Bab 8

1.8K 334 40
                                    

Jaemin masuk ke dalam kamarnya dengan embusan nafas membuat pipinya menggembung lucu, blazer milik Jeno dia gantung di belakang pintu kamarnya lalu ia bawa tubuhnya untuk duduk di tepi ranjang.

Di tengah malam yang sepi di temani cahaya lampu nakas, ia justru termenung memikirkan betapa konyol tindakan Jeno tadi, pria itu diam-diam mengikutinya hanya ingin memastikan Jaemin pulang dengan aman.

Lalu jika di perhatikan seperti itu, siapa yang tidak merasa di hargai, meskipun Jeno adalah seorang preman, Jaemin yakin Jeno memiliki sisi lembutnya.

Meski pria itu di pandang buruk oleh lain, lalu salahkah jika Jaemin jatuh cinta padanya?

Lagi, embusan nafas yang berat berembus dari bibirnya, baru saja hendak merebahkan tubuhnya, dia teringat ucapan Jeno agar mengabari saat dia tiba di rumah.

Dengan semangat dia mengetik pesan untuk Jeno, sebelum dia sadar akan satu hal.

“Apakah tidak apa-apa?” Jaemin menumpukan dagunya pada ponsel sembari memikirkan keputusannya mengirim pesan untuk Jeno, mengingat dia berjanji tidak akan mengirim pesan jika bukan sesuatu yang penting.

Tapi Jeno mengatakan sendiri, seperti dia menyimpan kekhawatiran padanya.

Sementara yang di pikirkan, tengah duduk pada sofa sebuah ruangan bersama pria jangkung yang merupakan sang Bos, dan juga Hyunjin serta beberapa bawahannya.

Mereka tengah sibuk melihat gadis yang menarik semi telanjang di depan mereka. Dengan suguhan minuman beralkohol sebagai teman.

Tring!
Fokus Jeno terganggu saat mendengar denting ponselnya, dia merogoh ponsel di saku celana dan langsung mengulum senyum lebar saat melihat nama Jaemin di sana. Semangat yang hilang saat melihat para gadis menari, langsung membara hanya melihat nama Jaemin di sana.

Ternyata preman juga bisa jatuh cinta.

“Hyung, aku sudah sampai dengan aman.”

Jemarinya langsung tampak lincah membalas pesan untuk Jaemin, membuat Hyunjin sempat melirik dengan wajah datar. Sikunya langsung menyenggol lengan Jeno membuat Jeno tersentak.

Dia paham akan gesture pria berambut gondrong itu yang memintanya fokus atau sang bos akan marah. Dan Jeno hanya tersempul simpul, dia sempatkan membalas pesan Jaemin lalu kembali fokus.

“Pasti Jaemin Jaemin itu.” Umpat Hyunjin dalam hati.

“Jeno, menurutmu mana yang bagus? Kau memiliki selera yang tinggi terhadap hal-hal semacam ini.” Guanlin buka suara seraya menarik tubuhnya yang sejak tadi bersandar.

Lama jenuh juga memandangi para gadis menari di depan mereka.

“Terlalu centil membuatku merinding, mereka justru menggelikan.” Jeno bergidik saat gadis berkemeja merah mengedipkan mata genit ke arahnya dan menjulurkan lidahnya menggoda pria dominan itu.

“Yang kemeja putih saja, dia cantik, payudaranya besar.” Sungut Jeno.

“Hah! Wanita ini rasanya membosankan. Aku ingin rasa baru dalam hubungan ranjang.” Gumam Guanlin menyesap tembakaunya lalu mengembuskan asapnya ke sembarang.

“Sudahlah, kita sudah terlanjur memesan. Aku ambil yang warna putih, segera selesaikan dan pergi. Kita sudah membayar mahal.” Pria jangkung itu menggerutu.

“Jika tidak lebih nikmat dari Yong Bok atau Zhang Hao, kau harus minta uang kembali pada mereka, Bos.” Hyunjin menimpali.

Jeno hanya menggeleng lalu beranjak, biasanya dia bersemangat sekali jika bosnya itu mengajaknya untuk menikmati pelacur. Tapi semuanya menjadi tidak menyenangkan bagi Jeno.

ONLY LOVE... [NOMIN]Where stories live. Discover now