The Answer

24 3 0
                                    

"Sekarang katakan padaku ada apa denganmu? Kenapa makanannya dimuntahkan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sekarang katakan padaku ada apa denganmu? Kenapa makanannya dimuntahkan?"

Leyla meremas jemarinya risau, ia tak kunjung menjawab.

"Jawab saja. Kalau kau hanya diam begini, kita akan sulit kedepannya"

Benar, memangnya Leyla mau sampai kapan tidak bisa makan? Sampai mati? Atau sampai mereka bercerai karena terus bertengkar perihal makanan yang selalu dimuntahkan Leyla?

"I-itu"

"Jelaskan padaku pelan-pelan" kini seokjin mulai melembut walau masih terkesan hawa dinginnnya.

"Jin-nie"

"Hmm"

"Jangan pernah lagi terluka hanya karena aku memuntahkan makanan yang kau berikan. Ini bukan hanya padamu, namun siapa saja yang memberiku makan juga begitu. Aku memuntahkannya, aku kesulitan untuk makan" Leyla menatap dalam netra pria itu.

Seokjin menautkan alis namun mengangguk juga.

"Dulu, seseorang pernah meracuni makananku dan itu membuatku kesakitan. Aku tidak bisa menjelaskan sesakit apa rasanya, namun yang jelas ku ingat adalah ada banyak darah yang keluar dari mulut dan hidungku."

"Keracunan makanan?" sahut Seokjin.

Leyla mengangguk.

"Siapa yang melakukannya?"

"Itu.... Ibu tiriku" ujar Leyla langsung menunduk.

Sedikitnya keterkejutan muncul di raut muka Seokjin, tapi selebihnya ia sembunyikan dalam hatinya. Cukup terkejut mendengar pernyataan istrinya itu.

Jadi Seokjin mengangguk dan memilih diam menunggu Leyla melanjutkan ceritanya.

"Ibu tiriku yang melakukannya, saat itu papa tidak perduli denganku. Sampai akhirnya kakek yang kebetulan datang melihatku didapur kesakitan tanpa ada yang menolong. Ku pikir duniaku sudah berakhir saat itu, tapi ternyata tidak. Kakek berhasil membawaku tepat waktu ke rumah sakit."

Mata Seokjin berganti sendu, pria itu menaruh  prihatin akan cerita istrinya itu.

"Jadi kau seperti trauma?" tanya Seokjin.

Leyla mengangguk, ia lantas mendongak menatap kembali netra seokjin. Ia memaksa tersenyum padahal matanya sudah memerah.

"Dari situ, aku trauma. Aku sulit untuk percaya bahwa makanan yang diberikan padaku tidak ada racunnya. Aku kesulitan untuk makan karena selalu terbayang kalau makanan itu beracun dan aku bisa mati. Maka aku memuntahkannya karena itu seperti dorongan dalam diriku. A-aku takut"

Suara bergetar milik istrinya itu berhasil membuat hati Seokjin teremat, bahkan lama kelamaan rasa bersalah karena sudah memarahi istrinya itu kian membuncah.

"Jadi kau tidak makan seharian karena takut?" kini Seokjin tak bisa menunjukan rasa jengkelnya lagi.

"Iya. Aku minta maaf tidak memberitahumu tadi." Leyla menunduk dengan penyesalan.

lavender Where stories live. Discover now