-Part 39-

601 140 54
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan kini ruang inap Chaeng sudah dipenuhi oleh ahli keluarga yang datang untuk membahas kejadian yang terjadi kepada Chaeng. Sudah pasti, Hantae bersama istrinya juga ikut berada disana.

"Hyung lihat bukan, apa yang sudah anak Hyung lakukan!" Seru Sean.

Hantae mengusap wajahnya dengan kasar "Terus sekarang lo mau apa? Mau gue pukulin dia? Itu tidak akan merubah apa apa. Vion sudah besar, dia tidak akan mendengarkan omongan gue lagi!" Balasnya.

"Hanya itu jawaban Hyung!?" Marah Sean; tidak habis fikir dengan kelakuan Abang iparnya yang malah kelihatan santai atas kejadian yang sudah sang anak lakukan.

"Sean, tenang" Haein langsung melerai keduanya sebelum berlaku kejadian yang tidak diinginkan.

"Oppa, tenang dulu" Bujuk Lisa menarik Sean duduk disampingnya.

"Sekarang polisi sudah mencari keberadaan Vion. Apa pun yang terjadi, Appa tidak ingin kalian berdua membebaskan Vion dari penjara!" Tegas Sunwon menatap Hantae dan Sharon secara bergantian.

"Terserah lah. Lagian aku juga tidak peduli" Balas Sharon dengan santai.

Min-Ha menggeleng dengan pelan. Sekarang dia sadar kenapa Vion hampir melakukan kejadian pembunuhan. Ternyata, kedua orang tua Vion juga memang tidak pernah mempedulikan cowok itu.

"Kalian memang tidak pantas menjadi orang tua" Keluh Min-Ha.

Hantae berdecak sinis "Bukannya dulu sebelum aku menikah, kalian menginginkan cucu laki laki? Sekarang aku sudah memberikannya untuk kalian jadi tugas aku sudah selesai. Uruskan saja dia. Aku tidak peduli lagi"

Pria ini bangkit lantas menggandeng sang istri untuk pergi dari sana.

"Apa apaan itu?!" Protes Jisoo.

"Dasar Oppa idiot!" Gerutu Lisa kesal.

Brakkkk

Secara tiba tiba, pintu ruang inap Chaeng dibuka secara kasar dan sosok Vion berlari memasuki ruangan itu dengan nafas yang memburu.

Kondisi cowok itu juga kelihatan berbeda. Rambutnya acak acakan bahkan terpancar raut wajah takut diwajahnya.

"Ngapain kamu kesini!?" Marah Sean.

Vion mendekati Chaeng yang duduk diatas kasur. Belum sempat Chaeng kabur, cowok ini menarik Chaeng dengan kasar bahkan dia sudah meletakkan pisau di leher Chaeng.

"Chaeng!" Teriak Nini ingin menghampiri Chaeng.

"Jangan mendekat!" Teriak Vion hampir menggores leher Chaeng menggunakan pisau yang tajam itu.

"Vion, kita ngomong baik baik ya. Jangan seperti ini Cu" Bujuk Sunwon.

"Tidak! Gara gara kalian, gue dikejar polisi! Gue tidak peduli kalau gue harus mati di penjara tapi yang pasti, gue akan membunuh Chaeng duluan!" Seringai Vion.

"Apa salah Chaeng!?" Marah Sean.

"Dulu, gue lah yang menjadi kesayangan keluarga ini! Tapi gara gara kehadiran Chaeng, gue dibuang oleh Grandpa gue sendiri!" Marah Vion.

"Tidak ada yang membuang kamu. Kamu tetap cucu laki laki keluarga ini" Bujuk Min-Ha.

"Diam! Kalian semua bohong!" Teriak Vion.

Dengan kejamnya, dia menggores leher Chaeng sehingga berdarah.

"Shhh" Ringis Chaeng menggigit bibir bawahnya bagi menahan ngilu.

"Aunty mohon, tolong lepaskan Chaeng" Mohon Lisa menyatukan kedua tangannya.

"Vion, jangan keterlaluan. Chaeng itu sepupu kamu" Bujuk Jisoo.

"Gue tidak peduli!" Balas Vion.

Dalam diam, Sean menyerahkan ponselnya kepada Haein dan meminta Haein untuk mengirim pesan kepada polisi.

"Apa yang kamu inginkan? Mobil? Uang? Fasilitas? Ngomong saja sama Uncle. Uncle akan memberikannya untuk kamu" Bujuk Sean perlahan lahan mendekati Vion.

"Jangan mendekat!" Teriak Vion menyondongkan pisaunya kearah Sean.

Tidak ingin mensia siakan kesempatan, Chaeng langsung saja menggigit lengan tangan Vion yang melingkar dilehernya itu.

"Arghh!" Teriak Vion namun dia tetap tidak melepaskan Chaeng.

Jlebbb

Tidak sempat untuk kabur, pisau yang dipegang oleh Vion tepat tertancap didada kiri Chaeng.

"Chaeyoung!" Lisa berteriak histeris.

"Bocah gila!" Sean berseru marah. Tanpa aba aba, dia langsung menarik Vion dengan kasar lantas dia melayangkan pukulannya.

Brughhh

Brughhh

Brughhh

Vion sudah terkapar tidak sadarkan dirinya gara gara pukulan dari Sean namun Sean tetap saja tidak menghentikan pukulannya.

"Cukup Sean!" Halang Haein menarik Sean menjauh dari Vion.

"Biarkan anak ini mati Hyung!" Seru Sean emosi.

"Kalau dia mati, kamu yang akan ditahan polisi!" Balas Haein membuat Sean seakan tersadar.

Dengan nafas yang memburu, Sean beralih menghampiri sang anak yang sudah terbaring dipangkuan Lisa.

"Hiks Chaeng-ah" Isak Lisa menepuk pipi Chaeng berkali kali agar Chaeng tetap sadar.

Jisoo pula berlari keluar dari ruangan itu untuk segera meminta bantuan dari Dokter.

"M-Ma, i-ini sakit" Adu Chaeng yang sudah kesulitan untuk bernafas.

"Tahan sebentar ya. Chaeng tidak boleh tutup mata. Harus tetap sadar" Balas Lisa mengelus kepala Chaeng berkali kali.

"Hiks Chaeng" Isak Nini memegang tangan Chaeng yang sudah dingin.

"N-Nini" Lirih Chaeng.

"Hiks Chaeng yang kuat ya. Chaeng sudah janji untuk terus disamping Nini. Hiks Chaeng tidak boleh meninggalkan Nini"

Chaeng menggeleng dengan lemah. Tenggorokannya terasa penuh sehingga dirinya kesulitan untuk bernafas.

Uhukk uhukkk

Gadis ini terbatuk berkali kali bahkan dia ikut memuntahkan darah.

"N-Nini tolong jaga M-Mama sama P-Papa Chaeng ya" Pesan Chaeng.

"Chaeng, tatap Papa" Panggil Sean "Chaeng anak Papa yang kuat. Tetap bertahan ya"

Chaeng hanya mampu menatap Sean dengan tatapan kosongnya.

"Maaf Pa, Chaeng bukan anak Papa yang kuat lagi"

Mata yang kelihatan sendu itu perlahan lahan tertutup bersamaan dengan nafas Chaeng yang semakin melemah.









Sad ending kayaknya seru🤔




  Tekan
   👇

Puzzle Pieces✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum