BAB 10 : Ringkikan Kuda

9 2 0
                                    

Udara malam terasa dingin dengan bulan purnama yang bersinar tepat di atas rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara malam terasa dingin dengan bulan purnama yang bersinar tepat di atas rumah. Juni melangkah keluar kamarnya dan melihat Abimanyu masih fokus mengerjakan pekerjaan kantor di ranjang. Juni baru saja selesai melakukan rutinitas perawatan kulitnya.

Abimanyu melirik sebentar ke arah Juni yang membuka pintu kamar, "Sayang, bisa bawakan buah apel?" pintanya.

Juni mundur beberapa langkah dan mengangguk setuju. Kebetulan, ia ingin makan buah jeruk. Juni ingat masih ada tiga buah jeruk di dapur.

Baru saja melangkahkan kaki ke anak tangga, Juni melihat percikan air hujan dari luar jendela. Tangga itu memiliki dinding kaca buram. Wanita itu kembali berjalan turun ke lantai pertama.

Suasana terasa sepi karena dua asisten rumah tangga mereka sudah pulang sejak tadi sore. Juni menyalakan beberapa lampu setelah menemukan saklarnya. Jujur saja, dia masih belum hafal letak saklar lampu di rumah barunya itu.

Ruang tengah lebih terang dari sebelumnya. Aroma dari pewangi ruang sangat harum. Aroma kesukaan Juni, cotton candy. Pewangi itu akan mengeluarkan aromanya satu jam sekali secara otomatis.

"Harum. Sudah waktunya rupanya," kata Juni melewati pewangi itu karena persis berada di antara ruang tengah dan dapur.

Juni melihat satu ruang yang tidak tertutup rapat. Hujan mulai terdengar menghantam genteng, tapi itu tidak menghalanginya untuk mendekat ke ruang kerja milik kekasihnya.

"Kenapa Mas Abi tidak menutup ruangannya?" gumam Juni segera menutup ruangan itu.

Namun, suara langkah dari dalam ruangan menarik perhatiannya. Pergerakan Juni terhenti, ia mencerna yang baru saja didengarnya. Juni menggelengkan kepalanya dan menarik pintu.

Lagi dan lagi suara langkah terdengar dari dalam ruangan. Juni membuka pintu dan tidak menemukan siapa-siapa di sana. Jendela sudah tertutup rapat dengan gorden tipis. Ia melihat sekeliling, tidak ada yang mencurigakan.

"Mungkin aku banyak pikiran."

Saat Juni mau menutup pintu, sobekan kertas berantakan di lantai. Ia mendekati sobekan itu dan mulai mengumpulkan. Beruntung tidak ada angin, dengan telaten, Juni menyusun sobekan tadi, ia menyadari yang sedang disusunnya berupa foto. Foto seorang gadis dengan kebaya yang tidak asing.

Juni pernah melihat kebaya jenis itu. Tapi, tidak ingat kapan dan di mana melihatnya. Gadis tersenyum paksa, itulah yang dipahami Juni setelah melihat sobekan foto. Banyak hal yang dipikirkan Juni perkara foto yang ia temukan.

"Apa dia pemilik rumah ini?"

Juni inisiatif melihat belakang foto, bagian bawah foto terdapat sebuah nama. Juni kembali menyusun belakang foto tadi.

"Nirmala?"

****

"Sayang?"

Nirmala : Gamelan Ayu Banowati [End✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang