EXTRA CHAPTER

22.6K 810 15
                                    


Seorang wanita sedang mengepang rambutnya yang panjang, sesekali tersenyum melihat wajahnya di depan cermin. Semakin bertambah nya usia, ia semakin cantik saja. Tapi itu kata suaminya, bahwa dirinya lah wanita tercantik. Selesai mengepang rambutnya, gadis itu berjalan ke ranjang king size. Ia melihat jam, sudah pukul tujuh malam. Tangannya terulur membuka laci nakas, mengambil Photo book, lalu membuka lembaran pertama

Ia melihat foto pertama, foto pernikahannya dengan sang suami. Terukir senyum mengingat bagaimana keluarga sang suami memperlakukannya dengan baik. Di foto selanjutnya, terdapat foto dirinya bersama sang ayah.

Dan foto yang ketiga, foto dirinya bersama kedua sahabatnya. Bianca dan Clara.

Terus membalik lembar demi lembar, ia berhenti melihat foto balita kecil. "Gak adil, mirip banget sama ayah kamu" cemberutnya saat melihat paras sang anak sangat mirip dengan suaminya sewaktu muda.

Tok tok tok

"Bunda, Gala masuk ya" ucap suara dibalik pintu.

"Masuk aja nak" balas Alda. Menutup photo book nya dan meletakkan di atas ranjang.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan laki-laki tersenyum hangat memandangi bunda-nya.

"Kenapa pulang malem begini?" Tanya Alda lembut. Ya, sifatnya berubah ketika dihadapkan dengan anak berliannya.

"Kiara minta di temenin ke Gramedia, Bunda." Jelas Gala. Gala Mahaputra, putra satu-satunya Aldara dan Erlangga.

Alda hanya mengangguk, ia menyuruh putranya untuk segera membersihkan diri, lalu turun ke bawah untuk sarapan karena sebentar lagi Erlangga akan segera pulang dari kantor.

Sedikit informasi, pernikahan mereka diadakan saat Alda sedang berkuliah. Perlakuan Erlang membuat gadis itu akhirnya luluh dan menerima lamarannya. Oma Erlangga, akhirnya bisa melihat pernikahan cucunya, serta bisa melihat Gala di umur tiga tahun sebelum ia meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Tentang Bara, saat mau mengadakan pernikahan mereka, Alda menyuruh Erlangga untuk mencari orang tuanya itu. Setelah ketemu, tak di pungkiri rasa senang menyeruak di hati Alda, bagaimana pun, Bara tetap lah ayah pemilik tubuh.

Prihatin melihat Bara yang tinggal di gubuk, Erlangga membeli rumah untuk ayah mertuanya itu.

Ceklek!

Pintu terbuka, Erlangga memasuki kamar, segera Alda melakukan rutinitasnya sebagai  istri. Membuka dasi yang menggantung di leher Erlangga, serta membuka Jas yang pria itu kenakan.

"Sayang, kamu melupakan sesuatu" Erlangga berucap saat Alda hendak menaruh jas dan dasi Erlang.

"Aku meletakkan ini dulu"

Setelah meletakkan barang itu, Alda kembali mendekati Erlangga, mengalungkan lengannya di leher pria itu. Ia berjinjit, mengecup singkat bibir Erlang. Membuat Erlang tersenyum menahan salting

"Udah, ayo ke bawah. Gala udah nunggu kita"

"Apa tidak bisa sebentar lagi?"

"Enggak. Aku takut putraku lama menunggu, kalau kamu mau lebih..." Alda sengaja menggantung ucapannya, perlahan mendekatkan wajahnya ke telinga Erlangga guna berbisik "nanti malem ya?" Memundurkan wajahnya memberi senyum nakal

"Tidak akan" baru hendak menarik pinggang Alda. Bunyi ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka

"Bunda, masih lama? Gala Sama kakek nunggu di meja makan" Gala sedikit berteriak di balik pintu. Membuat Erlangga mendengus

I'm Figuran? Where stories live. Discover now