Sejarah Peristiwa Rengasdengklok

6 0 0
                                    


Kemerdekaan merupakan suatu keinginan bagi setiap rakyat pada negara tertentu, terutama di negara Indonesia. Setelah dijajah selama berabad-abad yang cukup lama maka muncul suatu rasa jiwa nasionalisme, yang dimana adanya suatu keinginan untuk merdeka agar bisa membangun negara sendiri tanpa adanya suatu kekangan dari bangsa luar. Dengan adanya peristiwa Rengasdengklok ini menunjukan jiwa semangat kaum muda untuk segera mengajak golongan tua untuk memerdekan negara Indonesia ini.

Dengan diumumkannya pembentukan PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945, maka pada saat yang sama Dokuritsu Jumbi Cosakai dibubarkan. Untuk melaksanakannya telah dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan segera setelah persiapannya selesai. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda. Mungkin pelaksanaannya tidak dapat sekaligus untuk seluruh Indonesia, melainkan demi bagian sesuai kondisi setempat. Dua puluh satu anggota telah dipilih, tidak hanya terbatas pada wakil-wakil dari Jawa, tetapi juga dari berbagai Pulau dan suku.

Lalu begitu soekarno dan Hatta pulang dari Dalat pada 14 Agustus 1945, Sjahrir memberitahu mereka bahwa Jepang sudah meminta gencatan senjata. Sekali lagi ia mendesak mereka untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Jepang saat itu menghadapi pemboman AS atas Hirosyma dan Nagasaki, sedangkan Uni Soviyet menyatakan perang terhadap Jepang dengan cara melakukan penyerbuannya ke Mancuria. Dengan kekalahan Jepang ini, kemerdekaan Indonesia dapat segera diproklamasikan, namun adanya perbedaan pendapat dari golongan tua dan golongan muda menjadi suatu permasalahan.

15 Agustus 1945, Golongan Muda Mendesak Golongan Tua

Soekarno dan Hatta tidak setuju dengan desakan para pemuda. Terjadi perbedaan pendapat antara Golonan Tua dan Muda mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Tanggal 15 Agustus 1945, kira kira pukul 22.00 para pemuda mendatangi rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Wikana mengancam Soekarno, "Jika Bung tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar – besaran esok hari".

Hatta yang hadir pada pertemuan ini turut bicara, "Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memprokalamsikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?" Tanyanya. Perdebatan berlangsung alot dan buntu, akhirnya Soekarno tidak bisa memutuskan sendiri dan melakukan perundingan dengan tokoh lain seperti Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto dan Sudiro. Tidak lama kemudian Hatta menyampaikan keputusan bahwa mereka menolak usulan pemuda dengan alasan perlunya perhitungan lebih cermat dan akan timbul banyak korban jiwa dan harta.

Pada tanggal 16 Agustus 1945

Pagi hari Soekarno dan Hatta sudah tidak ditemui di Jakarta, dan kemudian pada malam harinya ternyata mereka sudah dibawa ke garnisun Peta di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak ke utara dari jalan raya Cirebon, dengan dalih untuk melindungi mereka dari meletusnya suatu pemberontakan Peta dan Heiho. Sesampainya di Rengasdengklok rombongan yang membawa Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta langsung menuju ke markas kompi Cudanco Subeno. Disana berlangsung pembicaraan antara Ir. Sukarno, Sukarni dan Singgih, sementara Drs. Moh. Hatta sedang ke luar ruangan. Sukarni atas nama golongan pemuda mendesak kembali agar Ir. Sukarno bersedia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pembicaraan diantara mereka tidak membawa hasil. Tetapi dalam pembicaraannya dengan Singgih, akhirnya Ir. Sukarno bersedia untuk menyetujui desakan golongan pemuda yang diwakili oleh Singgih, supaya proklamasi kemerdekaan diucapkan tanpa campur tangan pemerintah Jepang. Sementara itu antara Mr. Ahmad Subardjo dengan Wikana terdapat sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta, di mana Laksamana Maeda bersedia akan menjamin keselamatan selama mereka berada di rumahnya. Di Rengasdengklok antara golongan tua dan golongan muda tidak terjadi perundingan, hanya telah diberi jaminan oleh Ahmad Subardjo dengan taruhan nyawa bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 agustus 1945.

Akhirnya, Subeno sebagai komandan kompi PETA setempat bersedia mengijinkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Subardjo kemudian menghubungi Laksamana Maeda untuk meminta bantuannya. Laksamana Maeda mengijinkan rumahnya digunakan sebagai tempat menyusun naskah proklamasi. Beliau berjanji akan menjaga keselamatannya selagi masih berada didalam rumahnya.

17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan

Sekitar pukul 10.00 hari Jum'at pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno keluar rumah. Di luar, sekitar seratus orang telah menunggu dengan perasaan campur aduk. Dengan nada berwibawa Soekarno berkata :

"Maka kami, tadi malam, telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia.Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudarasaudara, dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu....Dengarkanlah proklamasi kami...."

Sejarah Peristiwa Rengasdengklokحيث تعيش القصص. اكتشف الآن