yang hilir mudik berganti-ganti, Kayana tak mengetahui banyak tentang mereka selain familiar dengan wajahnya saja.

Apalagi pria itu.

Pria yang baru saja datang dengan kemeja rapi dan juga kacamata berbingkainya yang terlihat kaku. Sama seperti wajahnya yang tanpa ekspresi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 6 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HELENAWhere stories live. Discover now