19. Moment

28 5 3
                                    

Shani memberikan tisu untuk Arkana membersihkan sudut bibirnya yang terdapat noda di sana.

"Bibir Lo". Ucap Shani menyodorkan tisu. Arkana menerimanya tak lupa mengucapkan terimakasih

"Makasih ya Shan. Gue seneng banget Lo perhatian gini ke gue. Gue berharap Lo gini terus sampai sampai sampai-".

Arkana mengentikan ucapannya dan menatap bola mata legam Shani dengan dalam.

"Sampai?".

"Sampai kita kakek nenek bareng".

Blush

Wajah Shani terasa panas dengan gombalan receh tak berbobot itu. Sebisa mungkin Shani menetralkan wajahnya datar.

"Ngarep Lo!".

Arkana tertawa puas melihat wajah Shani yang sebenarnya menahan salting. Terlihat lucu dan menggemaskan di matanya.

Arkana mendudukkan tubuhnya dan menghadap ke arah Shani yang duduk di sisi ranjangnya. sedikit ragu jemarinya terangkat mendekat wajah Shani. Jemarinya tak tahan untuk tidak mengusap usap lembut pipi Shani. Matanya menelisik wajah Shani yang tanpa celah itu ,bahkan tak ada jerawat sedikitpun yang muncul di sana. definisi sempurna memang

"Kamu cantik banget sih Shan". Bisiknya di samping telinga Shani lembut

Shani mendorong pelan wajah Arkana yang sangat dekat dengannya. "Modus banget!".

Arkana kembali tertawa. "Ngak modus sih Shan, cuma takut aja nanti kamu gak denger".

"Gue gak sebudeg itu!".

"Yang ngatain kamu budeg siapa sih Shan heran deh, gak heran kalo orang ngatain kamu itu cantik plus sempurna baru aku percaya".

Shani mencubit perut Arkana kesal saat sedari tadi lelaki itu selalu menggodanya dengan gombalan gombalan receh.

"Ahk, baru tau ternyata ngambeknya bidadari sempurna nyubit nyubit perut". Ringis Arkana, sementara Shani yang awalnya kesal kini tertawa tanpa beban.

sedikit harap di benak Arkana bahwa sikap Shani perlahan akan luluh dan dapat menerimanya.

Tanpa mereka sadari di depan pintu UKS yang awalnya Sakti dan juga Bima ingin masuk kembali ter urung saat melihat sahabatnya dan juga Shani tengah tertawa bahagia bersama.

"Bahagia banget tu bocah. Berasa UKS milik berdua". Cibir Bima

"Ya gapapa lah bro kapan lagi kan mereka kayak gitu, jarang jarang bahkan emang gak pernah".

Keduanya tertawa dan mengurung kan niatnya untuk masuk kedalam.

"Tapi kasian juga sih tu siapa Amira?". Sandi mengangguk. "Kenapa Amir?".

"Jadi obat nyamuk!". Serempak keduanya kembali tertawa kencang dengan menutup mulutnya masing masing. Takut ganggu

Kembali di Arkashan

"Udah ah capek". Keluh Shani saat perutnya sedikit sakit akibat terus terusan tertawa

"Mana yang sakit mau aku usap usapin?" Cengirnya tanpa dosa

"Mau ngusapin?"

Seketika mata Arka melotot. Eh eh. Beneran nih?

"Emang boleh?".

"Boleh tapi sebelum itu gue lempar Lo pake gelas!". Ucap Shani tajam dengan menunjuk ke atas nakas sana

"Damai damai". Ucap Arkana menampilkan dua jarinya

Hening

Hanya ada bunyi jarum jam yang mengisi kesunyian keduanya.

Arkana menatap langit langit UKS kemudian menghembuskan nafasnya perlahan. Shani menoleh ke samping tepat Arkana berada

"Kenapa ada yang sakit?" tanya Shani khawatir

"Enggak ada kok".

Shani kembali duduk saat tadi sempat berdiri.

"Shani"

"Ya?"

"Shan"

"Apa?"

"Shani"

"Kenapa sih ada apa manggil manggil?". Sebalnya

"Aku gak berharap lebih soal hubungan kita".

Arka menoleh menatap wajah Shani lekat

"Aku gak berharap lebih soal hubungan kita karena aku cuman berharap. Gimana perasaan kamu ke aku?". Keduanya bersitatap. Sesaat kemudian Shani membuang pandangannya ke arah lain

"Pertanyaan kamu gak ada yang lain selain itu?"

Arka menggeleng meskipun Shani tak melihat ke arahnya.

"Aku gak bisa jawab sekarang". Guman Shani lirih


















Tipis Tipis dulu di😁

My Ice Queen Where stories live. Discover now