-35-

717 172 57
                                    

16 tahun kemudian ~

Waktu berjalan dengan begitu pantas. Chaeng yang kecil dan imut sudah menjadi sosok gadis yang cukup cantik perpaduan dari wajah kedua orang tuanya.

Chaeng adalah sosok yang perhatian dan baik. Hatinya yang tulus itu membuat orang orang menyukai dirinya.

Namun jangan salah! Walaupun Chaeng sosok yang baik, dia juga bisa menjadi sosok yang menakutkan jika ada orang yang mengganggu Kakak kesayangannya.

Siapa lagi Kakak kesayangannya kalau bukan Nini? Nini atau bisa dipanggil Jennie itu merupakan sosok pawang bagi Chaeng begitu juga sebaliknya. Mereka berdua bahkan cukup lengket seakan di lem.

Tidak bisa dipungkiri kalau keduanya juga bersikap posesif. Nini tidak pernah membiarkan cowok cowok mendekati Chaeng begitu juga dengan Chaeng yang tidak pernah membiarkan cowok cowok mendekati Nini.

Seperti saat ini, ada satu kejadian yang berlaku di lapangan kampus. Terlihatlah sosok seorang cowok yang memegang bouquet bunga didepan sosok Nini.

"Aku diam diam memerhatikan kamu. Dan aku jatuh cinta sama kamu. Jadi sekarang aku ingin melamar kamu untuk menjadi pacar aku"

Nini hanya menatapnya dengan datar. Dia bahkan tidak ingin mengeluarkan suara karena dia yakin adiknya itu akan segera tiba untuk membantunya.

"Apa jawaban kamu?" Tanya cowok itu lagi.

"Jawabannya tidak!"

Tuhkan, Chaeng langsung muncul didalam keramaian itu.

"Jangan ikut campur. Ini urusan gue sama Jennie"

Chaeng merangkul pundak Nini yang memang lebih pendek darinya itu. 

"Oppa gila atau bagaimana si? Apa Oppa lupa kalau kita ini sepupu? Kenapa juga Oppa ingin melamar Nini?" Balas Chaeng.

Vion, atau lebih dikenali sebagai V itu mendengus "Memangnya gue peduli? Lagian sepupu juga bisa menikah"

"Dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ingat ya, sejak kejadian Oppa hampir membunuh Nini, aku tidak akan pernah membiarkan Oppa dekatin Nini!" Ujar Chaeng penuh penekanan.

Tanpa mempedulikan cowok itu, Nini langsung menggandeng Chaeng untuk pergi dari sana sebelum adiknya itu memukul sang cowok.

"Apaan si tuh kampret. Bisa bisanya dia ingin pacaran sama Nini" Dumel Chaeng.

"Nini juga benci sama dia si"

"Bagus. Nini memang harus benci sama dia. Dia cowok yang nakal si"

Nini mengangguk "Arrasso"

"Kelas Nini sudah selesai?"

"Sudah. Bagaimana sama kelas Chaeng?"

"Kelas Chaeng juga sudah selesai. Bagaimana kalau kita langsung berangkat ke restaurant? Yang lain pasti sudah menunggu"

"Ayo" Sahut Nini bergegas memasuki mobilnya diikuti oleh Chaeng.

Akhirnya mobil yang dikendarai oleh Nini meluncur laju meninggalkan perkarangan kampus.

*
*

Sementara itu di sebuah ruangan private di restaurant, terlihatlah keluarga besar Sunwon yang lagi berkumpul bersama.

"Apa Nini sama Chaeng sudah berangkat?" Tanya Sunwon.

"Sudah Appa. Chaeng sudah mengirim pesan. Katanya dia sama Nini sudah on the way kesini" Sahut Lisa.

"Apa Appa tidak mengundang keluarga Hantae Oppa?" Tanya Jisoo.

"Oppa kamu itu ada di Italy sama istrinya. Lagi liburan" Sahut Sunwon.

"Mereka masih saja belum berubah ya. Aku khawatir sama Vion. Tuh anak bisa saja menjadi semakin nakal gara gara tidak dipedulikan oleh orang tuanya" Sambar Min-Ha.

"Kita tidak bisa melakukan apa apa lagi si. V juga sudah besar. Nasihat kita juga pasti tidak akan dipedulikan" Balas Jisoo disetujui oleh yang lain.

