55

7 1 0
                                    

"Aku bersyukur Kak Mingmei membawakanku 'pertolongan pertama' yang ternyata darimu

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Aku bersyukur Kak Mingmei membawakanku 'pertolongan pertama' yang ternyata darimu. Sejak itu juga aku menyadari, mencuri tidur dalam keadaan sudah bermekap tidak berpengaruh besar ke penampilan, setidaknya buatku. Itu justru cara terbaik untuk memulihkan tenaga. Kamu mungkin membutuhkannya juga."

Ling tidak menyangka kebaikannya yang jarang-jarang itu berbalas setahun kemudian dengan cara terindah.

"Oh," sambung Xiang dengan nada bersalah, "seharusnya aku membawakanmu bantal leher juga, ya?"

"Tidak perlu," sahut Ling. "Bahumu saja cukup."

"Kalau tidur dengan kepala miring begitu, nanti lehermu sakit. Lagipula, pundakku kan keras."

Pendekatan yang praktis. Ganti Ling yang tertawa kecil. "Kalau begitu, selepas acara kau bisa memijat leherku," candanya. "Kelihatannya, bahu ini akan jadi bantal kesukaanku jika sedang dalam perjalanan."

Tidak ada tanggapan.

Perasaanku saja atau aku merasa tubuh Feng Xiang menghangat? Ling membatin. Masa bodohlah. Dia mengizinkanku tidur di bahunya, jadi aku akan tidur.

Kelelahan yang bertumpuk membuat Ling terlelap dalam sekejap. Tidurnya akan berakhir tanpa mimpi andai sosok Xiang tidak muncul di penghujung tidur. Dalam bayang-bayang samar itu, Ling rebah di sebuah ranjang dan Xiang menduduki satu sisinya. Cahaya matahari awal pagi menyisipi tirai, menerangi wajah Xiang yang digelayuti sisa-sisa kantuk. Ia mengenakan outfit after party-nya, hanya tanpa jubah, tampak kusut, lagi tak terkancing.

"Zhang Ling, ayo bangun."

Xiang dalam mimpi mengguncang pelan tubuh Ling, tetapi Ling mengerang dan menaikkan selimut. Lima menit lagi, ini kan hari libur, tawar si gadis.

Rupanya, Xiang dalam mimpi tidak menyerah karena pagi itu adalah pagi istimewanya dan Ling. Ia berbisik langsung ke telinga gadisnya dengan suara berat nan parau, tanda ia tidur dengan baik di rumah yang sama dengan kekasihnya.

Tunggu, rumah yang sama? Omong-omong, rumah siapa yang Ling tempati sekarang?

"Bangun, Sayang. Kita akan menikah hari ini; kau mau terlambat?"

Bersama dengan bangunnya Ling dalam mimpi, Ling di mobil mewah ikut tersentak bangun, masih bersandar ke bahu Xiang. Tangan Xiang pun–seperti dalam mimpi–berada di bahunya, mungkin baru saja mengguncangnya bangun juga.

"Kau tersengal-sengal. Mimpi buruk?" tanya Xiang begitu kepala Ling meninggalkan bahunya. Si gadis tidak segera menjawab, butuh waktu memproses kenyataan dan mimpi yang kabur batasnya. Barulah ketika memahami situasi di mana dia sebenarnya berada, Ling mengembuskan napas panjang dan tertawa.

"Sebaliknya, tadi itu mimpi terbaikku."

Xiang tersenyum lega, senang gadisnya baik-baik saja. "Ceritakan padaku nanti. Sebentar lagi kita sampai."

Kevin Huo's ProposalOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz