Mengetahui dirinya tidak sadar selama 3 hari, itu berarti dia telah melewatkan pernikahan sepupunya.

"Sayang sekali kamu melewatkan pernikahan kami. Dan mengenai obat tidur itu seharusnya kamu memberitahu kami tentang insomnia akutmu."

Kaleza yang sejak tadi menyimak memberanikan diri menatap Zairo. Mendapat balasan tatapan dari Zairo, Kaleza spontan membuang pandangannya. Tanpa kata, Kaleza mendekati Zairo kemudian mengambil Geva.

"Tangannya harus diobati." paparnya menunjuk punggung tangan Zairo menyadarkan Bryan akan kondisi Zairo yang tidak baik.

Pria itu melotot lalu buru-buru keluar guna memanggil perawat.

Kini tinggal Kaleza dan Zairo yang berada dalam suasana canggung. Hanya ada celotehan Geva yang sedikit mencairkan suasana mencekam di ruangan itu.

"Selamat."

Di keheningan mencekik itu, Zairo bersuara, netranya melihat sekilas cincin putih yang melingkar apik di jari manis wanita itu.

Menjilat bibirnya sekilas, Kaleza berdehem singkat.

"Makasih."

Usai balasan yang Kaleza berikan, mereka kembali diam. Mereka bagai dua orang asing yang terjebak dalam satu ruangan hingga perawat yang Bryan panggil, masuk.

Kaleza menyingkir guna memberi ruang agar Zairo diobati sebelum kemudian Bryan menuntunnya duduk pada sofa.

"Hari ini Kak Bryan mau makan apa?" Kaleza bertanya pada Bryan.

"Emm, saya sih mana-mana saja. Kalo kamu yang masak saya pasti akan makan." jawab Bryan seraya merapikan anak rambut Kaleza.

Interaksi keduanya tak luput dari perhatian perawat yang merasa iri melihat tatapan puja yang dilayangkan oleh si pria. Tentu dia tau siapa sepasang pasangan itu. Pernikahan mereka tak ayal menjadi buah bibir setelah tersebar paparazi kamera.

Beda halnya sang perawat, Zairo justru melengos. Dia lebih memilih memejamkan mata ketimbang melihat interaksi manis tersebut.

🌿🌿🌿


"Mikirin apa?"

Kaleza yang sedang mengaduk sayurannya, tersentak setelah sebuah suara berat di belakangnya terdengar. Tanpa sadar Kaleza melamun.

"Tidak ada," jawabnya seraya mengulas senyum tipis. Mematikan kompor, Kaleza melepas celemeknya sementara itu Bryan beralih mengambil sayur yang Kaleza masak untuk ia tuang dalam mangkuk.

"Aku mau bicara."

Tiba-tiba Kaleza berbicara, sosoknya muncul dibalik sekat antara meja makan dan ruang tamu. Brayn mengangguk kemudian menyusul Kaleza yang sudah berlalu duluan di ruang tamu.

Keduanya duduk pada sofa panjang, dengan hati bertanya-tanya, Kaleza mengambil sebuah map yang sebelumnya ia sembunyikan lalu menyerahkannya pada Bryan.

"Pengalihan seluruh aset Caler dari Zuuran Ranggala Caler menjadi namamu. Bisa jelaskan?" tanyanya menatap Bryan yang hari ini nampak santai dengan kaos oblong merek terkenal.

Tadi, ketika Kaleza tengah merapikan ruang kerja Bryan, dirinya tidak sengaja menemukan dokumen itu dengan isism yang sedikit keluar dari dalam map. Mulanya dia tidak tertarik, tetapi entah mengapa Kaleza seperti terdorong untuk membukanya. Alhasil dia menemukan fakta tentang pengalihan kuasa.

KaleZaWhere stories live. Discover now