*

Didalam mobil, terlihatlah Chaeng yang terus menyanyi bersama Nini. Kedua gadis itu kelihatan santai tanpa mempedulikan orang tua mereka yang sudah menunggu kedatangan mereka.

"Kira kira kenapa ya Grandpa ingin makan siang bersama kita semua?" Tanya Chaeng mematikan lagu di mobil itu.

"Mungkin Grandpa rindu untuk berkumpul bersama. Lagian kita juga sudah lama tidak pulang kemansion Grandpa gara gara sibuk sama kuliah" Sahut Nini.

Chaeng mengangguk singkat "Nini, tadi Chaeng dikasi coklat sama cowok"

Ckittttt

Mobil itu sontak berhenti secara tiba tiba membuat kepala Chaeng hampir saja terbentur dashboard.

Untung sekali tidak ada mobil dibelakang mereka.

"Yakk Nini!" Seru Chaeng kesal.

Namun Nini tidak peduli. Gadis ini bahkan sudah menatap kearah Chaeng dengan tajam.

"Siapa nama cowok itu? Cowok itu ada di jurusan yang mana? Apa dia baik? Siapa nama orang tuanya? Bagaimana Chaeng bisa kenal sama dia?"

Glupp

Chaeng menelan ludahnya dengan kasar. Dia lupa kalau Kakaknya itu cukup posesif dengannya.

"N-Namanya Chanyeol. Dia baik kok. Dia ada di jurusan K-Pop Arts Management. Nama orang tuanya Chaeng tidak tahu si. Chaeng kenal sama dia juga karena Chaeng pernah collab menyanyi sama dia untuk acara tahunan kampus. Nini tidak lupa soal itu bukan?"

Nini terdiam selama beberapa detik sebelum mengangguk singkat "Nini ingat. Cowok itu kelihatan gentleman si. Nini masih ingat kalau dia pernah membantu Chaeng yang kesulitan untuk tenang diatas panggung"

"Jadi Nini tidak masalah kalau Chaeng dekat sama Chanyeol?" Tanya Chaeng.

"Tidak. Tapi kalau dia sakitin Chaeng, Chaeng harus ngomong sama Nini ya"

"Chaeng pasti ngomong!"

"Bagus"

Baru saja Nini ingin kembali menjalankan mobilnya, satu mobil tiba tiba saja berhenti tepat didepan mobilnya seakan ingin menghalangnya untuk pergi.

"Si kutu kampret mau apa lagi si!" Dumel Chaeng ketika melihat sosok Vion yang berganjak keluar dari mobil itu.

"Biar Chaeng saja yang keluar. Nini diam saja disini" Lanjut Chaeng bergegas keluar dari mobil.

"Oppa mau apa lagi si!? Tolong jangan mengganggu aku sama Nini lagi!" Kesal Chaeng.

Vion mendengus "Lo hanya penghalang kebahagiaan gue Chaeng! Gara gara kehadiran lo, Grandma sama Grandpa sudah tidak peduli sama gue! Gue satu satunya cucu laki laki mereka dan seharusnya gue yang mendapat semua kekayaan mereka tapi kenapa mereka lebih memilih lo untuk mendapat sebahagian daripada harta keluarga kita hah!? Dan lo juga yang menghalang gue untuk mendekati Nini! Lo benar benar beban dihidup gue!"

Dengan marahnya Vion mendekati Chaeng.

Jlebbb

Mata Chaeng membulat ketika sesuatu yang tajam tertancap diperutnya.

"Seharusnya sudah dari kecil lo mati" Smirk Vion.

"Chaeng!" Nini berganjak keluar dari mobil dan bergegas menghampiri Chaeng membuat Vion langsung berganjak pergi menggunakan mobilnya.

"Chaeng!" Panik Nini membaringkan kepala Chaeng diatas pangkuannya. Tangan mungilnya itu pula sudah memegang luka tusukan diperut Chaeng untuk menghalang darah daripada terus keluar.

"N-Nini" Panggil Chaeng "C-Chaeng s-sakit"

Nini terisak "Hiks Chaeng sabar ya" Dengan tangan yang sudah dipenuhi oleh darah, Nini langsung saja mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ambulance.

"Mama, Papa" Lirih Chaeng sebelum matanya perlahan lahan tertutup.










Tekan
   👇

Puzzle Pieces✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang